Home

18K 1.6K 231
                                    

Disclaimer : Naruto bukan milik saya

Don't like don't read

Warning : Bahasa tidak baku, EYD tidak sempurna, karakter OOC

.

.

Home

.

.

"Sakura-senpai."

Sakura tersenyum sambil melambai sekilas ke arah dua orang juniornya yang berpapasan dengannya di koridor rumah sakit.

Samar-samar Sakura mampu menangkap pembicaraan dua orang gadis itu.

"Sakura-senpai seorang ninja medis yang hebat..."

"Aku sangat mengidolakannya, kuharap aku bisa sehebat dia..."

Sakura hanya tersenyum tipis saat mendengar pembicaraan mereka. Sakura tidak sehebat yang mereka bicarakan, ia masih perlu banyak belajar. Ia berharap semoga saja para juniornya bisa menjadi seorang ninja medis handal yang mampu berkontribusi untuk Konoha.

Senyum Sakura membeku dan langkahnya terhenti mendadak ketika ia melihat sosok Hinata dengan perut besarnya berjalan tidak jauh darinya.

Sakura hanyalah manusia biasa. Ketika ia melihat Hinata kini memiliki segala hal yang ia impikan dulu –Sasuke, pernikahan, keluarga Uchiha, bayi– perasaan iri, marah, sedih dan cemburu menjalari hatinya.

Mengapa bukan Sakura yang mendapatkan semua itu?

Mengapa Hinata mendapatkan semua yang ia impikan sejak dulu?

Pada akhirnya Sakura berusaha meneguhkan hatinya dan berjalan menghampiri Hinata. Semua yang terjadi saat ini bukanlah salah Hinata, ia tidak berhak membenci Hinata. Ia dan Hinata adalah korban dari takdir.

Hinata masih belum menyadari kehadirannya. Perempuan yang sedang hamil enam bulan itu terlihat berjalan perlahan dan hati-hati agar tidak menyenggol pasien dan dokter yang berjalan lalu lalang di rumah sakit. Sepertinya Hinata hendak memeriksakan kandungannya. Yang menjadi perhatian Sakura adalah mengapa Hinata hanya seorang diri saja, mengapa tidak ada yang menemaninya? Mengapa Sasuke tidak menemaninya?

Sakura mengangkat tangannya, hendak melambai pada Hinata. Akan tetapi tangannya yang hendak terangkat langsung membeku ketika ia melihat sosok Sasuke Uchiha berjalan tergesa-gesa menghampiri istrinya.

Dengan mata kepalanya sendiri, Sakura melihat keakraban mereka berdua. Hinata tersenyum sambil mengatakan sesuatu pada Sasuke, sementara pria itu hanya mengangguk dan tetap bungkam. Sasuke masih terlihat dingin dan kaku seperti biasa, namun Sakura juga bisa melihat sikap pria itu yang terlihat lebih protektif dan perhatian. Terutama ketika pria itu berjalan di samping Hinata dan merangkul pundaknya, seolah-olah melindungi Hinata dari segala macam bahaya.

Sakura memalingkan wajahnya dan melenggang pergi, tak ingin menyaksikan mereka berdua.

Mengubur perasaan adalah sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan.

.

.

Hanabi mengelus perut kakaknya dengan perasaan takjub. "Dia menendang!"

Selama ini Hanabi tidak pernah menyentuh perut wanita hamil, ini adalah kali pertamanya. Dan ia merasa takjub karena bisa merasakan keponakannya menendang-nendang.

Red String of FateWhere stories live. Discover now