26. Tahu

3.8K 150 4
                                    

Dila berjalan dengan langkah pelan menuju perpustakaan sekolah. Setiap langkahnya terasa berat. Sedangkan jantungnya sudah ber-disco dengan cepat. Langkahnya mulai memelan saat melihat Kevin yang berjalan masuk ke dalam perpustakaan. Ia menghembuskan napasnya panjang kemudian mulai melanjutkan langkahnya seperti semula.

Di pojok perpustakaan, Dila dapat melihat Kevin yang duduk sambil membuka-buka buku matematika. Dengan cepat Dila segera menghampiri Kevin kemudian duduk di hadapan pria itu. Ia tersenyum kecil sebagai sapaannya.

"Udah siap?" tanya Kevin tanpa menatap Dila. Pria itu malah sok sibuk dengan buku-buku yang berada di hadapannya.

Dila mengangguk. "Iya Kak," jawabnya.

"Oke, kita mulai dari pelajaran kelas 10 yang masih awal-awal. Nilai Mutlak. Coba sekarang lo pahami dulu apa yang udah gue jelasin." Kevin terus saja berucap. Akan tetapi Dila malah tidak fokus, ia malah dengan santainya menatap pria tampan di hadapannya itu.

Kevin yang merasa tidak ada yang beres langsung menoleh ke Dila. Gadis itu sepertinya sedang melamun. Ia menggelengkan kepalanya pelan kemudian duduk di samping Dila. Ia melihat gadis di sampingnya ini sesekali tersenyum.

"Dil, Dila!" Kevin berucap sambil menggoyang-goyangkan lengan Dila.

Dila terkesiap kemudian menatap Kevin dengan pandangan bersalah. "Maaf ya Kak," ujarnya dan hanya mendapatkan lirikan oleh Kevin. Pria itu secara tiba-tiba berdiri kemudian duduk di hadapan Dila.

"Gue nggak mau lo main-main saat pelajaran," kesal Kevin.

Dila mengangguk paham kemudian mulai mendengarkan penjelasan dari Kevin. Walaupun di pikirannya sesekali menyimpang ke Kevin, namun ia terus menggeleng sampai pikiran nylenehnya hilang. Kevin yang melihat itu hanya tersenyum kecil, ia tidak menyangka jika gadis di hadapannya ini sangatlah unik dan aneh.

Selesai pembelajaran, Dila segera menutup bukunya dan memasukkan pensil dan bolpoin ke dalam saku seragamnya. Ia menatap Kevin yang terus saja menatapnya. Ia mengerutkan keningnya. Ia tidak paham dengan sorot mata Kevin yang menatapnya.

"Kak!" panggil Dila pelan.

"Jangan pergi," ucap Kevin lirih, dan sedikit mirip dengan bisikan.

"Ap-pa? Ta-tadi Kakak bilang apa?"

Kevin menggeleng kemudian mengibas-ibaskan tangannya, tanda mengusir Dila. Kepalanya menunduk kemudian ia taruh di meja. Dila yang melihat itu memilih untuk tersenyum perih kemudian bangkit. Sedangkan Kevin tetap diam, setelah langkah kaki Dila sudah tidak terdengar lagi, pria itu segera bangun dari tidurnya.

Kevin mengacak rambutnya kemudian bangkit dari duduknya. Ia sekarang butuh sendiri. Tidak boleh ada yang mengikutinya. Langkahnya membawanya menuju atap sekolah, ia membuka pintu kemudian matanya terpaku pada seseorang yang sedang menatapnya dengan terkejut.

Bukan hanya orang itu saja, Kevin juga tak kalah terkejut. Ia tak menyangka jika orang itu ada di atap sekolah. Ia berjalan menghampirinya kemudian berdiri berhadapan dengannya. "Ngapain lo di sini?" tanyanya.

Gadis di hadapan Kevin menunduk kemudian menggigit bibir bawahnya. "Bukan apa-apa kok Kak, cuman lagi pengin ke sini. Lagi males kalo di kelas, jadi milih di sini aja. Kalo Kakak sendiri ngapain ke sini?" tanyanya sedikit basa-basi.

"Pengin nyendiri aja gue, tapi karena gue nggak bisa sendiri karena ada lo, sekarang gue cuman sama lo doang. Nggak ada manusia lain di sini selain lo dan gue, yang lainnya pada di bawah," ujar Kevin.

Dila menatap Kevin dengan pandangan bingung. "Kalo Kak Kevin mau sendiri, lebih baik aku pergi Kak," ujarnya.

"Silakan," ujar Kevin yang terasa sangat berat saat mengucapkan kalimat itu.

My Cengeng Girlfriend✔Where stories live. Discover now