Chapter 17 - Limiter

2.8K 301 183
                                    

Adel meloncat ke arah Aju dan berusaha menariknya ke belakang. Tian hanya bisa melihat ke arah Gaju yang kondisinya terlihat kritis dan terluka disana sini.

Gaju sendiri sekarang sedang bingung. Dia masih punya satu senjata andalan terakhir yang belum dikeluarkannya.

Sedari awal, Gaju punya kelebihan luar biasa dengan kemampuan otaknya. Dia mampu melihat sesuatu sekali saja dan otak Gaju akan otomatis menyimpannya, seperti sebuah kamera yang merekam photo.

Tapi, Gaju mempunyai kelemahan secara alami dengan kemampuan fisiknya. Fisik yang dia miliki tak sekuat para fighter bahkan jika dibandingkan Kandidat normal lainnya.

Gaju berusaha keras untuk menutupi kekurangannya itu dengan bekerja keras dan berlatih tekun, tapi hasil yang dia dapatkan tak sebanding dengan usaha yang dia keluarkan.

Gaju tak pernah berputus asa, hingga akhirnya dia menemukan metode akupunktur yang efektif untuk meningkatkan kemampuan fisiknya secara kontinyu, meskipun peningkatan yang dia dapatkan tidak signifikan dan mempunyai kelemahan yang tidak dapat dihindari.

Rasa sakit yang dia rasakan setiap kali melakukan proses latihan dengan bantuan jarum akupunktur ditubuhnya sangat luar biasa.

Pada awalnya, Gaju berpikir bahwa rasa sakit itu hanya akan dia alami diawal-awal saja, tapi dugaannya salah besar, rasa sakit itu tak pernah berhenti, justru bertambah dengan seiring makin kuatnya tubuh Gaju dan makin melemahnya efek dari metode akupunktur yang dipakainya.

Peningkatan attribut yang awalnya sebesar 0.03 poin tiap kali menusukkan jarumnya ke titik Ningmai atau Dantian miliknya, lama kelamaan menurun tingkat keefektifitasannya, hanya memberikan 0.02 dan terkadang 0.01 poin saja untuk peningkatan attribut fisik Gaju.

Setelah ratusan kali melakukan teknik itu dan tetap berharap kalau dia lebih baik mati daripada merasakannya lagi, 2 tahun sejak dia menggunakan teknik ini, skor Physical Attribute milik Gaju menembus angka 7, tepatnya 7.34.

Sebuah angka fantastis yang bahkan hampir 1.5 kali lipat dari skor Koga.

Tapi, Gaju tahu kalau semakin tinggi sebuah pohon, semakin kencang juga angin yang akan menerpanya.

Sedari awal, dia sudah berusaha untuk mengatasi masalah itu dan menemukan solusinya, lagi-lagi dengan teknik penggunaan jarum dan cara kerja misterius titik syaraf tubuh manusia.

Gaju, dengan segala kecerdasannya, berusaha memahami cara kerja sistem syaraf dalam tubuh manusia demi untuk mencapai tujuannya menutupi kemampuan yang sesungguhnya dia memiliki.

Gaju berhasil melakukannya setahun sebelum Ujian Eliminasi, tepat di saat dia sedang berada dalam kesulitan untuk terus berpura-pura dan menekan kekuatan fisiknya yang sesungguhnya.

Tak seperti Inteligence Capability yang bisa dengan mudah dibohongi dan dimanipulasi hasil testnya, Physical Attribute berbeda, sangat susah untuk menahan diri. Tapi pertolongan itu Gaju dapatkan di saat kritis.

Gaju menemukan sebuah titik syaraf yang tak bisa dia temukan dalam semua literatur akupunktur yang dia baca, bahkan setelah Gaju sempat ragu akan kemampuan memory-nya dan membaca ulang semua buku itu.

Setelah melakukannya, Gaju sadar kalau dia menemukan titik syaraf yang belum diidentifikasi. Karena itu Gaju menamakan sendiri titik ini sebagai Limiter.

Sesuai namanya, Limiter berfungsi membatasi kemampuan fisik Gaju bahkan hingga seperempat sampai setengah dari kemampuan fisik yang sesungguhnya. Dan Limiter yang bekerja pada Gaju saat ini adalah separuh, jadi secara aktual, Gaju sekarang hanya memiliki physical attribute tak lebih dari 4 poin.

Gaju saat ini bingung karena sekalipun dia tak bisa menang melawan Griffin, tapi jika dia melepas Limiter-nya, Gaju tahu kalau dia punya peluang untuk melarikan diri. Setidaknya jika Griffin tak mengincarnya dan justru menjadikan salah satu rekannya sebagai sasaran.

Gaju menatap Griffin di depannya. Kini hanya 2 buah jarum di tangan kanannya yang tersisa. Dia harus menyisakan satu jarum untuk senjata dan menggunakannya untuk membuka Limiter-nya sendiri.

Tian melihat kondisi Gaju yang terdesak dan ke arah Adel yang sudah berhasil mengamankan Aju ke area aman dari jangkauan serangan tak terduga dari Sang Griffin.

"Gaju..." gumam Tian pelan sambil melihat ke arah soulmatenya.

Ingatan Tian kembali ke malam gelap saat bersama Gaju di dalam goa waktu itu. Ketika Gaju menanyakan kepada dirinya apa yang akan dia lakukan jika mereka berdua terjebak di dalam goa tersebut harus saling membunuh.

"Gaju, aku tak pernah bercanda dengan kata-kataku. Jika memang perlu, aku akan mengorbankan nyawaku untukmu," bisik Tian pelan dan mulai mendekat maju ke arah soulmatenya.

Gaju yang fokus dengan musuh di depannya tak menyadari pergerakan Tian.

"Satu jarum saja. Mahluk ini tak punya kelemahan. Leher dan kepalanya terlindungi oleh bulu yang sangat kuat. Luka dibadan dengan jarumku mungkin tak berbeda dengan sengatan lebah baginya. Satu-satunya harapanku adalah dengan melukai matanya. Aku yakin kalau matanya pasti bisa tertusuk dengan jarumku," gumam Gaju.

Tapi bagaimana caranya?

Itu pertanyaan terpenting dalam kepala Gaju. Griffin bukan Ular Daun yang bisa dijebak dengan triknya seperti dulu. Griffin punya sayap. Dia bisa bermanouver di udara dan menghindari serangan tiba-tiba ke arah matanya. Belum lagi kelopak matanya yang bisa menutup dengan cepat dan membuat jarumnya terpental.

"Haruskah aku membuka Limiter dan melarikan diri? Itu artinya, aku akan membuka semua rahasiaku kepada Tian dan yang lainnya," gumam Gaju dalam hati.

Saat Gaju sedang dalam kebimbangan, Griffin mengepakkan sayapnya dan mengeluarkan suara kencang dari paruhnya.

"Ahhhhkkkkk."

Mungkin sang Pemangsa sudah merasa bosan dengan permainan ini dan berniat segera mengakhirinya.

Sesaat kemudian, Griffin melesat ke arah Gaju dengan kecepatan luar biasa. Gaju melihatnya tapi sedikit terlambat untuk mengantisipasi serangan Griffin. Gaju melemparkan tubuhnya ke samping dan berguling di tanah.

Boooommmm.

Paruh Griffin hanya terlewat beberapa centimeter saja dari tubuh Gaju dan mengenai tanah di samping Gaju.

Debu beterbangan dan membuat tempat ini sedikit gelap.

Griffin berdiri dan melihat ke arah Gaju yang ada di sebelahnya dan sudah kembali duduk setengah berjongkok sambil menutupi muka dengan tangan kanannya.

Tanpa menunggu waktu, Griffin mengayunkan cakar kanan depannya ke arah kepala Gaju. Gaju terkejut dan melompat ke belakang, dia tahu kalau mungkin dia tak sepenuhnya dapat menghindari serangan ini, tapi setidaknya dapat mengurangi cidera di tubuhnya.

Dan saat itulah, sebuah bayangan tiba-tiba berdiri di depan Gaju yang setengah berjongkok.

Gaju kaget sekali, sosok yang sangat dikenalnya, berdiri dan menghalangi serangan Griffin untuknya.

Dia bisa melihat bibir Tian menggumamkan kata-kata tanpa suara yang Gaju tahu benar apa.

"I love you."

Tian tersenyum manis sekali, senyuman terindah yang pernah Gaju lihat dalam hidupnya. Senyuman yang mungkin akan menjadi senyum terakhir Tian untuknya.

"Sial!!!" Gaju memaki dalam hati.

Semua kebingungan dan keraguan hilang dari tubuhnya, tangan kanannya yang memegang jarum dengan cepat dan tanpa berpikir menusuk ke titik syaraf Limiter di tubuhnya.

"Persetan dengan semuanya, aku tak akan membiarkanmu mati," desis Gaju dengan mulutnya yang bergetar karena emosi yang meluap dalam tubuhnya.

Gaju - The Survivors (Completed)Where stories live. Discover now