Chapter 11 - My Paradise

3.4K 292 2
                                    

“Gaju, coba lihat kesana?” kata Tian sambil menunjuk ke tempat yang tidak begitu jauh di depannya.

Mereka berempat berhenti berjalan dan melihat ke arah yang ditunjuk oleh Tian. Sebuah gunung berdiri dengan gagah disana.

Gaju terdiam dan terlihat memikirkan sesuatu.

“Gaju, kamu harusnya gembira dong! Kita sampai juga, setelah ini kita punya tempat untuk tinggal yang nyaman. Tak perlu lagi berjalan seharian seperti kemarin,” kata Adel sambil mendekat ke arah Gaju.

“Sebenarnya ada kelemahan dengan memilih tempat ini sebagai base camp kita. Kalau suatu saat kita mengalami luka yang parah, kita butuh satu hari perjalanan untuk kembali ke Komplek dan mendapatkan pertolongan,” keluh Gaju.

“Dan harus berhadapan dengan Tim Koga yang menyebalkan itu?” potong Tian, “Huft. Aku lebih memilih di Hutan ini bersama Gaju dibandingkan kembali ke Komplek dan bertemu mereka,” lanjutnya.

“Tian, apapun itu. Mereka semua melakukan apa yang terbaik untuk bertahan hidup kan?” tanya Gaju.

“Tian tahu, tapi tetap saja tak suka,” jawab Tian.

“Hei Gaju, sebentar lagi kita sampai, sekarang kau yang berjalan di depan. Aku capek,” kata Aju sambil menyerahkan parang di tangannya.

Gaju dengan cepat menyambut parang itu dan berjalan di depan rombongan. Sebenarnya tanpa Aju minta sekalipun, Gaju tetap akan memimpin rombongan di depan.

Dari kemarin, Gaju sudah merasa aneh dengan suasana Hutan ini. Biasanya, akan banyak binatang buas level 5 berkeliaran kesana kemari, atau setidaknya binatang biasa pemakan tumbuhan juga akan terlihat. Tapi sejak memulai perjalanannya kemarin, Gaju tak melihat seekor binatang buas pun menghadang mereka.

Baik itu binatang buas level 5 seperti serigala biasa, harimau, ular pohon dan sebagainya, atau juga binatang buas level 4 seperti Ular Daun yang pernah Gaju kalahkan saat Ujian Eliminasi, atau juga Harimau Pohon yang merupakan raja diatas dahan di Hutan ini.

Ditambah lagi dengan firasatnya yang mengatakan kalau sesuatu yang berbahaya akan terjadi, seuatu yang mengancam jiwa mereka berempat, Gaju sudah memutuskan untuk memimpin barisan sejak awal dari tadi.

=====

Seekor hewan dengan tubuh Singa, memiliki sayap dan kepala seekor Rajawali terlihat sedang berdiri dengan keempat kakinya di lereng gunung yang ada di Hutan.

Lereng ini tidak terletak di bagian puncak gunung tapi berada di tengah-tengah. Ada sebuah gua yang terlihat berukuran cukup luas dan di belakang sang Griffin.

Seperti sesosok mahluk yang memiliki kecerdasan lebih, sang Griffin terlihat mengarahkan pandangannya ke salah satu arah di kejauhan. Dengan kemampuan mata Rajawalinya, bukan hal yang sulit bagi Griffin untuk melihat keempat sosok yang semakin mendekati gunung tempat dia berada.

Griffin lalu berjalan dengan empat kakinya menuju ke gua yang ada di belakangnya. Sesampainya di dalam gua, bau anyir darah tercium menyengat. Beberapa bangkai hewan tergeletak disana. Griffin menarik sesuatu dari tumpukan bangkai hewan itu, tubuh Ular Daun dewasa yang sudah tak bernyawa.

Dengan paruh Rajawalinya, sang Griffin mulai menikmati hidangan siangnya hari ini. Ular Daun yang saat Ujian Eliminasi menjadi momok menakutkan bagi para Kandidat, kini tak lebih hanya sebuah makan siang bagi Sang Griffin.

Tak jauh dari sang Griffin, berbagai tubuh binatang buas terlihat tergeletak disana, Harimau biasa, Harimau Pohon, Ular Python, Serigala Angin, Serigala Bulan, dan masih banyak lagi tubuh binatang buas lainnya.

Griffin membantai semua binatang itu bukan untuk dimakan. Dia tak akan sanggup menghabiskan semua bangkai itu sebelum mereka membusuk dan tak dapat dimakan lagi.

Dia membunuh mereka untuk menunjukkan dominasinya.

Ketika sang Raja datang, semua mahluk yang lain harus mematuhinya, atau tumbang di tangan dan paruh sang Raja.

=====

Di sebuah pantai bagian timur Pulau yang memiliki tebing yang curam di salah satu sisinya, ada sedikit teluk yang agak tertutup oleh batu-batu karang dan tersembunyi.

Orang mungkin tak menyangka kalau di antara batu karang yang curam dan terjal, dipadu dengan tebing yang menjulang tinggi di belakangnya dan Hutan yang lebat di atas tebing, terdapat sebuah teluk berpasir yang sedikit menjorok ke daratan.

Yang paling menakjubkan dari tempat ini adalah, sebuah sungai terlihat mengalir dari tebing dan menuju ke teluk yang tersembunyi itu. Sungai itu tak mengalir dari atas tebing, melainkan dari sebuah gua, tepatnya bukan gua, sebuah cerukan yang besar sekali di tebing itu.

Sungai mengalir di tengahnya dan pepohonan yang tak terlalu rindang tumbuh di kiri kanan sungai. Sungai itu berasal dari rekahan antara batuan tebing yang berada dalam ceruk yang tersembunyi ini.

Sebuah perpaduan antara sungai air tanah dengan lautan, antara pasir pantai dan lembutnya rerumputan, antara terjalnya batu karang dan rindangnya pepohonan. Koma jatuh cinta saat pertama kali menemukan tempat ini. Dia tak pernah memberitahukan keberadaan tempat ini kepada siapapun.

Koma menganggap tempat ini sebagai surganya. Air tanah yang mengalir dan berusaha menembus tebing, akhirnya mengikis batuan di tebing dan membuat sebuah cerukan yang dalam. Laju air tanah itu kemudian membentuk sungai yang akhirnya mengalir ke laut. Burung-burung berdatangan dan membawa biji-bijian lalu membuat tempat ini dipenuhi rumput dan pepohonan.

Menciptakan sebuah keindahan alam yang sangat luar biasa.

Sedari awal, Koma memang berniat meninggalkan Komplek baik karena Tahap Ketiga atau tidak. Ditambah dengan ketidakharmonisan antara dia dengan soulmate-nya sendiri, bahkan sebelum Ujian Eliminasi, Koma sudah mulai menyiapkan tempat ini menjadi rumahnya bahkan tanpa sepengetahuan Songnam.

Koma memang seorang fighter, tapi seperti yang pernah disampaikan sendiri oleh sang Professor saat itu, Koma adalah fighter dengan kecerdasan diatas rata-rata, nilai IC-nya 2.9, tak kalah dari soulmate-nya sendiri yang terang-terangan menjadi kekasih Koga.

Tapi, sekalipun Koma tak memiliki rasa untuk Songnam, tetap saja dia tak bisa menyaksikan soulmatenya bersama kandidat lain. Apalagi kandidat yang jelas-jelas menjadi rivalnya. Koma menghabiskan waktunya untuk menyusuri pinggiran Hutan dan Pantai sendirian. Hingga akhirnya tanpa sengaja menemukan surga ini.

Setelah dia menemukan tempat ini, Koma selalu bercita-cita untuk tinggal disini, membuat rumah disini dan hidup disini. Karena itu, bahkan sebelum Ujian Eliminisi dimulai, Koma sudah mulai membangun sebuah bangunan kecil dari kayu yang terletak di bagian paling dalam dari ceruk di tebing. Dekat dengan rekahan tempat air tanah keluar. Karena tempat inilah yang paling aman dan susah terdeteksi oleh musuh.

Rumah yang dia bangun sedikit demi sedikit itu, kini hanya tinggal menyelesaikan beberapa bagian saja.

Ini adalah hari kedua dia tinggal disini, dan dia menyukainya. Ternyata, setelah mencobanya, tinggal di tempat bagaikan surga ini, jauh lebih menyenangkan daripada khayalannya selama ini.

Gaju - The Survivors (Completed)Where stories live. Discover now