🍓31. Vhi keras kepala 🍓

1.7K 211 37
                                    


Suara Vhi menggantung di udara, lalu lenyap begitu saja meninggalkan Tya yang terbengong menatapnya dengan mata membola dan mulut membentuk huruf O. Ingin rasanya Tya mengorek kupingnya sendiri saat ini, lalu meminta Vhi mengulang apa yang barusan dikatakannya, tapi Tya tahu, kalimat yang didengarnya akan sama.
Tya bukan tak mendengar apa yang Vhi sampaikan. Dia hanya tidak percaya Vhi mengatakan hal itu padanya. Bukan deg-degan, bukan juga berbunga-bunga. Perasaan Tya saat ini hanya kaget.

"Lo ... sama ... gue?" Tya menunjuk dirinya sendiri dengan pertanyaan terbata.

"Ya, gue sayang sama lo. Dan gue nggak mau lo sama Mas Yuga, Ty!" ulang Vhi tegas.

Tya hanya bisa menggeleng. Bingung dengan pernyataan Vhi yang tiba-tiba ini. Informasi ini terlalu besar untuk dicerna otaknya yang lemot. Di depannya, Vhi menatapnya dengan wajah gusar penuh harap, menunggu Tya mengatakan sesuatu atas pernyataan cintanya barusan.

"Vhi ...." Tya baru membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu saat getaran ponsel menginterupsi mereka.

Drrt !

Sementara itu, di kantor, Yuga tiba-tiba merasa gelisah. Dia khawatir Tya mungkin mengatakan yang sebenarnya pada adiknya. Kekhawatirannya tentu saja bukan tanpa alasan. Tya dan Vhi sangat dekat, fakta yang membuat Yuga benci. Bukan, bukan karena Yuga cemburu, tapi karena dia khawatir rencananya akan gagal. Mama dan neneknya akan sangat kecewa jika itu terjadi.
Yuga mengusap rambutnya gusar, tapi segera merapikannya kembali. Fia menoleh untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang melihatnya, tapi segera tersadar kalau dia sedang sendirian di kantornya. Malu sekali kalau ketahuan dia gelisah karena Tya!

Yuga kemudian mengambil ponselnya dan memanggil sebuah nomor, Tya. Dia menunggu hingga beberapa kali nada sambung terdengar sebelum mengakhiri panggilannya. Wajahnya terlihat makin gusar dengan alis berkerut.

"Nggak diangkat, sih? Tadi 'kan, bilang kalo sampe ngabarin. Ini mana?" gumam Yuga.

Tidak putus asa, dia mencoba lagi menghubungi Tya. Namun, setelah beberapa kali, panggilannya selalu saja berakhir sama. Tidak diangkat.

"Angkat, dong!"

Yuga merasa sedikit panik, meskipun apa yang dirasakannya sama sekali tidak terlihat di raut wajahnya. Tya memang sudah berjanji untuk tidak memberitahu yang sebenarnya pada Vhi. Namun, bisakah Yuga mempercayai perempuan itu? Terlebih saat mendadak Tya tidak bisa dihubungi begini?

"Halo," sapa suara di seberang.

Yuga menghembuskan napas yang tak disadarinya sudah dia tahan selama beberapa saat menunggu sambungan tertaut.

"Akhirnya," ucapnya sedikit keras. "Di mana kamu?"

"Masih di luar." Jawaban Tya pendek dan pelan. Suaranya terdengar linglung.

"Ini sudah jam berapa, harusnya kamu balik ke kantor. Waktunya kerja. Saya nggak gaji kamu buat jalan-jalan di jam kerja, ya. Balik ke kantor sekarang juga atau ...."

"Saya ijin tidak bekerja dulu hari ini, Pak."

Yuga mengernyit saat Tya memotong kalimatnya. Selama ini, meskipun hubungan mereka bukan seperti calon pasangan yang akan segera menikah, tapi mereka juga bukan musuh bebuyutan yang selalu mencela dan bersikap tidak sopan satu sama lain. Tya memang galak, tapi biasanya dia tetap mendengarkan perkataan Yuga sampai selesai. Tidak pernah memotong begini.

"Kamu bilang apa?"

"Saya hari ini libur dulu, nggak kerja. Sudah ya, Pak, saya tutup ...."

"Tunggu!" Seruan Yuga membuat Tya urung menutup sambungan. "Kamu nggak bilang apa-apa sama adik saya, 'kan?"

Terpaksa Menikahi Si Gendut (MYG)Where stories live. Discover now