♛❸DP: 17|Let's Broke Up

1.1K 162 13
                                    

"Kopi anda, Tuan."

Adit yang awalnya fokus pada laptop di depan, menolehkan pandangan pada sosok Valerie yang datang membawakannya segelas kopi yang tadi ia minta. Pria itu tersenyum, membiarkan Valerie menaruh gelas kerdil tersebut di atas meja.

"Saya sudah menyelesaikan masakan untuk makan malam. Boleh saya pulang sekarang?"

Adit menyikap lengan kemeja yang ia gunakan untuk melihat arlojinya dan mengetahui pukul berapa sekarang. "Kamu akan pulang bagaimana?"

"Kebetulan, rumah teman saya tak terlalu jauh, jadi saya bisa jalan kaki."

Menghela napas, Adit hendak bangkit. "Kalau begitu, mari saya antar."

"Eh, tidak usah, Tuan. Saya akan pulang sendiri saja." itu akan jadi opsi yang merepotkan. Terlebih, sejak tadi Valerie mengamati, Adit tampak begitu sibuk dengan pekerjaannya.

"Valerie, ini sudah gelap. Tidak baik untuk seorang gadis berkeliaran sendiri. Ayo, saya yang akan mengantarmu."

Bagaimana lagi cara Valerie untuk menolak? Ia benar-benar tak enak hati jika harus membuat Adit meninggalkan pekerjaan hanya untuk mengantarkannya pulang.

"Tuan——"

"Valerie, ayo."

Laki-laki itu sudah meraih tangannya. Menuntun Valerie untuk bangkit dan menurut. Jadi, selain pasrah, Valerie bisa apa?

Mereka berjalan dengan tangan yang bertautan, hingga sampai di pintu depan, saat akan membuka pintu, benda bermaterial kayu itu lebih dulu terbuka. Tangan Valerie yang terbebas, spontan meremas bagian rok miliknya sendiri, saat tak sengaja melihat keberadaan Sean yang juga tengah menatapnya.

Gadis itu buru-buru mengalihkan pandangan menatap lantai, saat sadar ia hampir kelewatan berpandangan dengan lelaki itu. Dan, entah seolah sadar akan situasi, Adit menariknya untuk berjalan melewati Sean. Jantung Valerie benar-benar bergemuruh saat ia berpapasan dengan Sean yang masih mematung di tempat semula.

"Valerie," panggil Sean lirih.

Sean merasa sesak di dadanya, saat menoleh pada Valerie dan Adit yang baru saja memasuki mobil. Bahkan untuk menghirup dan menghembuskan udara saja rasanya sakit. Begini kah cara mereka berakhir?

***

Seperti biasa, setelah menyelesaikan latihan mereka, Sean, Evan dan Gio tengah bersantai di kafe yang dekat dengan gedung agensi. Selain menu makanan yang enak-enak, menu kopi yang tersedia di sini juga benar-benar memanjakan lidah, terkhusus bagi pencinta minuman pahit tersebut. Tempat ini tentram seperti biasa, sampai,

"Sayaang..."

Seruan itu berasal dari ambang pintu. Gadis yang menggunakan gaun merah menyala nan datang, mampu membuat Evan dan Gio susah untuk menelan ludahnya. Gawat. Sean bisa mengamuk, jika diganggu di saat sensitif begini. Lihat saja, wajah pria itu yang awalnya sudah masam, sekarang berganti pahit setelah melihat keberadaan si biang masalah.

"Sean, kamu di sini?"

Walau ia dapat merasa jelas atmosfer di sana sedang tak enak, Yuani tak peduli. Ia tetap pada tabiat beraninya seperti biasa. Dengan kepercayaan diri yang tinggi, gadis itu mengambil tempat duduk dekat di samping Sean, lalu merangkul lengan lelaki itu dengan mesra.

3 Devil Prince (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang