1 : First but not so first meeting

3.3K 226 4
                                    

Krist melangkah pelan memasuki tempat penuh cahaya kelap-kelip yang memusingkan. Ini pertama kalinya ia melangkahkan kakinya ke tempat seperti ini. Tempat ini adalah bar. Oh tentu saja pemuda putih itu pernah ke bar, hanya saja bar yang ia datangi sekarang adalah bar yang tak biasa. Sejauh matanya memandang semua orang bercampur aduk di sini. Dua orang pemuda di meja pojok yang sepertinya tengah beradu rayu. Ada juga dua wanita dewasa sedang bicara serius di lantai dua sambil melirik-lirik ke bawah, entah apa yang mereka bicarakan. Di sudut lain bar ada sepasang kekasih pria dan wanita asik memagut bibir pasangannya. Krist tidak mau ambil pusing apalagi saat temannya menarik dirinya ke meja barista tepat di sebelah kanan mereka.

SeaSky, nama bar itu terpasang besar-besar di dinding atas tempat ini dengan lampu bercahaya pink hijau. Bar ini sama dengan kebanyakan bar hanya saja tempat ini bebas, well orientasi seksual apapun tak dilarang di sini, oleh sebab itu kalian bisa menemukan pasangan normal hingga mungkin pasangan ladyboy bertebaran di sini.

Krist, bersama teman kecilnya bernama Gun menyamankan diri diri tak jauh dari meja barista setelah memesan minuman.

"Phi Gun, aku pikir kita akan ke bar biasa? Kepalaku agak pusing sekarang."

Sejak tadi ia kehilangan fokus, saat Gun memesan sampai mereka duduk pun ia tak terlalu memperhatikan karena belum beradaptasi dengan tempat ini.

"Auu, kau bahkan belum minum setetespun alkohol yang ditawarkan di sini. Kau tahu Krist, bar ini sangat terkenal di penjuru Bangkok, kau tak akan menyesal."

Pemuda putih berkemeja ungu tua itu hanya diam selagi menikmati musik yang terdengar asing di kepalanya seraya sedikit mengetukkan kakinya yang terbalut jeans putih ketat mengikuti beat musik.

Krist Perawat, seorang model androgini yang masih newbie di bidangnya. Awalnya ia bukanlah seorang yang bisa dikatakan punya aura model, ia hanya pria biasa yang baru lulus kuliah di jurusan ekonomi kala itu. Ia berasal dari keluarga biasa pula, kalangan menengah ke atas, tidak terlalu kaya namun lumayan terpandang. Ia mulanya seseorang yang punya tujuan common seperti orang-orang kebanyakan. Lulus, menjadi pegawai kantoran, menerima gaji setiap bulannya, dan hidup seperti itu terdengar sangat menjanjikan, bukan? Tapi pikirannya mulai ragu, menolak untuk hidup seperti itu karena pasti hanya akan membuatnya jenuh, ia ingin nuansa baru.

Tentang model dan hal lainnya, ia masih sangat awam. Pemuda putih itu hanya asal mendaftarkan dirinya di suatu agensi yang mencari model androgini yang ia sendiripun tak tau apa artinya. Krist hanya dibekali pengetahuan minim tentang fashion, itupun karena teman-teman perempuannya semasa kuliah suka sekali memilihkan outfit atau sekedar mencoba-coba berbagai macam style padanya. Dan kalian tahu sendiri apa kelanjutannya, ya Krist diterima menjadi model hanya saja masih berada di bawah pengawasan seniornya, Gun dan satu lagi bernama New.

"Krist, kau lihat orang yang ada di sana?" Gun menunjuk sekilas kepada seorang berparas cantik yang tengah duduk di atas meja dan di sekelilingnya ada banyak pria menatapnya dengan pandangan memuja.

"Ya phi, dia cantik. Kau kenal?"

"Tidak terlalu, tapi dia sangat terkenal. Kudengar dia simpanan seorang pengusaha kaya."

Krist mengalihkan pandangannya sekali lagi. Dengan anggun orang itu mengangkat gelas winenya dan menenggak isinya khidmat, seketika para pria yang berkerumun itu memekik puas dengan air liur yang hampir menetes.

Krist mengernyit, agak jijik melihat itu. Ia memiringkan kepalanya pada Gun, masih dengan kernyitan di dahi memandang Gun dengan pandangan bertanya.

"By the way, dia ladyboy."

Seketika Krist tersentak kaget.

"A-apa? Kau tidak bercanda kan phi? Dia secantik itu mana mungkin seorang pria! Aku lebih percaya jika kau sebut dia wanita."

Could You Picture Us Together?Where stories live. Discover now