Author pov.
3 tahun kemudian, Filiphina~
"Happy birthday mommy!" terlihat di sebuah apartemen sederhana, dua orang bocah laki-laki membawa sebuah kue ulang tahun berbentuk hati bersama-sama.
Mereka tersenyum manis mendekati seorang wanita cantik yang saat ini tengah berkaca-kaca atas kejutan dari dua jagoan nya itu.
"Mommy? Kenapa angis?" tanya si besar.
"Mommy cedih?" si kecil pun ikut bertanya.
"Mommy menangis bukan karena sedih sayang, mommy menangis karena terlalu bahagia." wanita itu mengambil alih kue yang di bawa oleh kedua putra nya itu, meletakkan kue itu ke atas nakas di samping ranjang nya.
"Terimakasih sayang, terimakasih atas segalanya. Mommy sangat beruntung memiliki kalian." ia mengangkat kedua tubuh mungil itu untuk duduk dipangkuan nya, membawa mereka ke dalam pelukan hangatnya.
"Tunggu, darimana kalian mendapatkan kue ini hm?" Dara merenggangkan pelukannya, menatap penuh tanya pada kedua putranya itu secara bergantian.
"Dari eomma." jawab si kecil antusias, ia bahkan mengangkat tinggi kedua tangan mungilnya ke udara.
"Kami uga ikut bantu eomma saat buat kue mommy." jelas si besar tak kalah antusias.
"Hooo pantas seharian penuh kalian meninggalkan mommy sendirian di sini hm?" ia berpura-pura sedih di hadapan kedua putranya itu.
"Maaf, Ju mommy.." ucap si besar yang bernama Park Joel, ia mencium pipi sebelah kanan mommy nya itu sebagai permintaan maaf.
"Jo juga maaf mommy.." si kecil Park Jorel juga ikut meminta maaf dan mencium pipi sebelah kiri mommy nya.
"Kalian tahu betul bagaimana caranya meminta maaf hm?? Karena mommy sudah mendapatkan hadiah ciuman dari pangeran-pangeran tampan, maka kali ini mommy akan maafkan." ucapnya juga mencium pipi berisi kedua putra nya itu.
"Mommy belum iup lilin." si besar yang berumur dua tahun, turun dari pangkuan mommy nya untuk mengambil kue yang sedari tadi terletak di atas nakas.
"Hahaha hyung pendek." ledek si kecil yang hanya berjarak beberapa menit dari si besar.
"Mommy..." rengek Joel, wanita itu mengerti, ia menurunkan Jorel dari pangkuan nya. Lalu mengambil kue yang tidak bisa di jangkau oleh anak tertuanya itu.
"Baiklah honey, mommy akan meniup lilinnya. Tapi, kalian juga ikut tiup ne?" walau ia sudah tiga tahun menetap di Filipina, namun ia tidak bisa berbicara Tagalog. Ya iya masihlah seorang Sandara Park yang sama, wanita yang saat ini sudah menginjak duapuluh tujuh tahun. Bagaimana ia bisa berbahasa asing selain bahasa korea? Sedangkan berhitung saja ia tidak bisa. Jangan salahkan otak bodohnya.
Beruntung dua orang yang dulu sangat ia benci, membantu nya untuk bertahan hidup di negara asing ini. Ya, Donghae dan Yoona. Mereka yang membantu nya untuk lari dari jangkauan pria yang sangat ingin ia benci, ah ia sudah lelah untuk menyangkal. Karena nyatanya hingga saat ini ia masih sangat mencintai ayah dari anak-anak nya itu.
Ia juga sudah meminta tolong sahabatnya, Bom, untuk mengurus perceraian nya. Namun nampaknya lelaki itu tidak ingin sepenuhnya melepas dirinya. Nyatanya hingga saat ini lelaki itu belum juga menandatangani surat perceraian mereka.
"Aku merindukan mu Ji." lirih Dara di dalam hati. Melihat wajah kedua putranya, ia seakan melihat duplikat dari seorang Kwon Jiyong. Mereka benar-benar mirip dengan ayah mereka, hanya hazel Dara lah yang bisa ia warisi untuk kedua putra kembarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurt✔
FanfictionBerawal dari luka dan rasa sakit. [DARAGON] [COMPLETE]√ #1 in g-dragon [180719] #3 in 2ne1 [250719] #1 in daragon [310719] #1 in Gd [230819] #1 in nyongdal [220720] #2 in dara [160722]