7

761 83 11
                                    

Author pov.

"Da-ra? Kau?!"

Tok.. Tok..

Ketukan pintu sukses membuat Jiyong memberhentikan kalimat nya. Ia berjalan gusar untuk membukakan pintu tersebut, sedangkan Dara hanya bisa menghela lega nafasnya. "Ahh syukur lah.. Terimakasih tuhan, kau masih menyayangi ku." batin Dara.

"Ada apa?!" Jiyong benar-benar tengah di puncak emosi saat ini. "Jika bukan satu hal yang penting.. Maka bersiap-siap lah kepala bulatmu itu ku lobangi dengan peluru ku!" sambung Jiyong mengancam.

"I-itu.. Saya ingin lapor bos. Ternyata yang selama ini berselingkuh dengan nona Jin ah adalah saudara tiri mu, tuan Jaejoong." Jiyong mengepal erat tangan nya. Ini bukan kali pertama nya pria yang lebih tua dua tahun darinya itu merebut pujaan hatinya.

"Kali ini dia tidak akan ku maafkan!" geram Jiyong berjalan cepat menuju parkiran rumahnya.

---------

Jiyong mendobrak masuk ke sebuah studio milik seseorang yang diketahui saudara tiri nya itu.

"Wah wah.. Tidak kusangka adik tersayang ku akan berkunjung ke tempat kecil ku ini di malam hari." sambut Jaejoong merentangkan tangannya ingin memeluk Jiyong.

"Tck.. Tidak usah bermulut manis kau! Aku sudah tau semua kebusukan mu!" Jiyong mencengkeram kerah kemeja Jaejoong.

Brug

Brug

Dua pukulan berhasil Jiyong layangkan.

"Haha berhenti dude." tawa Jaejoong meski darah segar sudah mengalir di sudut bibirnya.

"Kau kesini berniat untuk membunuh ku? Haha! Apa kau sudah siap melihat ibu mu merenggang nyawa? Yang ku tahu ibu mu itu lebih menyayangiku di banding kan kau yang darah daging nya sendiri." sambung Jaejoong tertawa mengejek.

Batin Jiyong membenarkan semua perkataan Jaejoong. Di satu sisi ia sangat membenci ibunya yang lebih menyayangi anak simpanan ayah nya itu. Namun disisi lain ia juga sangat menyayangi wanita yang telah melahirkan nya itu. Walau bagaimanapun ketidak adilan kasih sayang yang diberikan oleh wanita itu padanya, ia tetap menyayangi dan menghormati wanita pertama dalam hidup nya itu.

"Kenapa diam? Kau tidak jadi membunuh ku?" Jiyong masih tidak bergeming. Ia masih sibuk dengan pikiran nya yang kacau. "Ah.. Sayang sekali. Padahal kau sudah susah payah datang kesini dengan membawa pistol di belakang saku mu itu." sambung Jaejoong melirik kebelakang Jiyong.

"Apa maumu sebenarnya hah?! Apa tidak cukup bagimu merebut kasih sayang ibuku?! Bahkan kau juga merebut Sohee dariku! Dan sekarang kau juga ingin merebut Jin ah?! Serakah sekali kau! Cihh persis seperti ibumu yang seorang jalang!" Jiyong hanya berkata datar namun penuh dengan penekanan.

"Kau tanya mau ku?" Jaejoong hanya tersenyum miring. "Mau ku adalah semua yang ada padamu, semua yang kau miliki. Aku mau orang-orang yang berada disekitar mu. Aku mau kau hidup hampa tanpa adanya kasih dan cinta. Aku mau kau hidup kesepian persis seperti ibuku yang menghembuskan nafas terakhirnya seorang diri disaat ayah memutuskan untuk menikahi ibu mu!" "Aku ingin kau merasakan penderitaan ibuku yang kau sebut jalang itu Kwon Jiyong!" Jaejoong mulai menampakan tatapan dendam nya yang selama ini ia pendam. Ia bertekad untuk menghancurkan Jiyong secara terang-terangan kali ini. Karena ia yakin Jiyong tidak akan bisa membalas nya selama ibu pria itu memihak nya.

"Haha memang benar semua yang kukatakan selama ini bukan? Kau persis seperti ibu jalang mu!" tawa Jiyong mengejek. "Silahkan lakukan semua yang kau mau itu. Kita tinggal lihat sampai batas mana kesabaran ku ini. Ah kau beruntung sekali memiliki adik penyabar seperti ku HYUNG." Jiyong tersenyum iblis di saat menekankan akhir kalimat nya.

---------

Jiyong memasuki kamar nya dengan dentuman pintu yang ia tutup kasar, membuat wanita yang terbaring lemas di atas ranjang tersentak kaget namun lebih di dominasi oleh rasa takut. "Hikss.." emosi Jiyong makin menjadi saat mendengar isakan wanita itu. "Sial! Bukan nya menenangkan emosi suami mu, kau malah menangis dan membuat kuping ku sakit!" hardik Jiyong menarik lengan Jin ah yang sukses membuat wanita yang tubuhnya penuh terbaluti perban itu terjatuh dari atas ranjang hingga lantai. Bahkan untuk berdiri saja kakinya sudah tidak bisa.

"Maafkan aku Ji.. Tolong jangan siksa aku lagi... Kumohon bunuh saja aku.." Jin ah benar-benar putus asa dengan kehidupan nya saat ini.

"Geurae. Jalang seperti mu memang sepantasnya untuk ku habisi." tanpa pikir panjang Jiyong mengarahkan moncong pistol nya yang sedari tadi dibalik saku nya ke arah pelipis Jin ah. Dan dalam hitungan detik..

Dor..

Tubuh wanita malang itu sudah terkapar tak bernyawa. Darah terus merembes keluar dari kepala nya. Sedangkan Jiyong? Pria itu seperti tidak memiliki hati nurani. Tanpa rasa bersalah sedikitpun ia memerintahkan pelayan nya untuk membersihkan kekacauan yang seakan-akan itu hanyalah masalah sepele.

"Dan kau ikut denganku." perintah Jiyong pada kepala pelayan nya Gummy.

---------

"Jelaskan padaku semua tentang maid yang baru di mansion ini!" ujar Jiyong langsung saat mereka sudah di ruang kerja nya.

"Maksud anda Sandara, tuan?" tanya Gummy memastikan.

"Kau pikir ada berapa maid baru disini?!" kesal Jiyong.

"Maaf tuan. Dari semua yang ku tau, Dara wanita duapuluh empat tahun yang di rekomendasi kan oleh tuan Seungri untuk menjadi maid disini. Ia juga pernah bekerja di sebuah club malam sebagai seorang wanita penghibur, namun ia harus berhenti bekerja walau hanya baru satu malam bekerja disana karena kondisinya yang tengah mengandung sa-"

"Tunggu!" Jiyong memotong perkataan Gummy. Pikiran nya kembali berbalik kepada saat kejadian nya di club malam seminggu yang lalu. Pantas saja hazel itu terasa tidak asing baginya. Namun apa itu tadi? Mengandung? Wanita itu tengah hamil? Jika memang wanita itu hanya bekerja satu malam disana... Tidak mungkin anak itu...
















Anaknya??







.
.
.

TBC











Duh bang jidi... Nggak baik motong pembicaraan orang.
Jadi salah informasi dah tuh😫







Hurt✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang