Ch 4

1.1K 121 7
                                    

Fang mengernyit mendapati kamar tempat Taufan terbaring sudah kosong. Kemana bocah itu? 3 hari yang lalu ia, Gopal, dan Ochobot pergi ke hutan untuk mencari bambu karena Taufan tidak segera menemui mereka. Tapi betapa terkejutnya mereka ketika mendapati Taufan pingsan di gazebo kecil dalam keadaan telanjang.

Mereka bertiga segera membawa Taufan ke rumah Fang dan membaringkannya di salah satu kamar yang tidak terpakai. Tapi kini, bocah itu menghilang begitu saja tanpa minimal mengucapkan terima kasih!


.

.

.

Halilintar terpaku di tempatnya berdiri.

"3 hari yang lalu aku pergi ke rumah teman baruku, mereka yang menerimaku tanpa peduli siapa aku. Tapi saat sedang menunggu mereka pulang ada sekumpulan pemuda yang membawaku. Mereka... mereka—" Taufan bisa merasakan dadanya begitu sesak mengingat kejadian itu lagi. Air matanya mengalir dengan deras begitu saja.

"Mereka memperkosaku! Mereka memperkosakuramai-ramai lalu meninggalkanku begitu saja. Aku diperkosa oleh 8 pemuda sekaligus lalu tak sadarkan diri setelahnya. Tapi ketika sampai rumah bukannya kekhawatiran dari kalian yang aku dapat tapi, ucapan memutus hubungan keluarga. Hebat, doaku untuk kalian selama 5 tahun ini tidak ada gunanya. Aku selalu berdoa agar kalian diberi kebahagiaan, tapi ini yang aku terima?"

Halilintar bisa merasakan air matanya mengalir, bukan hanya dia, tapi Blaze, Gempa, dan Ice juga menangis dalam diam. Mereka tidak menyangka jika Taufan, saudara yang sangat mereka sayang sudah diperkosa. Bukan hanya satu, tapi 8 pemuda sekaligus!

Kenapa harus Taufan yang menerima semua ini? Apa salah Taufan? Dia adalah pemuda yang baik, ceria, dan murah senyum. Tapi kenapa harus mendapat cobaan seperti ini?

Cukup sudah!

Halilintar berjalan dengan langkah cepat-cepat, tujuannya adalah ruang kerja ayah.

Gempa yang menyadari kakaknya akan bertindak bodoh langsung menghapus air matanya dan mengejar langkah Halilintar.

Sudah dibilang, kan? Jika menyangkut Taufan, Halilintar akan menjadi orang bodoh. Semua tindakan yang diambilnya pun menjadi tindakan bodoh yang sia-sia.

Ice juga menghapus air matanya lalu beranjak dari sana. Bukan untuk mengejar Halilintar, tapi untuk mengejar Taufan. Ia berharap kakaknya itu belum terlalu jauh dari rumah.

Blaze mengikuti Ice, sebagai saudara kembar mereka bisa mengerti satu sama lain tanpa perlu mengucapkan sepatah kata pun.

.

Brakk!

Halilintar mendobrak pintu dan menatap ayahnya penuh emosi.

HomeWhere stories live. Discover now