11: Asem!

9.2K 740 12
                                    

11: Asem!


Aku baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk menutupi rambut basah habis keramas sementara mas Rangga mondar – mandir nggak tahu sedang mencari apa. Dia berhenti di lemari lantas mengeluarkan setelan batik. Masih Subuh, mau kemana pagi – pagi sudah mau rapih. Aku yakin ayam aja masih enggan keluar kandang karena dingin. Aku saja kalau nggak kotor, nggak mau keramas pagi buta begini.

"Pakai batik mau kemana?"

Mas Rangga mengangkat dua setelan batik warna gelap lalu menunjukkan padaku, "Kanan atau kiri Key?"

"Kanan." Kataku melangkah sambil menggosok rambut. "Mau kemana? Kamu nggak ngigo mau kerja di hari libur kan mas?" tanyaku.

Mas Rangga menggeleng pelan nggak bersuara. Sekonyong – konyong membuka kaus yang dia pakai, menggantinya dengan setelan batik hitam bercorak daun yang tadi dia kasih tunjuk padaku. Aku maju mendekat membantu mengancingkan pakaiannya.

"Mau kemana?"

"Bima barusan telepon, dosen kami meninggal tadi jam dua pagi." Mas Rangga keliatan terburu – buru. Dia dengan langkah lebarnya berjalan ke meja rias untuk berkaca dan menyisir rambut. "Aku ke Bogor ya, jam tujuh nanti mau dimakamkan."

Aku mengangguk, menyodorkan jam tangan miliknya. "Sama Bima?"

"Iya."

"Mau sarapan dulu? Aku gorengin telur nggak pake lama." Tawarku tapi mas Rangga menggeleng katanya sarapan dijalan saja nanti.

Aku duduk diranjang sembari menatapnya sementara mas Rangga berdiri terpaku pada ponsel, sedang berkabar dengan Bima sepertinya. Semalam kami sempat ngobrol soal rumah baru, niatnya hari ini mau kesana. Lihat – lihat apa bagian belakang rumah sudah selesai dibangun atau belum. Aku berharap sih sudah jadi biar minggu depan atau bulan ini deh bisa cepat pindah kesana. Nggak sabar.

"Mas, ke rumah barunya sehabis mas balik dari Bogor yah?"

Mas Rangga langsung menoleh padaku dengan wajah melongo, "Aku bilang ke kamu pergi hari ini ya?" aku mengangguk.

"Astaghfirullah kelupaan, hari ini ada arisan keluarga dirumah Key." Mas Rangga duduk disampingku sembari memakai kaus kaki, lalu menoleh padaku dan bertanya lagi "Kamu nggak bantuin ibu?"

"Yah?"

"Aku lupa bilang kemarin ibu cerita kalau arisan keluarga dimajukan hari ini, dirumah ini."

Aku merengut samar, "Terus nggak jadi nengok rumah?"

Mas Rangga nggak langsung menjawab, tapi berbelok menghampiri box Nada. Dia sempatkan mencium Nada sebelum pergi.

"Besok lagi yah."

Nunggu mas Rangga libur di bulan ini tuh susah banget. Katanya ada mahasiswa coass yang perlu dibimbing, seminar nasional dan yang lainnya. Kalau nunggu besok – besok, rencana pindah rumah mundur lagi dong?

Lamunanku buyar ketika mas Rangga memanggilku, "Key, jadi buatin telor deh. Kok perut jadi keruyukan banget."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
EUDAIMONIA - Keyra & Rangga SeriesWhere stories live. Discover now