Cinta, Kasih, dan Sayang

15 2 0
                                    

"Apa alasanmu bersedia dinikahi oleh pria sepertiku?"

"Mengapa kau bertanya seperti itu?"

"Karena kau baru saja menyatakan rasa percayamu padaku."

Satifa menarik napas dalam-dalam. Tidak merasa konyol atas pertanyaan itu. "Karena kau memang telah mencuri hatiku."

•••

Keceriaan anak-anak tergantung pada situasi dan kondisi, bukan? Terkadang, orang-orang yang berada di sekeliling mereka pun turut mempengaruhi. Dan Satifa berpikir ingin menjadi anak-anak saja. Mengapa?

Oh, lihatlah ke arah sana. Di mana ada begitu banyak anak-anak yang asyik bermain dengan segenap keceriaan dan kebahagiaan. Rasanya seolah kebahagiaan yang mereka alami itu tak pernah surut.

Mereka bangun di pagi hari, menikmati sarapan, dan pergi ke sekolah. Di sekolah, mereka bertemu banyak teman sebaya, belajar mengenal arti kemanusiaan, persahabatan, dan percintaan. Kemudian usai sekolah dan menikmati makan siang, mereka pergi bermain sambil mengerjakan PR atau tidur siang. Mereka juga akan menghabiskan sore mereka dengan keseruan bermain, entah membantu ibu menyiram tanaman, menyambut kedatangan ayah, atau bersantai melakukan hobi masing-masing. Setelah itu mereka akan menikmati makan malam istimewa bersama keluarga dan belajar. Lalu, mereka bersiap untuk menyongsong mimpi indah di malam hari.

Ya, begitulah yang dipikirkan oleh Satifa.

Dia melihat Chinara, Asetha, dan Ryana berada di antara anak-anak yang sedang asyik menaiki kereta mini. Berputar-putar mengelilingi rel mini dengan diawasi oleh Mas Rexy dan Andrew. Sementara dirinya asyik melihat Auryn yang sedang menggoda Khismarya di babystrollernya. Akhir pekan kali ini dia putuskan untuk menyenangkan hati anak-anak.

Ibu benar. Chinara dan Asetha semakin menanggalkan kepolosan mereka. Cepat atau lambat, kesabaran mereka akan terkikis dan digantikan dengan keinginan kuat untuk menemukan sosok ayah.

Tapi Satifa yakin sosok ayah yang dinanti-nantikan itu akan kembali dan bergabung dengan keluarga kecil mereka. Seperti apa yang dikatakan Ryana pada semua orang bahwa Om Alsen pasti akan menjemput dirinya, Chinara, dan Asetha. Om Alsen yang baik hati dan penuh tanggung jawab. Om Alsen yang kata Ryana sangat mencintainya dan menyayangi Ryana serta Chinara. Om Alsen yang kata Ryana juga pasti akan mencintai dan menyayangi Asetha.

"IFA!!!"

Satifa mengerjap-ngerjapkan matanya dan mengatur fokus pada Auryn yang baru saja berteriak padanya.

"Kamu sedang memikirkan apa?" gerutu Auryn sembari mengambil botol susu Khismarya di antara rantang-rantang makanan di atas tikar. "Dek, kalau sedang liburan itu harus happy."

Satifa mengatur duduknya dengan jengah. Ia menyelonjorkan kaki jenjangnya di atas tikar motif bunga warna-warni yang didudukinya. Menanti anak-anak datang yang akan berseru 'Bunda' padanya dan meminta minuman segar karena kelelahan.

"Hari ini ada untuk dinikmati, Ifa. Bukan untuk diratapi."

"Iya, Kakakku sayang. Aku mengerti."

"Terus kenapa masih melamun?"

"Bukankah kata Ryana, Alsen akan datang?"

Auryn tampak tertegun. Salah satu tangannya yang terulur memegang botol susu—hendak menyuapkannya pada Khismarya—mendadak beku di udara. Kemudian gerakannya terlihat canggung setelah itu. Auryn menyuapkan botol susu pada Khismarya, dan bayi lucu itu memegang botol susunya sendiri.

Satifa menatap kosong pada Auryn. Dia tahu kakaknya akan menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang sama.

"Mengapa kau bisa sepercaya itu, Ifa?" Nada bicara Auryn terdengar sinis yang kentara sekali dibuat-buat.

GARIZAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang