Bab 5 | Berdampingan

11.3K 459 10
                                    

Assalamualaikum, good malam... selamat tidur dan Happy reading ya hehe... maaf up nya malam-malam...

*  *  *

'Bagaimana mungkin otakku akan memikirkan hal lain, sedang hati dan pikiran ini selalu terbesit rupa menawanmu.'

*  *  *

Adzan subuh telah berkumandang namun tak membangunkan kedua gadis cantik yang tertidur dengan pulasnya, seorang perempuan yang merupakan pengurus atau ketua kamar yang dua gadis itu tempati mencoba membangunkan keduanya dengan menggoyangkan badan mereka namun sepertinya itu tak berhasil karena mereka tetap dengan tidur pulasnya. Ia mencari akal, dengan cepat ia meraih gelas yang berisi air lalu mencipratkannya ke wajah kedua gadis itu dan berhasil, keduanya membuka matanya dengan perlahan.

"Aduh Mbak Syifa, kenapa sih pake nyipratin air segala ke muka Ica?. Ini masih pagi Mbak, Ica masih ngantuk pengen tidur lagi." Ica kembali merebahkan tubuhnya namun langsung ditahan oleh Syifa.

"Justru itu, sekarang kalian siap-siap gih. Wudhu terus langsung ke musholla, shalat subuh berjamaah." Dengan malas Ica melirik Fai yang masih mengerjapkan kedua matanya, ia menarik tangan Fai agar berdiri.

"Fai ayo kita wudhu, Mbak kita duluan ya." Dengan mata yang masih setengah terbuka, keduanya berjalan menuju tempat wudhu. Karena masih kurang fokus mereka berdua hampir saja menabrak pintu kamar, untunglah dengan sigap mereka menghindar. Syifa yang melihat tingkah keduanya hanya tersenyum seraya menggeleng, ia menyusul mereka untuk mengambil air wudhu.

Ica dan Fai tersentak kaget ketika tangan keduanya bertabrakan dengan air yang mengalir deras dari kran, mereka berdua saling pandang lalu menatap air yang mengalir itu dengan tatapan ngeri.

"Duh males banget Fai gue wudhu, airnya dingin banget." Gidik Ica, Fai pun mengangguk membenarkan apa yang Ica ucapkan.

"Terus gimana dong?, gak mungkinkan kita gak wudhu?." Ica mengetukkan  jarinya diatas dagunya.

"Biasanya juga kita gak pernah bangun sepagi ini, shalat sih shalat. Tapi masa sih harus sepagi ini?." Gerutu Ica karena ia tak memikirkan sebuah cara yang akan menyelamatkan mereka berdua dari dinginnya air yang melebihi air es ini.

"Udah ah kita wudhu aja, gak ada pilihan lain. Gak mungkin bisa kita kabur, Mbak Syifa tuh kelihatannya ngawasin kita mulu. " Bisik Ica lalu dengan ogah-ogahan ia mengambil air wudhu, Fai melirik kebelakang. Ternyata benar apa yang Ica katakan, Syifa sedang mengawasi mereka dengan berdiri disamping pintu masuk tempat berwudhu seraya matanya mengawasi satu persatu santri. Ia pun mengikuti Ica mengambil air wudhu, ia harus menahan rasa dinginnya air es ini daripada kena omel dan lebih parahnya kena hukuman. Karena disini salah sedikit saja diberi hukuman, apa-apa hukuman. Dasar menyebalkan, Ayah... Bunda... Fai pingin pulang.

Setelah mereka mengambil air wudhu dengan cepat, mereka kembali ke kamar untuk mengambil alat shalat dan langsung menuju ke mushola. Di tengah jalan ia tak sengaja bertemu dengan Gus Faris, Ica dengan segera mensejajarkan langkahnya agar berjalan berdampingan dengan Gus Faris. Fai dengan pasrah mengikuti Ica yang sedari tadi menariknya, kalau bukan sepupu sudah dia bumi hanguskan Ica karena dengan seenaknya menarik-narik tangannya.

"Assalamualaikum, Pak Ustadz ganteng." Gus Faris melirik Ica dan Fai sekilas lalu pandangannya kembali kedepan.

"Waalaikumsalam." Gus Faris menjawab dengan wajah sedatar papan triplek membuat Ica yang melihatnya mendengus kesal sedangkan Fai hanya tersenyum saja.

"Datar amat tuh muka Pak, mau saya setrika biar sekalian mata sama hidungnya juga datar?." Kesal Ica, Gus Faris terlihat tidak menanggapi ucapan Ica membuat perempuan itu lagi-lagi mendengus kesal.

Assalamualaikum Pak UstadzWhere stories live. Discover now