🍓 17. bertemu Kinar🍓

2.2K 215 21
                                    

"Ke mana Pak?" tanya Tya lagi siapa tau dia salah dengar.

Yuga menoleh, menatap dengan kesal. Benci sekali kalau ada orang yang membuat dirinya harus mengulangi pembicaraannya. "Harus banget saya ulangi?" tanyanya ketus.

"ke rumah bapak?" tanya Tya lagi lalu Yuga memilih menatap ke arah jalan.

"Ngapain Pak?" tanya Tya lagi.

"Kamu bisa diem eng--"

Belum sempat Yuga melanjutkan kata-katanya, Tya memotong ucapan bosnya itu. "Enggak! Bapak ini kemarin ngaku-ngaku pacar saya ter--"

Kini ganti Yuga yang membuat Tya bungkam karena dengan tiba-tiba mendekatkan wajahnya di depan wajah gadis itu. Tya bisa jelas lihat wajah dan tatapan dingin Yuga, juga embus napas pria berkulit pucat itu.

"Diam, atau saya yang buat kamu diam." Yuga mengancam, dingin, tegas dan penuh ancaman.

Tya segera menutup bibirnya, sambil menggelengkan kepalanya. Yuga kembali pada posisinya, lalu menatap pada jalan. Tya masih menutup bibirnya dengan tangan. Tya lalu menggeser posisi duduknya semakin jauh dari Yuga.

Di sisi lain dari kursi pengemudi, Pak Ahyat sopir Yuga menatap interaksi keduanya dengan tersenyum. Nindi meminta Ahyat mengawasi Yuga dan nampaknya ini adalah pertama kalinya Ahyat melihat interaksi Yuga dengan perempuan. Selain dengan Disha, sepupunya.

Perjalan terasa lama sekali untuk Tya. Sejak tadi melakukan hal-hal yang sangat dibenci Yuga. Menggerakkan kaki hingga buat suara. Yuga melirik, Tya juga lalu melirik. Yuga menatap ke arah kaki gadis itu. Tya mengerti, lalu menghentikan kegiatannya.

Selanjutnya tangan Tya bergerak di pegangan pintu, sehingga membuat suara seperti kaki kuda. Yuga benar-benar kesal dengan perempuan yang berisik.

"Bisa diem enggak kamu?' tanyanya tak lupa sebuah desahan penuh kekesalan di akhir pertanyaan.

"Enggak," jawab gadis itu. Merasa kesal dengan kelakuan bosnya itu. Sengaja buat Yuga kesal karena membuat ia dalam situasi seperti ini.

Yuga bergerak mendekat, tapi belum mendekat Tya berteriak. "Stop! Stay away!"

"Makanya diem!"

Tya membecik, lalu anggukan kepala. Yuga ikut menjaga jarak, jujur saja ia merasa Tya memperlakukannya seperti sesuatu yang menjijikkan.

"Mesra banget sih Den?"

"Nggak Pak!" seru Tya dan Yuga bersamaan.

Pak Ahyat malah terkekeh mendengar apa yang dikatakan oleh keduanya. Sampai akhirnya mobil itu tiba di rumah Yuga, Rumah itu sebenarnya tak terlalu besar karena memang rumah ini adalah rumah lama peninggalan mendiang ayah Yuga.

Keduanya kemudian turun dari mobil, Tya berjalan di belakang Yuga sambil menundukkan kepalanya. Yuga sama sekali tak menatap ke arah Tya. Ia malas harus mengobrol dan melihat bawahannya yang menyebalkan dan buat tensinya naik.

"Tya?!" seru Nindy lalu berjalan cepat menghampiri Tya.

"Assalamualaikum Tante," sapa Tya kemudian mencium tangan Nindy ketika mereka dekat dan berpapasan.

Nindy memeluk, mencium kedua pipi gadis itu. Senang sekali melihat Yuga membawa Tya ke sini. "Waalaikumsalam Nak, Seneng lihat kamu di sini. Masuk, masuk, seneng banget tante lihat kamu." Nindy bercicit sambil mengajak Tya melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

Nindy mengajak Tya duduk di ruang tengah. "Kamu di sini dulu ya? Nenek pasti seneng liat kamu nih,' kata Nindy lagi. Kemudian ia berjalan meninggalkan Tya di sana sendirian.

Tya mengirimkan pesan ke sang kakak yang super sibuk. Bekerja di kantor membantu bagian administrasi setiap senin-jumat. Bukan pekerja tetap, hanya membantu teman ratih dan dia memiliki waktu yang fleksibel. Bumi juga jadi pegawai kafe setiap senin dan rabu setelah pulang bekerja, dan hari libur juga. Semua pekerjaan yang menyesuaikan waktu kuliahnya.

Tya:
Mas Bumi udah makan belum?

Mas Bumi:
Sudah, dikasih teman spaghetti tadi. Dibeliin kopi juga karena ada yang ultah. Ty, Mas minta minta tolong ya, malam nanti input beberapa data bisa?

Tya:
Bisa Mas, datanya di mana?

Mas bumi:
Ada di kamar Mas, Map biru yang diatasnya ada boneka mario bross. Mas masih sambil ngurus tugas. Minta tolong ya Dek?

Tya:
Siap boss, sama- sama Mas.
Makasih Juga Udah jadi Mas-nya Fatya Sachikirani

Mas Bumi;
Halah gombal.
Yaudah, aku lanjut kerja dulu.
Hati-hati pulangnya,.

Tya:
Siap Boss!
Mas juga ati- ati.

Tya masih menunggu bahkan ketika minuman untuknya sudah datang. Para pemilik rumah belum terlihat lagi. Sebenarnya semua jadi semakin membingungkan belum lagi gosip-gosip yang muncul.

Yuga lalu berjalan menuju ruang tengah. Sudah menanggalkan Jas yang ia kenakan, menyisakan kemeja hitam yang sudah ia gulung bagian tangannya. Duduk di kurs yang bersebrangan dengan Tya. Gadis itu tak menatap sama sekali, sudah kesal betul dengan kelakuan atasannya yang semena-mena itu.

"maaf lama ya Ty," kata Nindy.

Tya segera menoleh setelah dengar suara dari Nindi. Lalu berdiri dan menghampiri, ia segera mencium tangan Kinar yang menatap dengan senang melihat Tya yang begitu sopan dan penuh kasih sayang. Tya bahkan memegangi tangan Kinar yang sedikit sulit berjalan.

Setelah semuanya duduk, Kinar segera mengambil alih pembicaraan. "Nenek seneng Tya mau ke sini."

"Dipaksa Pak Yuga, Nek," jawab Tya jujur.

Kinar dan Nindi terkekeh dengar kejujuran yang dikatakan oleh Tya. Sementara Yuga hela napasnya.

"Nenek mau meminta kamu nikah sama Yuga, nenek mau melamar kamu untuk jadi istrinya Yuga. Gimana mau kan?" tanya Kinar tanpa basa-basi.

"Tapi, saya sama Pak Yuga kan enggak pacaran nek. Pak Yuga juga enggak mau--"

"Kata siapa?" Yuga memotong pembicaraan Tya.

"Saya barusan Pak," jawab Tya dan tentu saja hal itu buat Yuga kesal.

Nindi memerhatikan, senang sekali ada orang yang bisa buat putranya itu kesal dan marah-marah. Karena itu biasanya jadi hobinya dan Vhi.

"Tya memangnya sudah punya pacar?' tanya Nindi.

"Belum tante," jawab Tya.

"kamu bisa menikah sama Yuga, nanti bisa pendekatan setelah sah. Istilahnya pacaran setelah nikah. Mau ngapa-ngapain juga halal." Nindi berkata lagi.

Tya terdiam, ucapan Nindi tentang ngapa-ngapain terngiang di dalam otaknya. "Ngapa- ngapain, ngapain Tante?" tanya Tya.

"Yam ngapa- ngapain. Nina ninu--"

"Mi, please." Yuga meminta sang ibu untuk menghentikan pembicaraan tak jelas seperti itu.

"Gimana mau ya? Nenek udah tua lho, mau lihat Yuga nikah. Dia judes, dingin, cuek, judes. Kamu tau cowok kayak gitu jarang yang mau. Deket sama cewek aja susah. Nenek ini ada sakit jantung sama diabetes. nenek enggak tau kapan--"

"Nek jangan ngomong gitu," ucap Tya meminta Kinar menghentikan ucapannya. Mata tya sudah merah, mau menangis ingat dirinya yang sebatang kara. Dia masih ingat rasanya ditinggalkan dan jadi sendirian.

Kinar sejujurnya merasa bersalah, terlihat sekali kalau Tya sangat sensitif perasaannya. Anak baik dan Kinar suka itu. tentu saja ia ingin cucu mantu yang baik seperti Tya. Kecantikan akan luntur, tetapi watak dan kebaikan itu bukan hal yang bisa luntur karena sudah melekat.

"Iya, Tya nenek udah tua dan sakit-sakitan maunya lihat Yuga nikah dan ada yang urus." NIndi menambahkan.

Yuga melirik ke arah Tya, entah ia tak suka gadis cengeng dan lemot seperti Tya.

Tya menatap ke arah Kinar lalu menatap pada Nindi lalu menjawab, "Jadi ...."

Terpaksa Menikahi Si Gendut (MYG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang