Awal

35 6 4
                                    

...
.
...
.
...
.

Awan hitam terlihat sekarang. Seharusnya ia tadi menerima ajakan kakaknya untuk pulang bersama. Sekarang menyesal tak kala titik-titik air itu turun ketanah. Bagus ia terjebak di halte bis.

Dan parahnya lagi hingga 45 menit ke depan tak ada bis yang akan beroperasi. Terakhir bis beroperasi pukul 3 sore tadi. Dimana ia sedang berdebat dengan kakaknya yang tak henti menawarkan untuk pulang bersama.

Benar-benar menyesal menolak ajakan yang jarang dilontarkan oleh kakaknya ini. Namun kendati nasi telah menjadi bubur. Yang dapat ia lakukan sekarang adalah duduk dan menunggu bis selanjutnya datang.

Ditemani dengan gemericik air karena hujan. Ia memandang ke depan. Mencoba menghilangkan bosan yang melanda sekarang. Ia mengecek arloji nya, dan seketika menghela nafas lelah.

20 menit sudah ia menunggu sendirian disini. Tinggal 25 menit lagi dan bis nya akan datang. Ia mengedarkan pandangannya ke penjuru arah seraya mengeratkan jas almamater nya, saat hawa dingin menyergap nya.

Lengkap sudah penderitaannya. Ia benar-benar tak tahan dengan suhu dingin. Bisa kah ia memutar waktu sekarang. Sungguh bodoh. Padahal umurnya ini sudah tua masih saja ada pemikiran fantasi seperti ini.

Hey tunggu apa umur 18 tahun itu bisa tergolong tua. Entahlah hanya saja ia merasa saat bertambahnya usia. Semakin ia merasa tak muda. Tapi memang itu kenyataannya. Hukum alam, memang nya ia bisa menghentikan perpanjangan umur setiap tahunnya.

Dan membuatnya awet muda tanpa ada keriput menghiasi wajahnya. Tidak.... pemikiran aneh lainnya muncul sekarang. Ia menggelengkan kepalanya dan mencoba untuk menghilangkan pemikiran itu.

Tak usah berangan angan. Itu tidak akan pernah terjadi. Ia berdiri tak kala obsidian nya menangkap sesuatu. Lebih tepatnya ia melihat seorang pria yang ia kenal berlari menuju tempatnya sekarang.

Pria itu tersenyum padanya. Dan mengacak rambut nya yang basah karena hujan.

" Apa kau telah lama disini?"

" Ya begitulah. Apa yang kau lakukan ?"


Pria itu mengernyitkan dahinya merasa heran dengan pertanyaan yang baru saja pria itu dengar.


" Apa, ya berteduh dari hujan. Aku baru saja selesai latihan dance. 2 Minggu lagi akan ada perlombaan. Aku salah satu yang akan mewakili sekolah dalam perlombaan itu. Bagaimana hebat bukan"

" Aku tidak bertanya tentang hal itu. Lagi pula itu bukan urusanku"
Pria itu menghela nafasnya lelah atas jawaban yang ia terima ini.

" Ya aku tau itu. Mengapa kau acuh sekali padaku, bisa tidak sedikit basa-basi dengan ku apa susah"

" Berhenti sok akrab padaku. Kau tau aku tidak suka dengan hal seperti itu. Tuan muda Jeon"


Jeon Juano mendengus kesal. Lagi-lagi seperti ini, sebenarnya ada apa dengan spesies gadis yang satu ini. Selalu saja membuat suasananya hatinya buruk.

Mirip dengan kakaknya Min Yoonho. Jika kakaknya itu dingin, cuek tapi masih perhatian. Kalau adiknya ini sudah dingin tak perduli dengan sekitar, ketus lagi. Mencoba beramah tamah malah mendapat ketidak nyamanan seperti ini.

Aleya (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang