6 » dead body

580 163 2
                                    

Hari demi hari berlalu.

Aku mengerjapkan mata setelah tidur dalam waktu yang cukup panjang. Dari sini aku bisa membuat kesimpulan, lagi; perut kenyang akan membuat kualitas tidur semakin baik. Jadi, merenggangkan kedua lengan ke udara, netraku lantas tak sengaja menangkap bayang-bayang sekitar lima atau enam orang yang tengah menggotong papan kayu bervolume—barangkali, itu peti mati.

Langkah mereka sedikit tergesa-gesa sebab langit yang menggantung di atas sana nampak setengah gelap dengan tiupan angin yang cukup menerbangkan dedaunan bambu di sekitarnya. 

Seolah tanpa beban, aku keluar dari rumah dan menghalangi jalan mereka. Salah satu dari mereka yang mengenakan tuksedo hijau lumut menautkan kening sembari bersuara lantang, "Apa yang kau lakukan di sini bocah? Cepat minggir sebelum aku menendang kaki kecil."

Aku hanya tersenyum maklum. Nampaknya mereka ini bukan orang desa sekitar yang terbiasa bertutur kata dengan santun. "Santai saja, Pak Tua. Aku sebagai warga yang baik, hanya ingin bertanya siapakah orang yang tengah kalian bawa itu?"

"Bukan urusanmu," selanya telak. "Sudahlah. Sebaiknya kau kembali saja ke gubukmu yang reyot itu dan tidak usah mengikuti kami."

Mereka kemudiam berlalu dengan kecepatan langkah yang mulai dinaikkan. Hal itu membuat tingkat kuriositasku semakin tinggi. Lantas kuabaikan saja perintahnya untuk segera kembali ke rumah. Lagipula, memangnya dia siapa bisa menyuruh-nyuruhku seperti itu?

Cih, dasar sombong.

Dalam tetes air yang perlahan turun, aku mengendap-endap di sela-sela pohon yang namanya sendiri aku tidak tahu—inilah akibat jika kau tidak sekolah, jadi perlu kutekankan, bahwa sekolah itu penting. Jemariku menempel erat pada kulit kayu yang kasar, dan aku semakin menajamkan indera pendengarku.

"Dasar bocah sialan, hampir saja kita ketahuan," ujar si kurus jangkung berambut kribo.

"Benar. Rasanya ingin kucekik saja bocah itu." Mendadak bulu kuduk-ku berdiri semua. Apa katanya? Cekik? Well, untungnya itu tidak benar-benar terjadi.

"Diam kalian semua," bentak si pria bertuksedo hijau lumut tadi. Nampaknya ia merupakan bos dari kelima teman bodohnya itu. "Cepat gali lubang yang dalam dan benamkan peti mayat istriku sebelum ada orang yang mengetahuinya." []

Eat My Friend | ✔Where stories live. Discover now