Perjamuan

37 6 6
                                    

.
...
.
....
.
.....
.
......
.

Saat ini Aleya tengah memakai gaun hitam selutut nya. Rambutnya pun kini ia ikat dengan pita berwarna biru tua dan tak lupa dengan fleetshoes sebagai pelengkapnya. Ia berdiri di pojok ruangan sambil melihat beberapa manusia dihadapannya.

Beberapa tengah duduk di meja yang telah disiapkan ditengah ruangan. Lalu yang lain berbincang sambil berdiri dan tak lupa minuman ditangan mereka. Semerbak harum dari makanan pun menyeruak masuk ke Indra penciumannya. Tak ayal membuatnya lapar. Sepulang sekolah tadi, Aleya hanya sempat mengganjal perutnya dengan sepotong roti dan susu coklat.

Ayahnya bilang bahwa hari ini semua pelayan sedang sibuk membuat perjamuan makan malam. Karena keluarga besar majikannya yang tak lain Tuan Jeon datang.

Entah untuk apa kedatangan keluarga besar itu kerumah majikannya. Aleya tak perduli tentang itu. Kedatangan keluarga besar Tuannya itu membuat rencana yang ia susun sedari pagi hancur berantakan.

Seharusnya sekarang ini Aleya berada di kamarnya. Belajar untuk kuis dadakan, setelah itu menyelesaikan novelnya sambil tiduran di atas kasur. Namun sekarang ini semuanya gagal.

Hanya tinggal angan-angan saja. Sekarang Aleya malah ditugaskan menata minuman untuk para tamu. Sebenarnya bukan hanya keluarga besar Tuan Jeon yang datang. Rekan bisnis dan sahabat Tuan Jeon pun ikut memeriahkan.

Menampilkan berbagai manusia dengan kebanggaan masing-masing. Merasa paling sempurna dengan apa yang telah dimiliki. Hingga kadang lupa diri, lalu tercipta sudah yang namanya kesombongan, angkuh, pamer.

Ya seperti itu yang Aleya lihat sekarang. Banyak orang yang membicarakan tentang bisnis keluarga disini. Sebenarnya ini hal yang lumrah bagi kalangan setingkat majikannya ini.

Saham perusahaan, kontrak kerja, dan sebagainya menjadi topik hangat yang dibicarakan malam ini. Oh iya dan jangan lupakan tentang kekayaan. Bagaimana mereka berlomba-lomba membanggakannya.

Membuat Aleya ingin pergi saja dari tempat ini. Sungguh rasanya ia tak tahan dengan semua yang ia dengar disini. Kupingnya panas mendengar para manusia ini memamerkan harta mereka.

Jangan salah dulu Aleya tak merasa iri sama sekali. Malahan ia merasa kasian dengan apa yang ia lihat. Bagaimana mereka semua mencoba menjatuhkan lawan dengan perkataan. Dan berakhir dengan dendam, ambisi, serta obsesi didalamnya.

Sama-sama mencoba melakukan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Walau harus dengan cara yang tidak manusia. Contohnya membunuh, oh ayolah jangan berpikir bahwa hal itu tak terjadi di dalam bisnis ini.

Pasti ada hal yang semacam itu. Untuk bisa berada di atas, mereka tak perlu takut melakukannya. Relasi pembisnis itu banyak. Mereka bahkan bisa membeli semua dengan mudah.

UANG.

Siapa yang tak tergiur dengan yang satu itu. Aleya pun akan mau yang dengan satu ini UANG. Siapa yang tak membutuhkannya, jaman sekarang hukuman pun bisa dibeli dengan itu.

Semakin banyak orang di dunia ini. Semakin banyak juga kebutuhan yang dicari. Sekali lagi hukum alam berlaku disini. Yang berada di atas pasti menang dan yang dibawah sudah dipastikan kalah.

Semesta itu punya caranya sendiri untuk mengatur segala sesuatunya. Dan Aleya percaya itu, ia hanya tinggal menunggu kapan semesta membantunya. Entah membantu Aleya dalam hal apa hanya gadis itu yang tau keinginannya.

Aleya (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang