Jiwaku surut
Hatiku porak-poranda
Aku memanggilmu
Untukmu, Lilili Yabbay
Mereka tak pernah menyangka bahwa memanggil orang yang sudah meninggal membuat mereka dalam bahaya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
•••
11 November 2018
Suasana masih pagi, namun hujan deras sudah mengguyur kota. Jaehyun menepuk-nepuk seragamnya yang basah karena berlari dari parkiran menuju gedung sekolahnya. Jaehyun berjalan di koridor menuju kelasnya.
Ketika tiba di depan kelas, Jaehyun melihat Kyunghee sedang menangis dan Renjun yang menenangkannya. Ada teman-temannya yang lain juga. Bahkan ada Jeno dan Jaemin.
"Loh, ada apa ini?" tanya Jaehyun, kebingungan dengan mereka.
Semuanya terdiam. Mereka memasang wajah sedih. Jaehyun semakin bingung.
Haechan menghela napasnya. "Yangyang ditemukan tewas di kamarnya."
Astaga, apa lagi ini?
•••
Setelah upacara penghormatan untuk Yangyang selesai, para siswa memilih untuk melakukan aktivitas masing-masing.
Mereka semua berduka. Yangyang adalah salah satu siswa yang populer. Yangyang itu dancer yang hebat. Dia sering membawa piala untuk sekolah mereka dalam bidang dance bersama Haechan.
Tentu saja yang paling terpukul adalah Kyunghee dan Haechan. Mereka bertiga bersahabat dari kelas sepuluh. Mereka tidak pernah terpisahkan.
Mark melamun di depan kelasnya. Dia juga sangat dekat dengan Yangyang. Berita ini sangat mengejutkannya. Padahal kemarin dia baru saja nongkrong dengan Yangyang.
Yangyang ditemukan tewas di kamarnya. Awalnya polisi menduga kalau Yangyang dibunuh. Namun, tak ada tanda-tanda pembunuhan sama sekali. Tak terdapat sidik jari yang mengarah ke kasus pembunuhan. Sehingga kasus itu dinyatakan sebagai kasus bunuh diri.
Renjun dan Jaehyun menghampiri Mark. Tak ada yang tersenyum di antara mereka. Semuanya masih syok atas kepergian Yangyang yang tiba-tiba. Geng Taeyong pun ikut berkumpul bersama Jaehyun dan yang lain.
"Apa selama ini Yangyang depresi?" tanya Yuta, tidak ditujukan sepada siapapun.
Renjun menggeleng. "Yangyang orangnya selalu ceria. Rasanya aneh kalau dia tiba-tiba bunuh diri. Tidakkah kalian memikirkan hal yang sama?"
"Tapi bisa saja kan, dia menyembunyikan kesedihannya?" tanya Winwin. "Kita tidak pernah tahu."
"Mark, kemarin kamu bersama Yangyang kan sore harinya?" celetuk Bella. "Bagaimana keadaannya?"
"Kemarin saat aku bersama Yangyang, dia memang kelihatan aneh," kata Mark menjelaskan dengan gemetar. "Dia kelihatan putus asa. Dia juga membicarakan tentang kematian. Aku tidak tahu kenapa dia bisa begitu. Ternyata hari ini, aku sudah mendapatkan jawabannya."
Jaehyun sebenarnya tak terlalu berduka atas kematian Yangyang. Jaehyun tahu dari dulu kalau Yangyang berteman dengannya karena Jaehyun yang paling populer di sekolah sampai luar sekolah. Berteman dengan Jaehyun berarti ikut terkenal juga.
Jaehyun hanya syok saja atas kepergian yang tiba-tiba itu. Tak pernah sekalipun Jaehyun berpikir bahwa Yangyang akan meakhiri hidupnya sendiri.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Seulri, terdengar putus asa.
Doyoung menghela napas. "Firasatku benar-benar tidak enak, teman-teman. Tapi, aku masih belum mengerti."
Mata Mark menerawang jauh, entah ke mana. Tidak ada yang bisa menebak apa yang sedang dipikirkan Mark saat itu. Namun sepertinya, tak ada yang terlalu memperhatikan.
"Aku masih berprasangka kalau ini ada hubungannya dengan mimpi yang kuceritakan sebelumnya," kata Jaehyun. "Semuanya menjadi aneh semenjak saat itu."
"Aku setuju," kata Taeyong. "Akhir-akhir seperti ada yang mengawasiku. Entahlah, apa hanya aku yang merasa seperti itu?"
"Aku juga ... " lirih Mark.
"Oke, kita tidak boleh berpikir yang tidak-tidak," kata Xiaojun, berusaha menenangkan mereka semua. Jelas sekali dia melihat kepanikan di wajah teman-temannya. "Mungkin saja semua ini hanya kebetulan. Kita belum bisa menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi."
Haechan menghembuskan napasnya dengan sedih. "Aku masih tidak terima Yangyang sudah tak ada lagi di sini."
Sejujurnya, Jeno merasakan sesuatu sedari tadi. Namun, Jeno tak bisa mendeskripsikannya. Ada sesuatu yang sedang mengintai. Entah untuk apa.
Berusaha mengabaikan sensasi dingin di tubuhnya, Jeno memandangi teman-temannya. Lalu, tatapannya bertemu dengan Mark.
Ada apa dengan Mark? Mengapa dia terlihat gelisah?
Dengan segera, Mark mengalihkan tatapannya. Jeno tak ingin bertanya lebih lanjut. Bisa saja dia salah lihat, kan? Lagipula, memang mereka semua juga sangat gelisah.
"Oh iya, ada yang melihat Kun, tidak?" tanya Doyoung.
"Tidak kelihatan dari tadi," jawab Lucas. "Kamu tahu sendiri kan, semenjak kematian Saera, dia menutup diri dari kita."
"Ah, benar juga," sahut Taeyong. "Kenapa kamu mencarinya, Doyoung?"
Doyoung menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa, hanya bertanya."
"Ah, sudahlah," kata Jaehyun. "Kita lihat saja dulu ke depannya. Jika keadaan semakin parah, baru kita bertindak. Untuk saat ini, kita tenang dulu."
Jeno ingin sekali merasa tenang. Namun, jauh di lubuk hatinya, Jeno tahu sesuatu sedang terjadi. Sesuatu yang mengerikan.
•••
bingung ya? sama, aku juga :")
ohiya, aku mau minta pendapat sejujur-jujurnya dong tentang cerita ini? kasih tau ke aku yang mana yang kurang, apa yang harus diperbaiki, apa yang kalian suka dari cerita ini. jangan ragu buat comment ya, aku tunggu hehe. makasih❤