Part 1 [Kyra]

6 0 0
                                    

Liburan kenaikan kelas terasa sangat cepat bagiku. 2 minggu serasa 2 hari. Aku menghabiskan 10 hariku di rumah nenekku yang berada di Solo. Dan hari ini aku harus kembali ke Bandung.

"Nenek baik baik ya disini. Kyra janji bakal sering video call sama nenek." Aku memeluk erat nenekku yang usianya sama dengan usia kemerdekaan Indonesia.
"Iya nduk. Kamu ati-ati ya nduk. Nurut sama mamah papah." Nenekku tampak berkaca-kaca saat melepas pelukanku.

Sorot matanya mengisyaratkan jika aku dan keluargaku harus tinggal lebih lama lagi di Solo.

Sejujurnya aku tidak tega membiarkan nenekku tinggal di Solo bersama keluarga bibiku. Namun, nenekku tak ingin ikut ke Bandung dengan alasan ingin tetap tinggal bersama kenangan almarhum kakekku. Mengingat hal itu aku berpikir 'itukah cinta sejati?'

"Kyra, udah sampe di stasiun." Lamunanku terhenti saat mamah memberitahuku jika kita sudah sampai di stasiun, Stasiun Solo Balapan.
"Kamu yakin naik kereta sendiri?" Papahku terlihat khawatir dengan kepulanganku ke Bandung yang tak bersama mereka.
"Iya pah Kyra yakin, biasanya kan Kyra juga sering naik kereta sendiri. Lagian aman kok kereta sekarang mah." Aku berusaha meyakinkan kedua orang tuaku bahwa aku bisa sendiri ke Bandung.

Alasan utamaku tak ingin naik mobil bersama kedua orang tuaku adalah aku benci kemacetan. Menurutku perjalanan dari Solo ke Bandung 2 kali melelahkan jika menggunakan mobil. Tapi, jika menggunakan kereta api, perjalanan akan terasa lebih cepat dan aku bisa melihat pemandangan yang indah di kanan kiri jalur kereta api yang ku lalui.

Aku duduk di gerbong terakhir, karna aku suka melihat lokomotif yang terlihat dari gerbong belakang saat kereta berbelok. Kupasangkan earphone di telingaku dan aku putar playlist melalui aplikasi Spotify.

"Iya pah, Kyra udah duduk kok. Ini kereta juga udah jalan. Sampe ketemu di Bandung ya pah." Aku mengakhiri panggilan telepon dari papahku.

Saat aku memalingkan wajah ke kiri, mataku tak sengaja bertemu dengan mata dari laki-laki yang duduk di seberang bangku ku yang dari tampangnya bukan seperti orang Indonesia. Ia terlihat seperti orang Korea, China atau Jepang. Tatapannya dingin, membuatku sedikit takut dan malu. Dengan segera aku meminta maaf menggunakan bahasa inggris karna aku pikir dia bukan orang Indonesia.

"I'm sorry" Ucapku dengan wajah malu serta senyum paksaan dariku.

'Apa aku berbicara terlalu keras di telefon? Sehingga mengganggunya' Batinku saat sudah memalingkan wajah darinya. Saat aku meminta maaf, ia tak merespon sama sekali.

Ku lirik lagi laki-laki itu. Untungnya ia sudah tak menatapku lagi. Dan sekarang ia terlihat serius dengan buku yang sedang ia baca. Ia juga memasang headphone yang melingkari setengah kepalanya.

Tak terasa aku sudah sampai di Stasiun Bandung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tak terasa aku sudah sampai di Stasiun Bandung. Aku meregangkan badanku agar otot otot di tubuhku tak kaku karna duduk 9 jam lebih di kereta. Aku melirik bangku samping tempat laki-laki tadi duduk. Ternyata ia sudah meninggalkan kereta.

