Bab 2 | Muhammad Faris Al Ghifari

14.4K 555 8
                                    

Assalamualaikum, selamat subuh menjelang pagi. Terimakasih yang sudah mau membaca cerita author, jangan lupa vote dan coment ya...

Happy reading...

*  *  *

Adzan maghrib yang di kumandangkan oleh seorang laki-laki yang memiliki suara merdu, membuat semua santri-santri terpukau dan terkagum-kagum oleh suaranya. Apalagi wajah dan kepintarannya yang menonjol membuat semua santri perempuan bermimpi suatu saat nanti akan menjadi istri dari laki-laki yang kini tengah mengimami shalat maghrib.

Setelah shalat maghrib dilaksanakan begitu pula pembacaan doa yang begitu fasih dilantunkan, laki-laki itu keluar dari masjid pesantren, kerap kali banyak yang menyapanya dan kebanyakan dari para santri perempuan. Ia hanya membalasnya dengan senyuman tipisnya saja, seperti biasanya.

Wajar saja jika banyak yang menyapanya karena ia merupakan seorang gus atau anak Kyai mereka yaitu K.H. Malik Al Ghifari, pendiri pondok pesantren  Al-Awaliyah ini. Ia merupakan putra bungsu dari empat bersaudara, dan ketiga Kakaknya telah berkeluarga dan menetap disuatu kota.

Tinggallah dirinya yang masih melajang dan berada disini untuk dapat menggantikan sang Abi yang sering sakit-sakitan karena faktor usianya yang tak lagi muda, sering sekali Abi dan Uminya menyinggung dirinya dengan pertanyaan 'kapan menikah?' Namun ia hanya menjawab seadanya saja, 'belum saatnya'. Ia tak terlalu memusingkan perihal jodoh, karena ia yakin Allah telah mempersiapkan seorang perempuan yang kelak akan menjadi istrinya, pelengkap agamanya. Usianya saja masih dua puluh lima tahun, dan usia itu masih tergolong muda bagi kaum laki-laki.

Dia adalah Muhammad Faris Al Ghifari, seorang laki-laki tampan yang memiliki kecerdasan ilmu agama diatas rata-rata. Ia merupakan lulusan terbaik dari fakultas Bahasa dan Sastra Arab di salah satu Universitas terbaik tepatnya berada di Kairo, dengan prsedikat lulusan terbaik dari S1 hingga S2 nya di Universitas yang sama. Banyak sekali Universitas yang menawarkan dirinya agar menjadi seorang dosen, tetapi dirinya menolak tawaran itu. Bukan karena ia tak mau, menjadi dosen adalah keinginannya.

Namun karena ada beberapa hal yang membuat ia tidak dapat mencapai keinginannya, salah satunya karena ia harus mengurus pondok pesantren yang Abinya dirikan. Abinya yang tak lain adalah Kyai Malik, menginginkan dirinya agar meneruskan pesantren ini karena ia sepertinya sudah tak mampu lagi. Kesehatannya semakin hari semakin menurun, dan hal itulah yang membuatnya tak kuasa menolak keinginan Abinya.

"Assalamualaikum Gus Faris." Sapa seorang santri perempuan.

"Waalaikumsalam." Seperti biasanya, Gus Faris menjawab dengan wajah datarnya ketika santri perempuan yang menyapanya, berbeda dengan santri laki-laki yang menyapanya. Ia akan sedikit memberikan senyumnya, hanya sedikit dan itupun senyum tipis.

Gus Faris memang terkenal dengan wajah datar seperti tripleknya dan nada dinginnya yang khas, membuat para santri perempuan terkadang segan dengan dirinya. Ia akan menjadi hangat apabila berbicara dengan keluarga dan orang terdekatnya, jika kalian berpikir bahwa sikap dingin dan wajah datarnya dikarenakan suatu hal yang terjadi dimasa lalu. Maka buanglah pemikiran kalian, karena ia pun tak memiliki masa lalu yang kelam. Masa lalunya netral-netral saja, jangankan masa lalu kelam, semasa hidupnya yaiti selama dua puluh lima tahun saja ia sama sekali belum mengenal yang namanya jatuh cinta.

Jangan berpikir bahwa ia bukan lelaki normal yang menyukai sesama jenis, ia pernah menyukai perempuan hanya suka. Sebatas cinta monyet yang mudah hilang, itupun hanya ketika dia masih SMA. Namun ketika ia memasuki perguruan tinggi, ia tak lagi mengenal rasa suka ataupun cinta karena ia terlalu fokus belajar demi bisa meraih gelar dalam jangka waktu yang cepat. Ternyata usaha tak menghianati hasil, terbukti ia lulus S1 dengan predikat terbaik hanya dalam waktu tiga tahun. Dan ia menyelesaikan S2 nya dalam jangka waktu satu setengah tahun, mengagumkan bukan?

Assalamualaikum Pak UstadzWhere stories live. Discover now