Mungkin

21 4 6
                                    

.
..
.
..
.
..
.
..
.




Kini nafasnya mulai memburu, wajah yang memakai make up tak terlalu tebal itu mulai pucat. Tangan yang semula sibuk menuang beberapa minuman ketempat nya kini berhenti. Lalu sedetik itu juga Aleya menundukkan kepala. Seraya menggenggam erat ujung gaunnya.

Detak jantungnya pun kini mulai berdetak tak beraturan. Menimbulkan rasa yang tak nyaman. Membuatnya mencari obsidian yang lain. Agar tak menatap pria dihadapannya ini.

Ingin rasanya Aleya berteriak sekarang. Memanggil kakaknya, mengatakan bahwa ia takut dengan seseorang dihadapannya ini. Namun lidahnya kelu seakan menanggapi rangsangan dari otaknya yang mulai mengatakan bahwa ketakutan mulai menguasainya.

" Aleya aku bicara padamu. Bisa kau berikan aku minumannya sekarang?".
Suara itu membuat Aleya tak tahan lagi. Benar-benar membuatnya serasa mati berdiri. Aleya harap ada seseorang yang membantunya sekarang.

Jika saja ia tak diberi tanggung jawab untuk mempersiapkan minuman. Aleya bisa langsung lari dari sini. Pergi menjauh dari bahayanya, namun lagi-lagi ia paham betul apa tugasnya sekarang.

Ini acara penting dan tak mungkin jika ia menghancurkan nya. Perjamuan ini tak boleh berakhir hanya karena kebodohannya. Tidak boleh tepatnya tak akan terjadi. Aleya mencoba mengatur nafasnya agar lebih tenang.

Merasa telah tenang, Aleya mendongakkan kepalanya. Menatap seseorang dihadapannya yang kini tengah tersenyum manis padanya.

" Selamat malam Tuan Muda Oh Sean. Bisa anda lihat minuman apa sekiranya anda inginkan Tuan?"

Pria bernama Oh Sean itu tersenyum dan mengamati minuman yang ada didepannya ini. Lalu setelah mengetahui apa yang diinginkannya. Sean menatap Aleya dan tersenyum lagi.

" Aku ingin segelas Anggur. Bisa kau berikan ?".


Aleya mengangguk sebagai jawabannya. Ia segera mengambilkan segelas Anggur dan menyuguhkan nya pada Sean.

" Terima Kasih. O iya aku ingin..."


Belum sempat Sean bertanya. Seorang pria yang tak lain kakak Aleya. Min Yoonho datang, dengan wajah yang kelewat khawatir. Yoonho menatap Aleya sebentar lalu beralih menatap Sean sambil menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat pada Sean.

" Maaf mengganggu Tuan Muda Oh. Tapi Tuan Muda ditunggu oleh yang lainnya disebelah sana Tuan". Kata Yoonho sambil menunjukkan bahwa memang benar Sean ditunggu oleh sahabat-sahabat nya.

" Baiklah aku pergi dulu. Sampai jumpa Aleya, terima kasih Yoonho".

Sean pun berjalan meninggalkan kakak beradik itu. Setelah melihat kepergian Sean dari tempat adiknya. Yoonho menghampiri Aleya dan menepuk bahu adiknya itu pelan.


" Kau tidak apa-apa. Istirahatlah aku akan menggantikan mu disini. Lagi pula acarnya akan sampai tengah malam nanti. Pergilah ke kamar dan kunci pintunya. Jangan dibuka jika itu bukan aku atau Ayah ".


Aleya menggelengkan kepalanya tanda ia menolak perintah dari kakaknya ini. Membuat Yoonho menghela nafasnya lelah. Sebenarnya ia khawatir pada psikis Aleya jika anak ini memaksakan diri. Tapi ia juga tau bahwa Aleya tak akan semudah itu menerima perintahnya.

Aleya (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang