14. Mabuk (1)

78 18 7
                                    

*hap ... *

Hampir saja ia terjatuh namun ada sebuah tangan yang menahannya.

______________________________

"Kalo jalan tuh liat liat" ucap sang pemilik tangan.

Rindu tak menjawabnya, ia hanya menatap tak percaya. Namun cepat ia menyadarkan diri.

"Maaf ...." ucapnya sebelum ia benar - bener pergi meninggalkan lelaki yang menahan tubuhnya itu.

______________________________

Saat mengerjakan tugasnya, ia tak henti - hentinya memikirkan kejadian tadi.

'Sebenernya ada apa ama gua ? Kenapa setiap didekatnya jantung gua kagak pernah tenang ? Apa gua suka ama dia ?'hatinya terus bertanya - tanya.

'Ah, gak mungkin ... tapi kalo iya ... gimana sama kak Riky ? Tapi pan dia bukan siapa - siapa gua ...' gumamnya dalam batin.

'Tunggu ... dia pan pernah bilang kalo dia "Kaka pengen kamu ada disisi kaka terus, selamanya. Walaupun pada nyatanya lusa kita harus berpisah. Tapi kaka pengen suatu saat setelah perpisahan ini kita bisa bersama lagi," apa mungkin dia ada rasa sama gua ? Tapi rasanya gak mungkin. Tapi kalo iya ... ya alhamdulillah.' lanjutnya sambil tersenyum - senyum kecil.

Dan ...

"Rin ...!" panggil Via
"Rindu ...!!" panggilnya lagi karena Rindu tak juga menjawabnya.

Via pun kesal sehingga ia memukul lengan Rindu untuk menyadarkannya.

*plak ...*

"Aww ...." pekik Rindu mengusap lengannya yang terasa sakit akibat pukulan itu.

"Kenapa sih Vi ? Sakit tau." lanjutnya.

"Lu yang kenapa, dari tadi mesem - mesem sendiri. Gua panggil - panggil kagak nyaut. Mikirin apaan sih lu ?" cercah Via kesal.

"Hehehe ... gak kok, gua kagak mikirin apa - apa," jawabnya sambil cengengesan.

"Halah ... bo'ong lu. Mana mungkin kagak mikirin apa - apa tapi mesem - mesem kek gitu." ujar Via.

"Beneran gua kagak mikirin apa - apa. Gua cuman mikirin ni soal doang kok," jawabnya.

"Gua rasa bukan soal ini yang lu pikirin. Jujur aja Rin, kenapa sih lu bo'ong ama gua ? Apa lu udah gak anggap gua sahabat lu lagi hah ?" ujar Via kecewa karena sahabatnya itu tak mau juga jujur padanya padahal terlihat jelas jika Rindu tengah berbohong padanya.

"Bukan gitu Vi ..." timbal Rindu.

"Kalo bukan kenapa lu main rahasia - rahasian ama gua ?" tanyanya.

"Hmmm ... iya deh iya ... gua cerita," jawab Rindu.

Rindu pun menceritakan sosok yang tengah mengganggu pikirannya, dengan cara membisik pada Via. Karena ia khawatir ada orang lain yang ikut mendengarkan.

"Tapi seandainya gua ama dia ketemu pasti dia bakalan cerewet kaya lu nanyain segala hal ama gua." jelas Rindu

"Lah emang iya gua ke gitu?" tanyanya.

"Iya, lu kalo udah kepo mirip kaya emak - emak yang anaknya telat pulang." jawab Rindu sambil menjulurkan lidahnya di akhir kalimat.

"Apa lu bilang ?" tanya Via bertolak pinggang.

"Alama ... singa betina bangun ... "ucap Rindu sambil menutup mulutnya dan cepat beranjak pergi sambil terus meledek Via. Sehingga ia tak fokus dengan apa yang ada di depannya. Dan menabrak seseorang di ambang pintu.

*bruk ... *

"Punya mata kagak sih lo? Jalan tuh liat - liat." bentak orang itu.

"Ma-maaf Ya, gua gak sengaja," jawab Rindu yang gemetar mendapat bentakan itu.

Cukup keras Surya membentak Rindu sehingga mampu menarik perhatian seisi kelas. Via pun bergegas menghampiri keduanya.

"Maksud lu apaan sih Ya ? Bentak - bentak dia. Dia pan gak sengaja. Lagian lu juga ngapain diem di pintu ke gitu." bela Via memeluk Rindu.

"Urusan gua bukan sama lu ya, urusan gua tuh sama ni bocah. Jadi lu diem jangan ikut campur." jawab Surya sambil menunjuk - nunjuk Rindu.

Perdebatan mereka pun sontak menjadi tontonan bagi para murid di kelasnya, termasuk Aldi dan Okta. Namun, karena kelas mereka terpencil dan jauh dari ruangan lain sehingga tak ada guru ataupun murid dari kelas lain yang tau tentang perdebatan ini.

"Iya gua minta maaf" ucap Rindu sambil menyatukan kedua tangannya.

"Maaf ? Apa cuman maaf doang tu kertas bisa kering, bersih lagi hah?" ucapnya.

Aldi dan Okta pun geram. Dengan tingkah Surya yang dinilainya berlebihan karena hanya masalah sepele ia sampai membentak - bentak perempuan ke gitu.

"Hanya karena kertas yang seharga Rp2000 lu bentak -bentak dia?" tanya Aldi tersenyum sinis.

"Iya mang napa? Gua udah susah payah cari tu kertas dan dia ..." jawabnya sambil menunjuk - nunjuk Rindu yang langsung di tepis oleh Okta.

"Gak usah tunjuk - tunjuk." ucap Okta.

"Dengan gampangnya minta maaf sama gua ... hahaha." lanjutnya dan di detik berikutnya ia pun ambruk.

Rindu yang syok mendapatkan perlakuan seperti itu oleh Surya yang rupanya tengah mabuk. Hanya bisa mematung dengan tetesan air mata yang entah sejak kapan ia mengalir.

Via pun langsung membawa Rindu kembali ke bangkunya. Aldi dan Okta membantu membawa Surya ke belakang kelas dan menyuruh seksi PMR membelikan minuman susu untuk menetralkan pengaruh alkohol dari tubuh Surya.

"Udah Rin ... jangan nangis ada gua kok di sini." hibur Via

"Gua cuman gak percaya aja gitu, dia bisa - bisanya bentak gua ke gitu. Padahal gua pan kagak sengaja." ujar Rindu yang terus menitikan airmata.

"Dia lagi mabuk Rin, dia lagi gak sadar. Emangnya lu kagak liat matanya merah ke gitu? Udah lah jangan lu masukin ke hati. Jangan lu pikirin juga." ujar Via mencoba menenangkan Rindu.

Bukannya mereda tangis Rindu malah makin menjadi.

"Aduuh ... Rin, udah jangan nangis terus. Dia sebenernya gak bermaksud begitu kok. Dia lagi gak sadar Rin." bujuk Via.

Rindu tak menjawabnya ia masih terisak tak percaya.

______________________________

"Ya, gimana ceritanya lu bisa ke gini? Setau gua lu tuh cuman ngerokok doang. " tanya Aldi sesaat setelah Surya mulai sadar dan perlahan pulih.

Belum juga terjawab, tiba - tiba ...

"Guys !!! Ada kabar baik ..." teriak Uni begitu ia masuk ke dalam kelas.

"Kabar paan?" tanya Okta dari belakang kelas.

"Gini guys, tadi gua pan ke toilet. Nah pas gua mau keluar, gua gak sengaja nguping kalo di jam ketiga itu guru - guru bakalan pada rapat jadi secara otomatis kita bebas untuk sementara waktu." jelas Uni dengan gembiranya.

"Seriusan Ni, jangan - jangan lu hoax lagi kaya si Aldi." kata salah seorang murid.

"Tapi hoaxnya gua berujung bahagianya kalean kan?" timbal Aldi menyapu rambutnya ke belakang.

"Bahagia mata lo, tuh anak orang ada yang nangis kagak berenti - berenti." ucap Okta yang langsung menoyor kepala Aldi.

"Lah ... itu si Rindu napa? Itu lagi kalian bertiga ngapain pake duduk deket - deketan begitu, mojok pula." tanya Uni yang bingung karena saat kejadian dia tidak ada di kelas.

"Ini gak seperti yang kamu pikir kok. Kalo ni bocah sadar, gua sih ogah duduk ke gini ama dia." ucap Aldi dan menunjuk Surya di akhir kalimatnya.

______________________________

Bersambung ...

Jangan bilang kalo ini masih pendek ya..










Jangan lupa tinggalkan jejakmu ... 😄 makasih.. 😍

Rindu SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang