Ch 5

1.8K 166 97
                                    

"Aku hanya mencintainya, ayah!"

"Cinta tidak memberi kita uang! Cinta tidak memberi kita kekuasaan! Dan, cinta tidak memberi kita kekuatan!"

.

Taufan berlari ke rumahnya. Sial, ia lupa membawa buku gambar! Hari ini ada pelajaran seni dan materi yang dibahas adalah seni rupa. Hari ini juga ada praktek menggambar dan itu artinya ia harus bawa buku gambar, kan?

Teori siapa yang kau pakai itu, Taufan?

Setibanya di rumah, Taufan langsung berlari masuk ke dalam rumah tanpa mengetuk pintu atau mengucapkan salam apa pun. Ia harus bergegas jika tidak mau terlambat. Tapi langkah terhenti ketika mendengar suara ayah di lantai atas.

Bukannya ayah kerja?

Taufan naik bukan untuk ke kamarnya yang memang berada disana, tapi ke ruang kerja ayah. Tidak mungkinkan ayahnya berada di kamarnya atau pun keempat saudaranya yang lain, karena lantai 2 hanya berisi kamar dan ruang kerja ayah sedangkan kamar ayah sendiri ada di lantai 1.

Krieet

"Ayah?"

Taufan masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan itu merupakan tindakan yang tidak sopan. Harap para readers sekalian tidak menirunya!

Ada ayah dan seorang wanita di ruangan itu. Siapa wanita itu dan kenapa keduanya begitu takut dan gugup seolah tertangkap basah melakukan hal yang tidak baik. Taufan mencermati keduanya dan mendapati mereka berpegangan tangan. Apa karena itu mereka gugup? Berpegangan tangan bukanlah hal yang tidak baik, untuk apa mereka takut? Taufan sedah sering kok berpegangan tangan dengan Amy, Siti, Iwan, Stanley, dan uhm... Banyak lagi. Tapi tidak ada yang menegurnya seolah itu perbuatan yang tidak pantas dilakukan.

Ck, ini kasusnya lain, Taufan!

"Taufan, kamu belum berangkat sekolah? Gerbang sudah ditutup, loh!" Ayah menghampirinya.

Apa? Sial! Taufan sampai lupa jika ia harus buru-buru. Arghh! Bagaimana ini? Ini namanya bolos, donk? Taufan yang rajin, baik hati, dan tidak sombong ini membolos?! God! Bisa habis ia dicecar oleh keempat saudaranya.

Ok, lupakan dulu masalah bolos.

"Ayah, tante itu siapa?" Taufan menunjuk wanita yang berdiri di sebelah ayah.

Wajah keduanya sempat memucat sebelum akhirnya wanita itu tersenyum ramah, "Tante teman lamanya ayah kamu. Tante Nana!"

Owh, teman lama. Taufan balas tersenyum, "Saya Taufan, tante!"

Taufan masih disana dan seolah lupa dengan tujuannya tadi, bocah itu malah mendudukan diri di sofa.

"Ayah, kenapa ada di rumah? Bukannya ayah kerja?" Tanya Taufan.

Lagi, wajah ayah dan tante Nana memucat. Ada apa, sih?

"Ayah tadi lupa membawa salah satu berkas penting, Taufan. Jadi ayah pulang."

Taufan manggut-manggut, "Lalu kenapa tante Nana bisa ada disini?"

"Tadi tante bertemu dengan ayahmu di jalan dan tante mampir sebentar kesini untuk bersilahturahmi." Jawab tante Nana cepat.

Du hast das Ende der veröffentlichten Teile erreicht.

⏰ Letzte Aktualisierung: Aug 03, 2019 ⏰

Füge diese Geschichte zu deiner Bibliothek hinzu, um über neue Kapitel informiert zu werden!

HomeWo Geschichten leben. Entdecke jetzt