Kelulusan

13 2 3
                                    

Saat itu adalah hari dimana pencapaian gue menjadi siswa telah selesai.
Pagi hari yang sejuk menyelimuti ibu kota yang ramai dan penuh kemacetan walau di pagi hari, karena banyaknya orang orang beraktifitas.
Gue bergegas menuju sekolah dengan sobat karib gue SMP, rumahnya berhadepan dengan rumah gue, dan dia paling rajin nyamperin gue diantara yang lain.
Dia Siti Nuraisyah biasa di panggil aisya.
" Luna.. Luna.." teriak aisyah didepan pintu
"Wait tunggu" jawab gue
Yah beginilah gue, Aluna Sagita perempuan yang hobbinya bikin orang nunggu.
Lalu gue pamitan dan salaman dengan ibu dan bapak serta minta doa ke beliau agar gue dikasih kemudahan mengerjakan soal soal UN (Ujian Nasional) dan pastinya gue bisa lulus.
Setelah itu gue berangkat bareng aisyah.
**
Tiba di sekolah, sepertinya bukan cuma gue aja yang tegang yang lain juga merasakan hal yang sama.
Karena pengawas nya sedikit killer jadi gak ada yang bisa kong kalikong jawaban alias contek mencotek, benar- benar sudah jadi tradisi kita sekelas hehe.
Gue isi sebisa gue, mata pelajaran terakhir matematika dan gue paling bodoh soal hitung- menghitung.

 tapi kalo penghafalan ya gue paling bisa sih dikit dikit.
Karena gue gak bisa lirik sana sini dan yang lain juga begitu, yasudah gue jawabannya pake kancing baju "tang ting tung mana yang beruntung" bergumam.
Bel berdering pukul 12.00 wib, jam kelas sudah selesai. Saat itu juga Ujian Nasional telah selesai.
Gue beresin papan jalan, penghapus, pensil dan pulpen yang ada di meja, dan gue taro di tas.
"Ah gila sih ini gak bisa berkutik sama sekali, fokus sama jawaban" ucap Fiona yang duduk di depan gue
" Iya. Sama gue juga" jawab gue
" Lah gue apa yang mau difokusin, mantengin bae soal tapi kaga tau jawabannya gua ngasal aja " timpal Aziz
" Sabar men ini hanya perkara ujian nasional, yang menyedihkan itu ujian hidup men, contohnya kayak lu nih mengharapkan cinta orang yang gak pasti, duh jones banget si men. " recehan Irsan yang garing
Gue mau ketawa tapi kasian, mau kasian tapi pengen ketawa.
Haduh daripada kelamaan dikelas, gue langsung cabut duluan keluar kelas.
Didepan gerbang sekolah udah ada Stella, Aisyah, Dwi, Siti, Marsha, Naura, Ocha.

Mereka ce'es kentel gue.
kalo orang sekolah disebutnya geng. Tapi kita menyebutnya sahabat.
Walaupun kita berkelompok, tetep kita menyatu dengan kelompok yang lain.
Karena bagi gue memper'erat tali silaturahmi dengan yang lain itu penting banget dan tetap menghargai satu sama lain.
"Lun, ayo ngumpul kerumah gue" teriak stella.
" Yaudah cus" jawab gue.
Rumah Stella itu sampingan dengan sekolah gue, jadi rumah dia tuh basecamp nya kita untuk kumpul.
Rumah yang berasa rumah sendiri, karena semuanya serba sendiri, dari ambil makanan, masak, ambil minum, emang ter nyaman buat nongkrong.
Dan kita semua langsung kerumah Stella.
Ocha langsung cari bantal tiduran, yang lain leyeh leyeh di sofa..
Aisyah nyalain tv, dan yang tuan rumah asik vidio'in kelakuan temen temennya yang pikirannya udah lelah karena ujian tadi.
Sedangkan gue, fokus pada tujuan yang baru pertama kali ngeliat sesorang cowok di ruang tengah lagi duduk di kursi sambil megang handphone.
Dalam hati gue " dia siapa? Emang Stella punya abang? Selama gue kesini kayaknya gue baru liat. Tapi lumayan oke sih, coba aja.. eh tapi apaan sih ada ada aja deh".
Sosoknya tinggi putih memakai kaos oblong hitam, gelang cokelat, celana jeans hitam, rambut sedikit agak panjang didepan dengan tatapan menunduk melihat handphone.
Gak lama gua tanya Stella pelan
" Sel dia siapa dah?" (Panggilan biasanya Sella)
" Dia kaka sepupu gue, dia kerja jarang dirumah, kayaknya dia lagi libur" jawabnya.
" Oh gitu. "
Setelah itu Siti berteriak pelan
" Woi pada laper gak si. "
" Iya nih laper. " jawab Marsha.
" Makan apa ya yg enak gengs?" sahut aisya.
" Indomie soto aja lah makan rame rame pake nasi+ kerupuk + cabe biar seger. " timpal stella.
" wah iya mantep tuh trus minumya es kelapa, iya gak sih?" Jawab gue.
" Haduh makanan orang kismin, gue makan warteg atau gak nasi padang ajalah sama dwi. " timpal siti.
" Iyadah tau yang banyak duit, yaudah lu berdua aja gih beli warteg atau nasdang (nasi padang). " kesal Ocha.
" Yaudah siti warteg, kita indomie telor, trus siapa nih yang mau jalan?" Aiysah melerai.
" Gue deh, sama aisya. " sahut Marsha
" Yaudah sekalian beli es kelapa ya, tar gue yang masak. " jawab gue.
" Yaudah gue duluan ya ke warteg sama dwi. "
" Gih dah sono. " ujar yuni sewot.
Dan mereka ber-empat jalan keluar.

   Tak lama kemudian aisya dan Marsha datang membawa indomie 5 bungkus,5 butir telur dan es kelapa 7 bungkus.
Ocha bagian menuang es kelapa di dalam baskom. Lalu Naura menyiapkan gelas serta air putih di teko.
" Dwi sama siti mana? " Tanya Stella.
" Dia masih makan di tempat. " jawab lani.
Gue dan Stella masak indomie didapur, Stella yang iris cabai dan gue yang masak indomie telur.
Stella meyiapkan baskom lumayan gede biar gak kebanyakan piring kotor karna dia orangnya sedikit males.
" Eh gilak jadi banyak banget, abis gak ini. " tanya gue dengan kaget.
" Hahaha gak tau deh tapi kayaknya abis. " jawab Stella cengengesan.
**
Peresiapan dari masak dan minuman selesai saatnya kita menyantap.
" Kita makannya 1 baskom rame rame? Gak pake piring lagi?. " Tanya Ocha. maklumlah dia sedikit higienis, dan risih kalau makan rame-rame dalam satu wadah.
" Udah lu tuh tinggal makan aja gak usah komplain, enakan juga rame rame gini. " cetus Stella
Ocha pun terlihat agak geli tapi sangat lahap.
" Mantap sebaskom penuh abis. " ujar aisya ngeledek.
" Kayak nya kita busung lapar hahaha. " Canda Marsha sambil tertawa geli
" Bukan busung lapar, tapi emang kenikmatan yang hakiki. " ujar gue.
" Haduh begah gue. " ujar Naura
Lalu gue dan temen temen lain tidur- tiduran.
Dan gue terfokus dengan lelaki itu, dia sedang diluar teras masih dengan gawai nya, dan sesekali bercengkrama dengan tetangga sebelahnya.                                                                                               .
Dalam hati kecil gue, gue ingin kenal dia tapi itu hanya angan.
Waktu pun tak terasa sudah larut maghrib, gue dan yang lain pamit pulang dengan kaka sepupunya Stella yang perempuan termasuk kaka yang laki.
Dan gue salting saat liat wajahnya natap gue, karna yang gue perhatiin dari tadi dia selalu menunduk, dari jalan ke kamar, jalan keluar rumah entah apa yang dibeli, bener bener enggak liat wajahnya full face.
Hanya gue yang gak salaman sama dia karna gue pemalu sama lawan jenis yang umurnya lebih tua dari gue.

PENANTIAN ALUNA SAGITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang