18. Jeff and Rey

14.4K 1.6K 44
                                    

Can't feel my fingers
Still feelin' you
Won't you come figure
Out what I could do
For you.


***


Jeffrey

Ini terhitung sudah hampir 2 bulan lebih selama pernikahan gue, gue baru merasakan sensasi masak bareng Ibu lagi di dapur.

Dapur yang sejak kecil selalu jadi tempat gue merengek minta telur mata sapi setengah matang sama Ibu.

Dulu Ibu pernah melarang gue untuk makan itu karena gue terkena bisul di kaki sebelah kiri gue. Untung bukan di pantat juga guys. Ya ini semua gara-gara gue yang hampir setiap hari minta Ibu untuk buatin gue telur mata sapi setengah matang itu.

Tapi beranjak remaja gue jadi lebih suka indomie. Pernah sampai Ayah marah sama gue karena ketahuan makan indomie 3 kali dalam sehari gak makan nasi dan besoknya berujung di rawat karena tifus.

Badung banget emang gue dulu.

"Gimana?" Lagi-lagi pertanyaan Ibu menjurus kearah itu.

Gue tersenyum sembari semasukan beberapa bahan makanan kedalam panci.

Dari kecil gue memang senang membantu Ibu seperti ini.

"Bo'yo di program ngonon toh le" Lanjut Ibu, "Jangan terus-terusan bilang kamu belum siap. Rejeki itu ndak boleh di tolak."

Gue memang selalu bilang bahwa gue yang belum siap bukan Kinanti.

"Jeff masih pengen pacaran dulu sama Kinan bu."

"Yooo, pacaran sambil momong anak juga enak kok. Kan jadi lebih rame."

"Masa pacaran rame-rame sih bu? Pacaran mah berdua aja." gurau disertai cekikikan ringan gue membuat ibu memukul ringan bahu gue.

"Kamu nih."

"Ini udah semua bu?" tanya gue sembari sedikit mengaduk sup yang berada didalam panci.

"Iya, tinggal tunggu mendidih aja."

Gue mengangguk ringan sembari melepas apron yang tersangkut di leher gue.

Gue mendekatkan diri gue kearah Ibu, sedikit menatapnya sebelum berkata, "Emang Ibu pengen banget ya bu punya cucu?"

Ibu menoleh, "Ya kamu nih, Ibu mana yang ndak mau liat anaknya momong bayi toh?"

"Ibu mau kan nunggu sampe aku siap?"

Aku disini maksudnya Kinanti.

"Ibu mau kan nunggu sampe semuanya tepat?"

Semuanya disini maksudnya hati Kinanti.

"Ibu mau kan nunggu sampe sempurna?"

Sempurna disini maksudnya gue dan Kinanti. Rumah tangga gue dan dia.

Ibu tersenyum kearah gue, matanya memancarkan sebuah kebahagiaan yang sulit untuk gue gambarkan, "Iya. Ibu ndak maksa. Tapi, kalo bisa cepat kenapa harus di tunda?"

Gue tersenyum. Kali ini tulus. Sangat tulus.

"Kayaknya supnya udah mateng deh bu." Gue langsung mematikan kompor dan mulai memindahkan sup itu kedalam mangkuk.

"Ini biar Jeff aja yang bawa." Kata gue lalu membawa mangkuk berisi sup yang masih panas itu.

Gue menaruh sup itu diatas meja makan lalu berjalan ke ruang tengah untuk mendapati Max dan Kinanti yang sedang berbincang.

More | JJH ☑️Where stories live. Discover now