1. Stroberi

44.5K 1.5K 211
                                    

Bertahun-tahun telah berlalu. Leon telah tumbuh dari anak-anak, menjadi remaja, dan kini ia telah dewasa. Leon tidak banyak berubah, terutama sifatnya. Dengan tinggi badannya yang mencapai 185 cm, ia sering dikira sebagai model bahkan artis. Nyatanya, dedek kita ini-- ekhm --maksudnya Leon kita ini hanyalah pegawai biasa di perusahaan Gerald.

Ya, pegawai biasa. Padahal, Leon bisa menjadi CEO muda seperti Shion. Namun, Leon tidak mau. Shion juga tidak ingin memaksa anaknya.

Sekelebat info saja, Leon berhasil menyelesaikan SMP dan SMA dalam waktu dua tahun. Ia mulai kuliah pada usia 16 tahun.

Tidak jauh berbeda dari kakaknya, Reon juga tidak banyak berubah. Reon masih saja suka menangis, padahal usianya sudah 17 tahun. Ya, walaupun menangisnya tidak sesering dulu sih. Reon ini masih kelas 2 SMA. Jadi kalian boleh memanggilnya dedek.

Panggilan dedek cocok untuk Reon karena sikapnya masih saja kekanak-kanakan. Dari dulu sampai sekarang. Ran harus ekstra sabar jika suami dan kedua anaknya merajuk, merengek, dan kekanak-kanakan diwaktu yang sama.

Beralih ke papa. Shion masih menjabat sebagai CEO di usianya yang sudah menginjak 47 tahun. Walaupun sudah empat puluhan, tapi wajahnya tidak setua itu. Ia dan Ran sering dipandang sebagai pengantin baru atau sepasang kekasih jika mereka keluar berdua.

Bahkan saat satu keluarga liburan, banyak orang yang mengira Leon dan Reon adalah adik dari Shion dan Ran. Padahal ...

Mereka anaknya woyy!

Shion juga mempunyai kafe sendiri. Jaga-jaga jika ia sudah tidak menjadi CEO lagi.

Sekarang mama. Ran sudah berusia 45 tahun. Ia juga mempunyai usaha sendiri, yaitu usaha kue dan roti. Dan janga lupakan wajahnya yang juga awet muda seperti Shion.

"Kak, ini gimana?" tanya Reon dengan suara pelan dan tatapan lembutnya. Sudah menjadi ciri khas Reon.

Leon yang merasa dipanggil pun menghentikan kegiatan membaca komiknya. Kebetulan hari ini Leon libur, "Yang mana?"

"Yang nomor ini. R-Reon nggak ngerti," Reon menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Duh, jangan sampai dedek kita nangis.

"Oh, IPA. Pantesan," gumam Leon pelan.

"Caranya gini, Dek. Kamu perhatiin kakak, ya," Reon pun menyingkirkan tangannya yang menutupi wajahnya. Reon mengangguk pelan.

Leon pun menjelaskan caranya kepada Reon secara singkat, tapi jelas. Reon pun langsung paham.

"Makasih, Kak. Nanti kalau Reon kesusahan, Reon tanya kakak lagi, ya," kata Reon pelan. Reon itu tidak bisa berkata keras. Perkataannya selalu halus, lembut, pelan, lirih, sopan, santun. Namanya juga Reon.

Leon mengacak-acak rambut adiknya gemas, "Iya, tanya aja."

'Andaikan Reon secerdas kakak,' batin Reon.

Reon tiba-tiba murung. Selama ia sekolah, ia tidak bisa seperti Leon. Leon selalu saja mendapat peringkat pertama. Leon juga berhasil menenangkan berbagai macam lomba. Berbeda dengan dirinya yang tidak bisa mendapat peringkat tiga besar.

Tunggu, Reon pernah kok mendapat peringkat tiga besar. Sekali saat SMP dan sekali saat SMA.

"Dek," panggil Leon. Reon sadar dari lamunannya. Ia menatap kakaknya dengan pandangan takut. Oh, ayolah Reon, kakakmu tidak akan menelanmu hidup-hidup.

"Kenapa? Soalnya susah lagi?" tanya Leon. Ia khawatir jika Reon terlalu memaksakan diri. Saat Reon terlalu memaksakan dirinya melakukan sesuatu yang tidak ia bisa, maka kepala Reon tiba-tiba pusing, dan Reon pun akan menangis.

My Childish Husband : Leon's Love Story (SELESAI) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang