34.

198 11 8
                                    

Usia kehamilan Amelta sudah mendekati usia tujuh bulan. Perutnya sudah mulai membesar. Tampak jelas ia berjalan kesusahan untuk mencapai ruangannya. Sampai ia bisa mencuri dengar pembucaraan beberapa staf nya.

"Kami yakin dia punya suami?" tanya si ikal.

"Aku pernah melihat seseorang mengantarkannya ke kantor." jawab si gemuk.

"Tapi kenapa kita nggak pernah tahu siapa pria itu?" tanya di rambut lurus.

"Mungkin dia sengaja menyembunyikan suaminya dari semua orang. Catrine aja nggak tahu lho." kata si gemuk.

"Nggak tahu gimana?" tanya si ikal penasaran.

"Catrine nggak pernah mau jawab apakah bos kita itu sudah bersuami atau belum, terus siapa pria itu juga, dia tidak pernah mau menjawab." kata si gemuk.

"Apa mungkin bos kita itu wanita simpanan?" tanya si ikal.

'Aku menjadi simpanan suamiku? Hahaha... memggelikan sekali.' batin Amelta.

"Itu sebabnya dia memiliki banyak uang dan memakai baju-baju merek ternama kelas internasional?" tanya si rambut lurus.

"Iya. Itu maksudku. Bisa saja dia istri simpanan gubernur atau pejabat." kata si ikal.

'Aku bahkan membeli semuannya sendiri. Dengan uangku sendiri. Masih harus mengirim uang pada kedua orang tuaku. Masih harus membayar semua tagihan kartu kredit papa mama dan Mierna. Masih harus menerima hinaan seperti ini dari kalian.' batik Amelta kesal.

"Tapi bukankah bu direktur orang yang baik?" tanya si gemuk tidak yakin akan perkiraan teman-temannya.

"Mungkin dia sedang kekurangan uang." kata si rambut lurus.

"Itu tidak mungkin. Dia memiliki koneksi orang keraton Jogja." kata si gemuk.

"Aku tidak mengerti maksudmu. Koneksi?" tanya si ikal bingung.

"Ayahnya adalah seorang bangsawan yang melepas gelar bangsawan demi menikahi ibunya yang orang biasa. Dia itu memiliki hubungan darah dengan keluarga keraton Jogja." kata si gemuk.

"Kamu lebih tahu tentang silsilah keluarga bos kita ya." kata si rambut lurus takjub.

"Dan ibu dari bu direktur adalah orang kaya di Singapore." imbuh si gendut lagi.

"Waw.. bos kita ternyata kaya raya. Kalau begitu mungkin saja si pejabat itu hanya dijadikan pemuas nafsunya saja." kata si ikal.

'Ini orang udah gila ya. Mau mati dia? Benar-benar... Tidak-tidak-tidak, aku harus menahanya. Mereka pasti kapok jika nantinya ku kenalkan siapa suamiku pada mereka.' batin Amelta menahan diri.

"Kenapa bos kita tidak ingin menikah saja?" tanya si rambut lurus.

"Dia pasti sedang mengincar seseorang. Tapi dengan perutnya yang membuncit, mana ada yang mau sama dia." kata si ikal.

"Ada." kata si gemuk.

"Siapa?" tanya si rambut lurus.

"Pak Octavius." jawab si gemuk.

"Apa?" si ikal mulai tertarik.

"Pak Octavius selalu mengajaknya makan siang sambil mengusapi perut bu Amelta. Aku sering melihatnya dengan mata kepalaku sendiri." kata si gemuk.

"Masa iya sih?" tanya si rambut lurus.

"Iya. Itu benar. Aku juga pernah melihatnya. Padahal aku selalu memperhatikannya saat dia datang kemari." kata si ikal.

'Aku sudah tidak sabar lagi memperkenalkan suamiku pada mereka.' batin Amelta lalu tersenyum geli.

"Kau yakin pria itu akan melirikmu?" tanya si gemuk.

Kau Menjeratku Terlalu Dalam (End) RevisiWhere stories live. Discover now