Privet Drive No. 4

1K 104 13
                                    

Suasana malam semakin suram ketika memasuki gang Privet Drive. Harry beberapa kali membenarkan jasnya yang merosot karena terlalu besar dari tubuhnya.

Apa yang dilakukan Harry di Privet Drive? Tentu saja kembali untuk menengok keadaan di sana.

Lampu penerangan hanya mampu menerangi sekitar. Tidak berbeda dengan menggunakan lampu minyak di Hogwarts. Kali ini dia lebih memperhatikan gerak-gerik di sekitar taman. Mengingat akan kejadian munculnya Sirius Black, dementor, maupun pelahap maut.

Setibanya itu, Harry berhenti pada teras rumah bernomor 4. Rumah dengan desain sederhana dan rapi itu membuatnya teringat akan kenangan terburuknya sepanjang ia bersekolah di Hogwarts.

"Dudley sayang, ambilkan ayahmu koran di pos surat. Ah tadi pagi aku lupa membawanya dan malah memasukkannya ke sana hahaha, sungguh pelupa aku ini Vernon," lirih suara serak wanita di dalam.

Sepertinya keadaan disana hangat. Pikir Harry.

Terdengar bunyi klik pada pintu dan menampilkan sosok laki-laki dengan tubuh tidak segemuk dulu sedang memandang ke arahnya berdiri.

Dudley menatap Harry dengan penuh tanda tanya. Ralat- justru sebaliknya. Harry tidak menyangka kalau sepupunya itu akhirnya dapat tumbuh sehat dan tidak menjadi babi- mengingat Harry memang sangat konyol.

"Harey?" lirihnya memaku menatap laki-laki berkacamata dengan senyum tipis yang memandangnya.

"Benar kau Harry?" tanyanya dengan setengah sadar mulai mendekati sepupunya. Ia memandang dari atas ke bawah dan mulai memperlihatkan senyumnya.

"Ya Dudley. Aku Harry," ujarnya. Dudley menarik sepupunya yang sudah berisi itu dalam pelukan erat. Tidak disangka air matanya sedikit membasahi kelopak berwarna pink itu.

"Aku tidak menyangka kau kembali Harey-" terdengar nadanya penuh dengan kerinduan.

"Dudley," sapa Harry memegangi bahu milik Dudley, "bisakah aku menginap di sini? Mungkin hanya sementara waktu."

"Tentu saja! Ayo aku bawakan kopermu!" serunya antusias. Dudley menengok ke belakang anak yang bertahan hidup itu dan heran. Apakah Harry tidak membawa koper?

"Tidak Dudley. Segala keperluanku, aku memasukkan dalam tas dengan kantong super besar ini," tunjuknya.

"Oh- jangan pandang ukurannya. Memang tas ini kecil, tetapi aku sudah memantrainya," ujar Harry.

"Masuk. Ayo masuk! Mum mungkin ingin melihatmu setelah sekian lama ini," sambut Dudley hangat.

"MUM! DAD! HAREY! ADA HAREY DI SINI!" serunya membuka pintu lebar-lebar.

Dua orang datang di belakang Dudley dan memandang Harry persis seperti dulu. Kelihatannya mereka tidak menyukai kehadirannya. Tapi ternyata pemikiran itu salah. Justru mereka ingin melihat putra James Potter itu kembali hanya untuk menginap walaupun hanya sebentar- dan walaupun kejadian dulu sangat membuat mereka sesak.

"Harry?" ujar Bibi Petunia mendekatinya dan memeluknya hangat. Persis seperti pelukan seorang ibu.

"Apa kabar bibi?" tanya Harry mencoba sopan setelah sekian lama.

"Aku baik, nak. Bagaimana harimu? Melelahkan? Lebih baik masuk dan rebahkan dirimu untuk istirahat," ujarnya sedikit khawatir. Sementara itu Paman Vernon hanya tersenyum. Tapi tidak pada saat Dudley menggiring sepupunya itu masuk.

"Apa yang aku pikirkan tentangmu itu salah, nak. Maafkan aku," ujarnya.

"Tidak paman. Setidaknya semua itu membuat diriku lebih kuat mendapati kerasnya dunia luar. Mum dan dad pasti akan berterima kasih. Dan aku juga," lirih Harry tidak tahu akan melanjutkan apa.

Dramione and The Secret of LakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang