21

2.3K 146 25
                                    

Hinata berguling-guling di kasur nya sambil sesekali tertawa kecil. Dia menatap cincin di jari manisnya.
'Indah..' gumamnya. Emas putih dengan berlian ungu. Mewah namun tak berlebihan. Cincin itu benar-benar menggambarkan kecantikan Hinata.
'Aku menikah dengan Naruto kun..' gumam Hinata lagi.
Kyaaaaaa
Hinata kembali berguling-guling kegirangan.

.
Pintu kamar Hinata terbuka. Neji masuk sambil membawa segelas susu yang dia minum sendiri.
"Hey adik. Kau kenapa?"

"Aah. Kak.. kemarilah..."

Neji duduk ditepi ranjang Hinata. Hinata pun mendudukan diri di sebelahnya.

"Lihat lah, kak Naruto memberiku ini." Kata Hinata sambil menunjukan cincinya.

Neji terkejut untuk beberapa saat. Tapi kemudian dia melemparkan senyuman.

"Wah.. dia melamarmu?"

"Yup"

Neji meletakan gelas yang dibawanya di meja kecil di samping kasur. Kemudian dia merebahkan dirinya dengan lutut yang menggantung ke lantai.

"Yaaaah. Akhirnya Hinata."

"Apa maksudmu?"

"Aku bisa tenang."

"Hee?"

"Aku bisa mengencani seorang gadis sekarang."

"Ayolah.. bicara yang jelas."

Neji menepuk-nepuk tempat disampingnya, menyuruh Hinata ikut berbaring. Hinata pun mengikutinya.

"Setelah ayah dan ibu meninggalkan kita, aku berjanji pada diriku sendiri akan menjagamu dengan seluruh jiwaku. Akan ku lakukan untuk membuat kau bahagia.. menghadirkan sosok ayah dan ibu untuk membesarkanmu."

Hinata sedikit tertegun dengan perkataan Neji.

"Aku akan menjagamu.. sampai ada yang mau untuk menjagamu."

Neji memandang wajah adiknya.

"Dan aku sangat bahagia jikà Naruto mau menjagamu. Menggantikanku."

Hinata begitu terharu. Matanya berkaca-kaca. Dia menggeleng cepat.

"Tidak kak.. tidak. Selamanya tak ada yang akan menggantikanmu. Selamanya kau kakak ku."

Neji tersenyum..

"Dan kau, selamanya adiku."

Kedua kakak beradik yatim piatu itu pun saling berpelukan.

"Cepat atau lambat, Naruto pasti akan mencariku. Dan ingin bicara denganku." Ucap Neji sambil menatap langit langit kamar.

"Kau seperti peramal saja kak."

"Eh.. benar. Dia pasti akan repot sendiri. Kapan pernikahanya? Dimana pestanya? Bagaimana acaranya? Dan saat mengucapkan semua itu wajahnya pasti akan berubah panik. Hahahaha aku tau betul bagaimana si rubah kuning itu."

Hinata terkekeh mendengar ucapan Neji. Ya.. dia jadi ikut membayangkannya. Memang begitulah Naruto yang dia kenal. Mereka pecah dalam tawa dan saling menggoda satu sàma lain. Hinata mencubit keras perut kakanya saat Neji menggodanya.

"Aww. Sakit Hinata. Hahaha baiklah.. baiklah.. ampun."

"Minta ampunlah dengan benar kak. Belikan aku cemilan yang banyak." Sungut Hinata.

Neji terduduk. Dia menyeka airmata di sudut matanya yang keluar akibat tertawa yang berlebihan.

"Tapi Hinata.. aku sungguh sangat bersyukur jika Naruto yang akan menjagamu nantinya. "

How I Love You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang