20. Kisah Baru

3.2K 124 1
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, dan Dila saat ini sedang berada di toilet sekolah. Semenjak kejadian tadi, ia memilih untuk berdiam diri di dalam ruangan yang cukup sempit itu. Setelahnya ia berjalan keluar dari toilet sekolah kemudian membasuh wajahnya di wastafel, ia menatap wajahnya. Matanya memerah dan sedikit bengkak karena menangis terus. Bahkan ia mengabaikan jika ada orang yang yang mengetuk pintu toiletnya, ia terus saja menangis.

Dila menghela napasnya panjang kemudian berjalan keluar. Langkahnya dengan pelan menuju kelasnya. Ternyata sudah sepi saat ia akan mengambil tas, secarik kertas berada di atas tasnya membuatnya mengernyit heran.

Lo ke mana aja Dil? Tadi lo diabsen A sama guru karena lo yang tiba-tiba ngilang gitu aja. Maaf gue nggak bisa nungguin lo karena gue lagi ada acara keluarga yang mendadak banget. Gue mau telpon lo tapi nggak punya pulsa, mau gue WhatsApp, gue lagi nggak punya kuota, jadi gue tulis di sini.

Nisma

Dila menghembuskan napasnya kemudian meremas kertas dari Nisma dan memasukkannya ke dalam loker mejanya. Ia mengambil tasnya kemudian berjalan keluar dari kelas. Seperti biasanya, ia akan berdiri di depan gerbang. Sama seperti kemarin, papanya sedang sibuk, jadi tidak bisa untuk menjemputnya pulang sekolah.

Tin-tin

Dila menoleh saat melihat sebuah motor berhenti tepat di sampingnya. Ia tersenyum kecil saat mengetahui siapa orang itu. "Bisa nebeng nggak?" tanyanya dengan pelan.

Darren mengangguk namun kemudian mengernyit. "Lo habis nangis Dil? Mata lo merah sampek bengkak gitu, ada masalah ya?" tanyanya dan dijawab gelengan oleh Dila.

Saat Dila akan menaiki motor Darren, tiba-tiba sebuah mobil lewat. Pada sisi kiri kemudi diisi oleh Kevin, bahkan dengan sengaja pria itu menurunkan kaca mobilnya. Namun pria itu sama sekali tidak menoleh. Dila memejamkan matanya saat air matanya mendesak untuk keluar. Setelah merasa lebih baik, Dila segera menaiki motor Darren.

"Udah, lo masih inget kan rumah gue di mana?"

Darren mengangguk kemudian memakai helmnya. "Gue masih hafal kok, tenang aja, gue nggak bakalan buat kita nyasar," ucapnya yang tanpa dijawab oleh Dila.

Selama di perjalanan, keduanya memilih untuk diam. Di belakang, Dila terus saja mengingat Kevin, pria yang sangat ia cintai. Walaupun mereka harus berpisah dengan cara ini, namun Dila tetap akan susah untuk melupakan pria itu. Pria yang sudah membuat hatinya sering berdesir. Membuat wajahnya sering memerah, menangis, tertawa, kesal. Dan kini ia harus berusaha melupakan pria itu dan harus berusaha bahagia dengan kehidupan barunya.

Tak butuh waktu lama untuk mereka menuju rumah Dila karena jalanan yang lancar membuatnya tidak terlalu berlama-lama di jalanan. Dila segera turun kemudian merapikan rambutnya lalu menatap Darren yang sedang melepaskan helmnya.

"Makasih udah nganterin gue pulang," ujar Dila dan diangguki oleh Darren.

"Nggak masalah, yaudah, kalo gitu gue pamit dulu ya?"

Dila mengangguk. Setelah Darren berjalan menjauh, Dila segera membuka gerbang rumahnya dan segera menuju pintu utama. Hal pertama yang ia lihat saat ia membuka pintu adalah ruangan yang sangat sepi. Ia menghela napasnya kemudian melanjutkan jalannya. Langkahnya membawanya menuju kamar miliknya. Ia terus saja berjalan kemudian berhenti tepat di tempatnya dan Kevin sholat berjamaah saat itu. Seketika pikirannya melayang pada saat-saat itu, seperti ada kaset yang berputar.

Tanpa sadar air mata Dila turun dengan deras. Ia jatuhkan tubuhnya kemudian menangis sambil memukuli lantai. "Kenapa hidup aku harus kayak gini?! Kenapa nggak ada yang mau lihat aku bahagia sama orang yang aku sayang? Darren, kak Kevin, mereka udah nggak ada sama aku lagi," ujarnya kemudian memukuli dadanya.

My Cengeng Girlfriend✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang