Bibit, bebet, bobot.
3 hal yang membuat Levin harus menikah dengan perempuan pilihan orang tuanya yang dia anggap kuno dan terlalu mematuhi adat istiadat Jawa.
⚠️ Warning : 21+!!!
#1 - jaeminjeong (20 Juli 3023)
#1 - jawa (26 Juli 2023)
Start : 31 D...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Annyeong dari MbakYeri dan neng Nara ✨
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Cibubur, Jakarta Timur.
"APAA?! NIKAH?!"
Teriakan Winara baru aja bikin kuping sekeluarga nyut-nyutan. Padahal bapaknya profesor kedokteran dari Universitas ternama di Indonesia. Tapi ini anak nggak ada attitude sama sekali.
Ada sih, dia kalau sama orang dewasa lainnya diluaran sana pasti jaga sopan santun, terkecuali orang itu barbar kayak laki-laki kemaren.
"Kuping mbak bisa budek loh, dek!" dumel Yeri si anak tengah.
"Ya abis apaan coba kok aku tiba-tiba disuruh nikah, padahal pacar aja nggak punya!"
"Kita udah punya calonnya sayang, dia anak Bupati Solo dan dia juga pemusik dari band terkenal." kata Hana meyakinkan si bontot yang ngambekan.
"Buk, aku nggak peduli sekaya atau seganteng apa dia. Kalau nikahnya karena terpaksa, ya semuanya cuma akan sia-sia aja."
"Yo ndak juga, bapak sama ibuk dulu juga dijodohin, sama anak saudagar Jepang pula." timpal Pak Wisnu ngeledek.
"Ya itu kan dulu, pak. Sekarang zaman udah canggih, udah kuno kali yang namanya perjodohan. Nggak ah, aku nggak mau." tolak Winara.
Ya kali, dia jauh-jauh ke Amerika sana buat kuliah dan susah payah dapetin gelar master, eh malah disuruh kawin ama orang nggak dikenal. Ntar kalo sama om-om gimana? Ugh, Nara nggak bisa bayangin deh.