Saat aku hendak keluar kereta, aku melihat sebuah kartu yang mirip kartu identitas di bangku laki-laki dingin itu duduk. Aku segera mengambilnya. Dan benar saja itu KTP. KTP yang sama bentuknya denganku. Berarti dia bukan orang asing. Namun, saat aku melihat namanya, terlihat sangat asing. Dong Si Cheng.
Dengan segera aku keluar kereta dan mencari keberadaan laki-laki yang sudah aku ketahui namanya itu. Mataku terus mencari dimana ia berada. Tak perlu waktu lama, aku menemukannya. Ia sedang duduk di bangku peron seraya memainkan handphone nya.

 Ia sedang duduk di bangku peron seraya memainkan handphone nya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Permisi, ini punyamu?" Aku menyodorkan KTP itu di hadapannya.
"Hah? Oh iya ini punyaku. Terimakasih." Laki-laki bernama Dong Si Cheng itu mengambil KTPnya dari tanganku dan beberapa detik kemudian pergi setelah memasukan KTPnya ke saku celananya.

Entah kenapa aku terus memperhatikannya saat berjalan pergi menjauh dariku. Aku berfikir apa aku melakukan kesalahan di kereta tadi sehingga membuat laki-laki itu seperti tidak suka kepadaku?

Saat aku melamun, handphone ku berbunyi. Rupanya itu panggilan dari Yuta. Sahabat kecilku. Yuta si orang Jepang tapi rasa Sunda.
"Hallo Yut. Tunggu di parkiran depan ya. Aku lagi jalan ke sana. Kamu di lobby? Oke, beliin aku Roti'O ya Yut, dua." Aku mematikan panggilan itu dan segera menuju lobby tepatnya.

"KYRAAAA!!" Terdengar suara nyaring Yuta yang memanggilku.

"YUTAAAAA!!!" Aku juga meneriakan namanya membuat orang-orang di sekitar kita menatap aneh ke arah kita berdua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"YUTAAAAA!!!" Aku juga meneriakan namanya membuat orang-orang di sekitar kita menatap aneh ke arah kita berdua.

"Kamu kok gendut abis liburan. Pasti makan mulu kan? Ini pipi beratnya berapa kilo Ra. Belum ditambah dua Roti'O ini." Ledek Yuta sambil mencubit pipiku yang memang aku sadar lebih berisi dari sebelumnya.

"Gimana ngga makin gendut Yut. Di Solo aku kerjaannya dikasih makan mulu sama nenekku. Baru jam 9 makan, jam 11 udah disuruh makan lagi. Oh iya, gimana liburan kamu di Jepang? Oleh oleh pesenan aku dibawa kan?" Aku mengambil dua bungkus Roti'O dari tangan Yuta dan langsung melahapnya.

"Iya aku bawa kok. Ada di rumah aku. Besok aku bawa ya ke rumah kamu. Udah kangen nih sama masakan Tante Ghina."

"Oh iya Yut. Ternyata Jack Frost di dunia nyata ada ya."

"Maksudnya? Punya kekuatan kayak Elsa?"

Ucapan Yuta membuatku tertawa hingga aku hampir tersedak.

"Bukan itu maksudnya Yut." Aku menarik nafas sejenak untuk menceritakan kejadian yang aku alami hari ini.

"Udah jangan dipikirin, banyak kok orang aneh yang pasti kita temuin di transportasi umum. Udah yuk makin malem nih. Aku anter kamu pulang. Nanti Tante Ghina marah" Yuta akhirnya mengantarku pulang.

Di sepanjang jalan pulang kami berdua berkaraoke ria menyanyikan lagu-lagu favorit kita. Hingga akhirnya aku sampai di depan rumah.

"Yakin ngga mau mampir dulu?" Tanyaku dari luar mobil.

"Nggak ah aku langsung pulang aja. See you Kyra." Ucap Yuta sambil melambaikan tangannya.

"see you too Yut." Aku juga melambaikan tanganku ke mana arah mobil Yuta berjalan, hingga aku memutuskan untuk masuk ke rumah.

*

*see you on the next part 😉

*jangan lupa vote cerita aku ya
Thankyou 😊

Between Ice and FireWhere stories live. Discover now