chapter 3

360 57 17
                                    

Dirangkul beberapa warga, Jinwoo menunduk berjalan menyusuri lorong penuh bau obat-obatan. Wajahnya sudah basah oleh air mata, langkahnya sangat gontai saking lemas.

Ia masih tidak percaya dengan perkataan masyarakat setengah jam lalu. Tidak akan pernah percaya!

Bahkan bukan hanya warga, polisi juga ikut menjelaskan. Mungkin karena Jinwoo terlalu kaget dan tidak tahu apa-apa, maka itu tidak langsung percaya kalau belum ada buktinya.

Kini dirinya terduduk di bangku depan ruang operasi. Menunggu Ayah tercintanya selesai dibedah.

"Ayo, Jinwoo minum dulu." Suruh polisi wanita yang baru menapakkan kakiknya di sana. Ia berjongkok, menyodorkan sebotol air mineral agar remaja itu terlihat lebih tenang.

Bukannya menerima, justru bertanya hal yang entah bisa dijawab atau tidak. "Appa pasti selamat, kan? Kenapa Appa begitu lama di dalam?"

Beberapa orang yang mendengar hanya celingukan. Sang polisi memeluk tubuh ringkih milik Jinwoo, lalu mengelus pungungnya sabar. "Kita berdoa saja, ya. Semoga operasi Appa-mu berjalan lancar."

Pintu besar terbuka, menampakkan satu dokter berpakaian khusus. Semua berdiri, begitu pun Jinwoo yang dibantu warga terdekatnya.

Melihat wajah dokter seperti itu, Jinwoo makin penasaran.

"M-maaf, kami sudah melakukan sebisa mungkin, pasien tidak dapat tertolong. Sekali lagi, kami minta maaf." Dokter itu membungkuk, lalu pergi meninggalkan banyak manusia yang menitik air mata.

Jinwoo menggeleng, berlari memasuki ruang operasi sendirian. Tidak! Tidak mungkin sang Ayah pergi begitu saja. Semua pasti mimpi.

"Appa! Appa jangan tinggalkan Haenam! Bukan ke sini, harusnya Appa pulang ke rumah. Di mana ayam gorengnya? Bukankah Appa berjanji membelikan ayam goreng untuk Haenam? Appa! Jawab pertanyaan Haenam! Ayo pulang ...."

Percuma. Orang tua satu-satunya tidak bergeming kembali. Jinwoo menangis, memeluk Ayahnya yang terbaring kaku di atas tempat tidur. Mengecupi seluruh wajah Jinhyuk lalu memeluk kembali. Hingga lemas, bahkan hingga Jinwoo ketiduran.

"APPA!"

Jinwoo terbangun akibat aksi ketidurannya tadi. Ia berkeringat, memandang sekeliling ruangan.

Aneh.

Harusnya ia berada di rumah sakit, tapi ....



Justru berada di kamarnya sendiri. Sekarang waktu menunjukkan pukul delapan malam, di hari sebelum kejadian Ayahnya meninggal dunia.





Ada apa sebenarnya?



















++

To be continued.

Hayolohh kok bisa mundur gitu waktunya? Wkwkwk:v

Please vote and comment supaya aku bisa melanjutkan chapter berikutnya ... yakni chapter end.

See you❤❤❤❤

Jinhyuk With Haenam || PDX101 ✔️Where stories live. Discover now