Bab 6 - Tentang Andromeda

9.3K 1.4K 38
                                    

Sebab, semua perempuan di dunia menginginkan laki-laki terbaik untuk hadir dalam hidupnya.
*****

Dahulu kala, hiduplah seorang putri bernama Andromeda. Dia adalah anak dari Cepheus dan Cassiopeia, raja dan ratu dari Ethiopia. Andromeda tumbuh dengan sangat cantik, sampai Phineus, bersedia untuk melamarnya. Namun, sang ibu, Cassiopeia menyombongkan anaknya, Andromeda memiliki kecantikan yang lebih dari para Nereid. Hal itu, mengakibatkan kemarahan dari Poseidon, sang dewi laut yang mengirimkan banjir dan Cetus si monster laut, sebagai akibat dari kesombongan Cassiopeia. Hanya ada satu cara untuk menghentikan kehancuran Ethiopia, yakni mengorbankan Andromeda sendiri pada Cetus. Maka, diikatlah Andromeda pada sebuah batu. Tak ada lagi yang bisa Andromeda harapkan. Ia yang harus menanggung akibat dari kesombongan Ibunya. Phineus pun tak sekalipun menampakkan diri untuk menolongnya. Namun, doa panjangnya membuahkan hasil ketika Perseus, seseorang dari belahan bumi lain menyelamatkannya tanpa rasa takut. Pahlawannya. Hingga akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia selamanya, meskipun Phineus sempat mengacau, namun tidak berpengaruh apapun. Sebab, Perseus selalu menjadi pahlawan Andromeda.

Dulu sekali, ketika Bunda menceritakan kisah tentang Putri Andromeda, aku sangat senang mendengarnya. Setidaknya, aku merasa lebih baik setelah banyak orang selalu mempertanyakan namaku yang tidak biasa. Bunda dengan sabar memberikan pengertian, bahwa nama adalah doa yang tak pernah putus dari orang tua.

Orang tuaku, ingin aku menjadi gadis sekuat Andromeda, yang harapannya tidak pernah putus meskipun nyawanya di ujung tanduk. Namun ketika dewasa, aku merasa lama-lama kisahku semakin mirip dengan seorang putri dari mitologi yunani itu.

Bunda pernah jatuh dalam kesombongan, ketika Ayah naik jabatan di Perusahaannya. Hal yang cukup wajar ketika Bunda mulai bergaul dengan berberapa Ibu-Ibu sosialita. Sampai, satu penyakit mengambil nyawanya. Sampai, penyakit itu nyaris menguras seluruh uang tabungan kami. Memang tak ada masalah, karena yang terpenting adalah kesehatan Bunda.

Hidup keluargaku semakin kacau, ketika Ayah menyusul berberapa tahun setelahnya, dalam sebuah kecelakaan tunggal yang tak bisa kami duga. Dunia yang telah kami bangun, runtuh dalam sekejap.

Kemudian, aku yang punya rasa akan kehilangan yang mendominasi, mulai jatuh cinta. Hatiku yang kosong dan hancur, karena kepergian dua orang yang aku cintai, terisi dalam sekejap. Akalku hilang, aku memberikan semuanya, sampai diriku merasa bahagia. Sampai, aku merasakan sendiri monster yang mendominasi hidupku. Dan detik inipun, aku masih sama, seseorang yang tak lagi memiliki harapan, karena semuanya telah dipangkas tanpa sisa. Oleh orang yang sama.

"Nay! Saya paksa kamu buat bawa Anseal lho! Saya masih punya di rumah dengan ukuran yang lebih besar. Nggak masalah kamu mau bawa yang ini."

Aku menatap aneh laki-laki yang belum lama aku kenal. Laki-laki yang nyaris tahu, rahasia terbesarku.

"Kemarin saya lagi kalut aja. Saya nggak butuh."

"Justru, ketika kamu menunjukan itu, kamu memang sedang nggak baik-baik saja."

Aku memang tidak pernah baik-baik saja.

Dean, laki-laki itu nyaris menahan lenganku, jika aku tidak menghindar lebih cepat.

"Jangan sentuh!"

"Baik-baik saya ngerti. Ini yang bikin saya pusing sampai sekarang. Ada apa sama kamu sebenarnya?"

Aku membalikan badan memunggunginya. "Bukan urusan kamu!"

SwitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang