fragment 1

106 9 0
                                    

"hhhh"

Jemari yang semula bersembunyi kaku di dalam sweater oversize yang kukenakan, kini perlahan menyembul satu persatu.

Dimulai dari ujung telunjukku - yang memang cukup lancang - menelusuri deretan tulang belakangnya dengan gerakan ragu, hingga akhirnya kedua tangan ini mendarat sempurna di pinggang rampingnya.

"emhh"

Oh!

Entah apa yang telah kulakukan. Tapi mendengar reaksinya, aku yakin dia menginginkan lebih.

Masalahnya, aku pun kewalahan mengatur nafas dan desakan aneh dalam diriku.

Tapi..

Aku ingin mendengarnya lagi.

Desah kecil itu,

Aku menyukainya.

Berbekal keberanian seadanya, jemari kikukku mulai bekerja sama mengeratkan tubuhku dan tubuhnya yang hanya berbalut kaus tipis.

"ehhng"

Sial!

Dia kembali mengguncang kewarasanku dengan desahan cukup keras yang sialnya ia tiupkan tepat di telinga kananku.

Benar-benar sialan!

Rasanya aku rela menyerahkan segala yang ia inginkan hanya karena mendengar suara tersebut.

Padahal,

Kami bahkan belum berciuman.

Tapi otakku telah dipenuhi gambaran-gambaran gila yang membuatku refleks menggigit bahunya.

"Enghh"

Kurasakan suhu tubuhnya memanas bersamaan dengan semakin intensnya tubuh kurus itu menindihku dalam dekapannya.

Dia benar-benar ringan. Tapi, desakan membuncah inilah yang semakin terasa berat.

'Kumohon, cium aku!'

Berulang kali aku mensugestikan kalimat yang sama dengan harapan ia dapat mendengar pikiranku.

Namun..

Mustahil kan?

Tapi mau bagaimana lagi?

Lidah ini mendadak kelu tiap kali kata-kata sialan itu mencoba melarikan diri dari pita suaraku.

"hhhh"

Memalukan sekali rasanya ketika aku dapat mendengar desah nafasku sendiri sebagai akibat dari sesaknya keinginan yang kutahan.

Tapi persetan dengan semua itu!

Aku sungguh menginginkannya!

Dengan gerakan lembut namun menuntut, aku sedikit meremas rambutnya sembari menjauhkan lidahnya dari leherku yang terasa cukup perih dan basah.

"Kenapa?"

Bodoh!

Kenapa kau malah bertanya?

Bukankah kau melewatkan pembukaan dari permainan ini?

Ingin sekali aku melontarkan makianku. Tapi aku yang memang seorang pengecut kini hanya bisa menatap sayu pada wajah tampannya.

Nafas kami masih tersendat.

Aku tau dia merasa terganggu atas interupsiku.

Begitupun denganku!

Tapi aku benar-benar tidak tahan lagi!

"Cium aku"

ARGHH!!

Rasanya sungguh memalukan hingga aku ingin mati!

Dan setelah kalimat singkat terbodoh yang berhasil kulontarkan padanya disela nafas beratku, akhirnya aku pun mendengar jawabannya.

Jawaban yang kuharap tak akan pernah kudengar darinya.

"Tidak. Bibir itu milik kekasihmu... aku tak berhak"

Setetes air bening yang lolos dari ujung mataku turut mengiringi umpatan dalam hatiku.

'aku sungguh membenci wanita ini!'

tbc

Anyone interested with the upcoming fragment?

Nope?

It's okay.

Because I lOoOVE my work and I'll keep updating 💙

Thank you~

He Is She • Amber LiuWhere stories live. Discover now