Dongeng Putri Chinara

18 2 0
                                    

“Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang putri jelita yang memiliki cita-cita menjadi seorang peri.

“Di belahan dunia lain, seorang pangeran hidup bersama seekor kuda putih. Dia memiliki sifat arogan dan oportunis. Suka berlaku seenaknya dan emosinya suka meledak-ledak. Sangat kontras dengan sifat putri yang cenderung tenang, cerdas, dan perfeksionis.

“Di suatu hari, mereka dipertemukan dalam sebuah perjalanan menuju istana. Tapi sayangnya, kapal yang mereka naiki malah terdampar di sebuah pulau asing, setelah badai datang secara tiba-tiba.

“Sayup-sayup, mereka mendengar suara tangis anak kecil di sekitar pantai. Putri bangun dari pingsannya dan mencari-cari sumber tangis itu. Tak lama kemudian, pangeran pun datang menghampiri. Hingga akhirnya mereka berdua berhasil menyelamatkan seorang gadis kecil yang hampir tenggelam kedinginan.”

“Mengapa meleka kedinginan?”

“Karena perlu kalian ketahui, mereka terdampar di sebuah pulau dengan cuaca ekstrem. Saat itu, pagi baru menjelang dan matahari menyongsong di ufuk timur. Kalian tahu, mengapa mereka begitu kedinginan meski ada matahari?”

Anak-anak menggeleng cepat.

Sambil tersenyum, sang Ayah melanjutkan. “Sebab pada saat itu, musim dingin baru saja lewat. Di hutan, ada sisa-sisa bongkahan salju yang belum mencair.”

“Terus, Putri dan Pangerannya ke mana, Yah?”

“Mereka berusaha menyelamatkan si gadis kecil. Seluruh penumpang kapal itu bergelimpangan di sekitar pantai. Ada beberapa yang nyangkut di atas dahan pohon ek yang besar. Mereka semua sudah tak bernyawa.”

Anak-anak memekik kaget. Teringat pada salah satu games zombie yang sering dimainkan. Tak bernyawa berarti ada banyak darah.

“Kemudian Pangeran melepas beberapa pakaian luar milik orang tak bernyawa itu, untuk menghangatkan tubuh si gadis kecil dan untuk dirinya sendiri serta sang Putri.

“Bersama, mereka mencari pertolongan dengan si gadis kecil dalam gendongan Pangeran. Mereka terus berjalan tertatih-tatih melewati lembah, sungai, bebatuan, hutan lebat, bahkan nyaris diterkam seekor singa gunung saat hampir sampai di sebuah pemukiman warga.

“Saat hampir senja, mereka bertemu dengan salah seorang penduduk sekitar. Dan si penduduk yang mereka temui itu telah salah sangka. Melihat sang Pangeran menggendong seorang gadis kecil yang semakin rapuh, si penduduk itu berteriak dan berlari memanggil bala bantuan.

“Malam itu, Pangeran dan Putri disidang oleh penduduk setempat. Si tetua warga mengatakan bahwa mereka harus segera mengesahkan hubungan jika ingin bertahan hidup di pulau itu.”

“Maksudnya bagaimana, Yah?”

“Pangeran dan sang Putri harus menikah, Dek. Supaya mereka bisa tetap tinggal di pulau itu. Iya kan, Yah?”

“Telus, apakah meleka nanti akan tinggal di Istana?”

“Oh, tentu saja. Setelah menikah, mereka membangun sebuah Istana di pulau itu. dan mereka hidup bahagia bersama dengan si gadis kecil yang sudah mereka anggap putri sendiri.”

“Apakah mereka akan memiliki seorang bayi seperti kisah Putri Tidur itu?”

Sementara anak-anak sibuk mencerna seluruh kisah yang didongengkan sang Ayah, Satifa sibuk mengalihkan pikiran agar tidak masuk ke dalam cerita dan terus memperhatikan setiap mimik yang digambarkan anak-anak saat mendengarkan cerita.

Jujur saja, Satifa bagai seorang princess dengan mahkota berlian di kepalanya saat menangkap gambaran tokoh yang diceritakan Jaster. Dalam hati, dia bertanya-tanya mengapa dulu dia begitu terobsesi dengan peri.

“Bunda ...” panggil Asetha manja sembari menoleh ke arah Satifa. Saat itu, Jaster masih menerangkan kisahnya.

“Ya, Sayang?”

“Susu buat Aseth mana?”

“Oh, sebentar. Bunda ambilkan dulu, ya.”

“Bunda, Ara juga mau.”

“Tumben nih, Ara mau susu sebelum bobo. Mau yang putih atau yang cokelat, Sayang?”

“Yang cokelat.”

“Idih, Kak Ala. Yang cokelat itu sepelti ail sungai, Kak. Enakkan juga yang putih.”

“Yang putih bikin mual, Dek.”

“Tapi lebih enakkan yang putih, Kak.”

Jaster tertawa, menghentikan perdebatan anak-anak yang begitu menggemaskan. “Jadi, ceritanya mau dilanjut tidak nih?”

---

Maaf, yaa❣
🙏

GARIZAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang