First Heart Beat

1.7K 151 16
                                    

"Sayang, ada hal penting yang harus kubicarakan" kata Perth tiba-tiba sambil menjatuhkan garpu yang masih tertancap daging steak ke atas piringnya.

"Emm? Hal penting apa sayang?" jawab Saint acuh tanpa melihat ke arah tunangannya sambil terus menyedot minuman favoritnya, cappucino.

Perth terlihat berfikir sejenak, tanpa Saint tau kini detak jantung Perth berdebar dengan sangat hebat saat akan mengatakan 'hal penting' yg menjadi alasan mereka bertemu hari ini. Perth akhirnya memberanikan diri untuk membuka suara.

"Aku merasa, aku belum cukup siap untuk pernikahan kita"

DEG!

Mendengar kata-kata pernikahan, Saint langsung meletakkan gelas cappuccino nya dan dengan serius menatap ke arah pria tan yg telah menjadi tunangannya selama setengah tahun itu. Saint melebarkan kupingnya untuk mendengar alasan apa yang akan dikatakan oleh Perth.

"Aku tak mengerti Perth, maksudmu belum siap? Semua pasangan di dunia ini pasti akan merasakan takut dan gugup saat mereka akan menikah sayang. Apalagi dengan status kita yg sama-sama pria, perasaanmu itu hal yang wajar menurutku" balas Saint dengan nada sedikit menghibur. Saint sudah mulai merasakan suasana di restoran tersebut antara dia dan Perth mulai menegang.

Perth kembali menatap kedua manik indah Saint yg selama ini selalu di pujanya. Entah sejak kapan Perth memiliki perasaan gelisah seperti ini, hubungan sesama pria yg mereka jalani selama ini tiba-tiba memberikan mimpi buruk untuk Perth.

"Kali ini berbeda, Saint. Aku takut dengan semua hal yang akan terjadi nanti setelah pernikahan kita, masalah keuangan, anak, tapi yang paling membuatku takut adalah kamu, dan semua pandangan orang lain terhadap kita. Kurasa, aku belum siap dengan semua itu" kata Perth lagi.

Kini raut wajah Perth sudah berubah. Raut wajahnya seperti orang yang putus asa, tidak punya harapan.

Saint pun tak kalah terkejutnya mendengar kata-kata Perth, "Bukankah kita sudah pernah membahas ini Perth? Tentang kesungguhanmu ketika akan menikah denganku? Tentang pandangan orang lain terhadap kita? Bukankah kita akan menghadapinya bersama?"

Perth hanya bisa menunduk sambil menggeleng pelan. Tangannya memutar-mutar sedotan minuman yang ada di depannya. Diam seribu bahasa. Saint mulai gelisah, bagaimana mungkin Perth bisa berfikir seperti itu, setelah semuanya sudah di persiapkan.

"Tapi- tapi hubungan kita sudah 8 tahun lamanya Perth. Bukan waktu yg sebentar untuk meyakinkan hati kita. Tega sekali kau mengatakan hal itu. Pernikahan kita tinggal bulan depan Perth!" tegas Saint sambil berusaha menahan tangis yang sebenarnya sudah ingin menyeruak keluar. Suaranya mulai serak.

Melihat genangan air mata sudah memenuhi mata Saint, membuat hati Perth sakit dan merasa sangat bersalah. Perth mengakui dirinya saat ini adalah pria brengsek yg tidak bisa memegang kata-kata nya sendiri. namuun hatinya, ia tak bisa membohongi hatinya yg memang belum siap untuk menikah dengan pria manis di depannya itu.

"Karena itu Saint, karena pernikahan kita masih bulan depan, aku pikir ini adalah saat yang tepat untuk mengungkapkan semua keresahan yg kurasakan. Aku belum siap untuk menikah, dan sekarang kuharap kita bisa jalan sendiri dulu"

Akhirnya air mata Saint sudah tak terbendung lagi. Setetes demi setetes air mata itu tumpah ke pipinya.

Dengan nada tak percaya Saint menanggapi ucapan Perth, "Maksudmu, berpisah??"

"Aku minta break, Saint. sementara waktu aja" jawab Perth pelan. "Sampai aku bisa kembali meyakini hatiku"

Mata Perth menatap lurus mata Saint yg berlinang air mata. Pandangan Perth mulai kabur juga karena isakan pelan Saint terdengar menembus sampai ke hatinya. Ia telah menyakiti satu hati yg paling berharga dalam hidupnya.

Irony of Love (PerthSaint) [END]Where stories live. Discover now