five 💉

156K 26.9K 16.9K
                                    

Maaf mengingkari janjiku.

⊱ ━━━━.⋅ εïз ⋅.━━━━ ⊰

Renjun ingat sekali tadi malam ia hanya kambuh biasa dan Jaehyun pun bilang ia hanya perlu beristirahat.

Namun entah kenapa tubuhnya saat ini benar-benar tidak bisa diajak berdamai, dadanya panas sekali seakan siap meledak detik itu juga. Napasnya tersendat, begitu sesak terasa.

Renjun sudah terbiasa dengan hal yang seperti itu sampai menjadikannya sebagai makanan sehari-hari, tapi Renjun rasa kali ini berbeda. Apalagi ketika sang Ibu tiba-tiba mengunjungi mimpinya dan memintanya pulang.

“Baba..” panggil Renjun lirih dengan tangan mencengkeram erat dada kirinya.

“Sakit, hm?” Ayahnya berusaha menenangkan dan mengusap letak dimana permasalahan dalam hidupnya.

Renjun memejam guna menikmati usapan sang Ayah, namun wanita cantik berbaju putih dengan senyum mengembang dan tangan terulur tiba-tiba terbayang. Itu Ibunya, Renjun yakin.

“Baba.. aku ingin pulang..” ucapnya lirih sekali, nyaris tak terdengar. Yixing hanya mengernyit bingung, “Ini sudah di rumah, sayang.”

Renjun menggeleng pelan, “Mama..”

Yixing menunggu Renjun melanjutkan ucapannya. “Mama mengajakku, aku ingin pulang..” tutur Renjun sembari menahan sesak.

“Injun-i,” panggil Yixing dengan raut sendunya, “A-aku ingin di samping Mama.. untuk yang terakhir, Ba..”

Yixing menggeleng, “Kau ingin mengunjungi Mama, oke. Kita pergi ke China nanti. Tapi tidak untuk yang terakhir, ya? Perjalananmu masih panjang.”

Renjun menggenggam tangan Yixing yang mengusap dadanya, lalu ini ia simpan tangan itu di atas jantung yang berdetak tanpa ritme beraturan. “Tapi disini sakit sekali, Baba.. aku tidak kuat.”

Tangan Yixing yang menganggur meremat erat, ia tak pernah mampu ketika Renjun mengeluh sakit. Ia merasa bukanlah ayah yang baik, membiarkan anaknya terluka tanpa mampu ia tanggung rasa sakitnya.

“Ayah tau.. tapi tolong, jangan bilang begitu..”

Renjun menggeleng, “Shh.. sa--kit sekali, Baba.” Renjun menyingkirkan tangan Yixing dan mencengkeram dadanya kuat seorang diri. Panas itu datang lagi setelah sempat mereda akibat usapan Yixing.

“R-ren, tenang sayang..” Yixing bergegas menelepon Jaehyun yang sedang berada di luar. Mulut Renjun terbuka, pasokan oksigen tak menyentuh paru-parunya. Renjun tidak bisa bernafas.

“Ba--ba..” panggilnya lirih, “Mama jem--put a-aku..” ucapnya sebelum binar indah itu terkatup rapat.

Yixing menggeleng seraya menggoyang-goyangkan tubuh si mungil, “Renjun sayang, bangun.. Sebentar lagi Jaehyun datang,” Renjun belum pingsan, ia masih bisa mendengar dan merasakan sentuhan Yixing, namun tubuhnya tidak sanggup hanya sekedar membuka mata.

Jaehyun datang menghampiri dengan panik, “Paman siapkan mobil, aku yang menggendong Renjun.”

Yixing mengangguk dan berlari ke arah garasi.

Jaehyun menepuk-nepuk pipi tembam Renjun. “Jangan dulu tidur, Renjun..”

“Sa--kit shh se--sak,” keluh Renjun dengan suara yang begitu pelan.

Tacenda, Norenmin. [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang