Kekacauan

16 5 2
                                    

.
..
.
..
.
..
.
..
.

Dalam hati Juano merasa resah tak kala Indra nya tak mampu melihat sekitar. Gelap ditambah suara-suara yang saling meminta penjelasan. Membuatnya merasa pusing, telinganya berdengung apalagi dalam keadaan ini dirinya merasa tak mampu melakukan apa-apa. Perang yang selalu ia coba menangkan dengan segala tekad atau malah kelewat nekat.

Membuatnya sedikit panik, tidak bisa mengontrol kerja pacu jantungnya. Yang lama kelamaan mengundang resah dalam dirinya. Didalam benaknya Juano merutuki dirinya sendiri. Merasa bahwa dalam keadaan ini ia adalah orang lemah.

Tidak bisa berbuat apa-apa, mengundang kekhawatiran Victor sepupunya dan Jean. Kakak dari Park Jihye yaitu Park Jean anak sulung dari Tuan Park. Soulmate dari Victor dan kakak yang dapat diandalkan oleh Juano.

" V kurasa kita harus membawa Juano keluar dari sini. Aku khawatir akan keadaan bocah ini"

" Kau benar, Juano kau masih bisa berjalan bukan? Tolong jangan membuatku olahraga jantung malam ini. Hey...bocah kau mendengar aku tidak"


Juano hanya menyunggingkan senyum nya. Melihat raut kepanikan yang ditunjukkan oleh kedua laki-laki ini. Jika saja keadaan nya tidak seperti ini bisa Juano pastikan bahwa ia akan tertawa dan mengejek kedua lelaki ini.

Menjadikan momen langka yang jarang terjadi ini sebagai bahan lelucon selama seminggu. Membuat kedua lelaki itu merasa malu dan kesal karenanya. Sungguh itu adalah kesenangan tersendiri baginya. Saat bisa menggoda orang yang berarti baginya.

Orang yang mengerti akan masa lalunya. Apa yang sebenarnya ia mau, tanpa harus menjelaskan panjang lebar keinginannya. Tidak seperti ayahnya sendiri. Yang tidak pernah sekalipun menanyakan keadaan nya.

Berapa lama sekarang, sejak kejadian yang membuat semua orang seakan tutup mulut. Merasa tak perlu lagi membahas kejadian yang hampir membunuh seorang gadis. Menyembunyikan semua nya rapat-rapat.

Tidak ada yang mengerti bahwa kejadian itu membuat Juano memandang keluarganya rendah. Benar-benar memuakkan segala hal yang terjadi. Sikap yang selama ini ditunjukan hanya semata-mata untuk formalitas belaka.

Kepura-puraan yang disusun begitu apiknya tanpa ada noda, cela sedikitpun. Diluar nama keluarganya yang selalu dielu-elukan tanpa tau apa yang keluarga ini perbuat hingga bisa ketitik ini. Puncak kehidupan, itu yang mereka katakan.

Sekarang Juano menatap kedua lelaki dihadapannya ini. Sebelum ia bicara Juano mencoba menenangkan dirinya terlebih dahulu.

" Hyung aku butuh dia sekarang. Bawa aku kepadanya"

Victor dan Jean seketika saling berpandangan. Seakan tau apa yang dimaksud oleh Juano. Jean menghela nafasnya sambil menatap sendu pada lelaki yang telah dianggapnya adik ini.

" V bawa Juano keluar dulu. Tidak...tunggu bawa dia ke balkon utama sekarang. Biarkan aku mencarinya dan membawanya padamu Juano"

" Nee Hyung. Maaf merepotkan"

" Aish...kau ini tidak perlu meminta maaf seperti itu Juano. V bawa bocah ini sekarang sebelum ia pingsan, itu akan merepotkan sekali"

Victor hanya terkekeh mendengar perkataan Jean. Victor beralih menatap Juano yang berada disampingnya. Walaupun saat ini minim pencahayaan namun Victor masih dapat melihat raut wajah Juano yang gelisah.

Aleya (Hiatus)Where stories live. Discover now