Part 56

15K 1.6K 63
                                    

Typo Komentari, Happy Reading...

Ketika mereka memasuki portal teleportasi itu, Steny tiba-tiba menghilang. Menyisakan sepuluh Murid Academy, yang sedikit dilanda kebingungan. Ketika mereka dihadapkan dengan para Putri, Pangeran Antha dan teman yang lainnya.

"Kemana tuan Putri Steny?" tanya salah satu murid, dengan melirik ke segala arah. "Siapa kalian?" tanya spontan Putri Violin, yang melihat ke sepuluh orang itu. "Tunggu!" ujar Antha yang melihat seragam mereka semua.

"Ada apa?" tanya Pangeran Alran, "Mereka berenam adalah murid Lozency Academy," ujar Antha menunjuk ketiga wanita dan tiga pria berseragam putih. "dan mereka, dari Rozzly Academy dan Seazly Academy." Ujar Antha menunjuk wanita yang berada disamping lainnya, dengan mengenakan seragam hijau dan seragam biru itu.

"Benarkah, lalu siapa yang membawa mereka kemari?" tanya Putri Aura yang cukup penasaran itu, "Putri Steny." Ujar salah satu murid itu. Dan tiba-tiba saja Ballack terakhir langsung dihancurkan, menyisakkan butiran cahaya, "Bughh!!" makhluk tidak terlihat itu langsung terlempat begitu jauh, oleh sesosok mahkhluk yang begitu berbeda dari lainnya.

"Steny!!" teriak Antha yang mengenali makhluk itu.

"Putri Steny?!" tanya Putri Cellia yang sedikit terkejut melihat hal itu. Bukan hanya itu, Violin, Aura, dan Alran pun terkejut melihatnya, karena perubah Steny benar-benar jauh berbeda dari sebelumnya.

Putri Steny hanya melihat secara sekilas, dan dia pergi terbang meninggalkan mereka semua. Menuju ke arah sosok yang mengalahkan Ballack tadi, namun sosok itu tidak terlihat, "Butiran cahaya apa itu?" tanya salah satu Senior dari Seazly Academy, yang melihat butiran cahaya itu mengikuti Steny.

"Itu benar-benar Steny, aku harus mengikutinya!!" ujar Antha, yang tiba-tiba saja pergi meninggalkan mereka semua, "Antha, itu berbahaya!!" teriak Bryan yang mencoba mencegah Antha, namun sifat keras kepala Antha tidak dapat dihentikan hanya dengan teriakkan.

"Apa kita harus mengikutinya?" tanya salah satu Senior dari Lozency, "Tidak, ini bukanlah sesuatu yang bisa kita urus. Sebaiknya kita tunggu saja." ujar Steve yang tiba-tiba saja tampak begitu serius, namun perkataannya memang benar. Itu semua jauh dari jangkauan kemampuan mereka semua.

"Steve! Dimana kamu?" tiba-tiba telinga Steve bersuara, "Oh, Zeffina. Apa ini kamu?" tanya Steve spontan mendengar suara Zeffina dari robot serangga yang menempel pada telinga kirinya itu. "Tentu saja ini aku." Ujar Zeffina sedikit kesal.

"Guru, ini kami!!!" seru salah satu murid Lozency itu dengan senangnya, "Guru! Guru! Guru!" teriak ketiga lainnya, yang tiba-tiba saja membuat tempat itu ricuh oleh suara mereka, "Guru, siapa?" tanya Zeffina kepada Steve.

"Sepertinya mereka mengenalmu. Coba hubungi mereka." Ujar Steve yang tiba-tiba saja merasa heran dengan keenam orang itu, "Kalian siapa?" tanya Zeffina kearah keempat telinga murid Lozency itu.

"Ini kami, peristiwa toilet. Sang Arwah! Kami semua pingsan." Ujar wanita berambut hitam poni panjang itu, "Tunggu sebentar?" ujar Zeffina. "Oh, kalian. Bagaimana kalian bisa ada di sana?" tanya Zeffina yang penasaran dengan keempat orang yang menganggapnya guru itu.

"Kami dibawa oleh Putri Steny, karena Kerajaan Lozency terkena bencana. Dimana seluruh orang di sana membeku oleh lapisan lilin." Ujar wanita berambut jingga sebahu itu, yang terdengar oleh semua orang itu.

"Apakah pelakunya serigala putih?" tanya Bryan spontan, dan seluruh murid dari Akademi itu mengangguk. "Apa!!" kaget Zeffina tiba-tiba, "Bisa kalian jemput aku?" tanya Zeffina, "cepat jemput aku!!" teriak Zeffina yang membuat keempat murid itu menutupi telinganya, karena teriakkan Zeffina begitu keras.

Tiba-tiba saja pria berkacamata berambut hitam itu menghilang secara tiba-tiba, bahkan suara Zeffina tidak terdengar lagi, "Halo!" sapa Lily tiba-tiba yang membuat kaget semua orang, terkecuali Bryan yang tiba-tiba saja memeluk Lily.

"Hei, hei! Ini situasi genting. Jangan berpelukan seperti itu dihadapanku." Ujar Zeffina yang melihat Lily dan Bryan bepelukan, yang kini kemunculan Zeffina membuat ketiga murid Lozency itu tampak bahagia. "Kamu ingin dipeluk juga?" tanya Steve, namun tanpa persetujuan Zeffina. Steve langsung memeluknya, "Aku pikir kamu tidak mengerti." Ujar Zeffina dengan tersenyum malu itu, yang membuat seluruh orang yang melihatnya menggeleng-gelengkan kepala.

"Dimana Yuez?" tanya pria berambut landak coklat itu, "Aku menyuruhnya untuk menjemput Siren dan Stella." Ujar Lily memberitahu mereka, "Kenapa kamu menyuruhnya? Mereka itu murid-muridku." Ujar Zeffina yang tiba-tiba saja tidak terima.

"Maksudmu?" tanya Lily pura-pura tidak tahu, yang kini mereka semua sudah melepaskan pelukannya masing-masing, "Sudahlah, tidak apa-apa. Lagipula ini untuk kepentingan bersama." Ujar lembut Bryan dengan sedikit mengusap rambut Lily. "Steve, sepertinya aku harus membiarkannya. Lagipula ini untuk kepentingan bersama." Ujar Zeffina dengan menyentuh kedua pipi Steve itu.

"Kalian semua." Panggil Pangeran Alran kepada ketiga Putri, "Ya, Pangeran, ada apa?" tanya Putri Violin yang sedikit heran.

"Apakah kalian bisa berteman dengan orang-orang seperti itu?" tanya Pangeran Alran yang begitu serius itu, Ketiga putri itu pun sedikit terkejut mendengar pertanyaan seperti itu, "Aku pikir, akan sedikit lucu mempunyai teman seperti mereka." Ujar Putri Aura dengan tersenyum.

"Aku juga." Timpal Putri Viloin, "Tentu aku juga." Ujar Putri Cellia yang tidak lupa tersenyum itu, "Entah kenapa aku merasa tidak nyaman dengan hal itu." Ujar Pangeran Alran dengan sedikit berpikir, "Mungkin kamu belum terbiasa." Ujar Putri Violin dengan menepuk sedikit bahunya itu. Akhirnya Pangeran Alran hanya bisa mengangguk.

"Hello!!!" sapaan yang begitu melengking tiba-tiba membuat telinga mereka semua terganggu, ketiga orang pun datang, dengan wajah murid Lozency berkacamata dan berambut hitam itu sedikit ketakutan.

"Ruez? Kamu tidak apa-apa?" tanya wanita berambut hitam panjang yang langsung menghampirinya, "Wanita itu," ujar pria bernama Ruez itu terpotong. "Bukankah aku cantik dan menggemaskan?" tanya Stella dengan mengedipkan matanya.

"Menakutkan." Ujar Ruez melanjutkan ucapannya tadi, "Jahatnya." Gumam Stella dengan melirik kearah Pria disampingnya, siapa lagi kalau bukan Siren yang hanya bisa tersenyum. "Jika kamu Ruez, kamu siapa?" tanya Zeffina ke arah wanita berponi berambut hitam panjang itu.

"Aku Soyez." Ujar wanita itu dengan tersenyum, "Aku Purez." Ujar pria berambut landak berwarna coklat, "Dan aku Asez." Ujar wanita terakhir dengan rambut jingga gelap sebahu.

"Tunggu, kenapa nama kalian diakhiri dengan pelafalan huruf Z?" tanya Stella yang merasa aneh dengan hal itu, "Itu karena apa!" seru Soyez kepada yang lainnya, "Karena Guru Zeffina panutan kami semua!!!" seru kompak mereka, yang membuat semuanya hening secara tiba-tiba.

"Menjijikkan." Gumam Stella dengan mengalihkan pandangannya itu.

"Hwa!!" ujar Zeffina, dan tiba-tiba tangan-tangan roh berwarna hitam mengikat kaki Stella. "AAAA!!!" teriak Stella yang kaget sekaligus takut dengan hal itu. Siren langsung memegangi Stella yang hampir terjatuh itu, hingga akhirnya tangan-tangan roh itu menghilang yang diakhiri dengan Zeffina yang tersenyum melihatnya. "Kemampuan apa itu?" tanya tiba-tiba salah satu senior dari Rozzly Academy.

"Ada apa memangnya?" tanya Zeffina yang tiba-tiba penasaran dengan hal itu.

"Itu seperti kemampuan leluhur kami." ujar Senior dari Seazly Academy. "Maksudnya?" tanya Zeffina yang bertambah penasaran, "Ya, itu adalah kemampuan untuk mengendalikan atau mengontrol roh-roh apapun. Kemampuan itu sudah tidak diturunkan, karena pemilik terakhirnya terbunuh secara kejam oleh Multieyes." Ujar senior wanita dari Lozency Academy.

"Multieyes? Bagaimana kalian mengetahuinya?" tanya Putri Aura yang akhirnya curiga kepada para Senior itu, "Kami sebenarnya adalah mata-mata dari Ryzid." Ujar Senior pria dari Seazly Academy.

"Apa?!!" kaget semua orang yang mendengarnya

***

To Be Continued.

By. Gentaidenta.

Crystal Eyes [END]Where stories live. Discover now