3. Ayahku Meninggal

5.6K 139 2
                                    

Sudah 3 tahun aku di tinggal ibu, kini ayahku menyusul nya, tak perlu di tanya betapa sedihnya hati ini.
.
Selepas sholat maghrib, ponsel suamiku berdering, aku sedang membaca Qur'an.
.
Selesai membaca Qur'an, suamiku menatapku lamat- lamat, ingin mengatakan sesuatu dari bibirnya, namun agak berat
.
Firasatku sudah tak enak, karena ayahku sedang sakit, aku takut terjadi sesuatu pada ayahku, semenjak menikah, aku dan suami mengontrak, aku sempat beberapa hari menginap di Rumah sakit menemani ayah.
.
***
.
Bolak balik, antara kontrakan suamiku, Rumah Ayah, dan Rumah sakit, sampai aku kelelahan, ya.. sebulan yang lalu aku baru saja testpack, Alhamdulillah aku positif hamil
.
Kontrakan suamiku dan Rumah Ayah cukup jauh.
.
Ayahku sampai di marahi dokter, karena tak bisa diam saat di Rumah sakit, mengaduh dan mengeluh tentang sakitnya, dokter tau aku sedang hamil karena wajahku pucat dan mual- mual
.
"Memang saudaranya yang lain kemana bu? Ga ada yang bisa gantiin ibu jaga bapak?", tanya dokter padaku prihatin.
.
"Ini giliran saya jaga, dan belum ada yang kemari dok," jawabku.
.
"Pak, bapak gak kasian sama anak bapak? Anak bapak sedang hamil, bapak harus nya sabar, jangan bolak balik terus", bu dokter memarahi ayahku. Hingga membuat aku menangis, karena sedih melihat ayahku di marahi, sudah sedang sakit, di tambah amarah bu dokter pula.
.
"Iya bu, saya kasian sama anak saya", jawab Ayah, aku pun semakin sedih.
.
Aku yang paling tau sikap ayahku, aku memakluminya, ayah memang tak tahan rasa sakit, dan suka mengeluh untuk minta di perhatikan hingga mengurangi rasa sakitnya.

***
Ayah sempat di bawa pulang ke rumah, karena akan di rujuk ke Rumah Sakit yang lebih lengkap peralatannya untuk cuci darah, ya.. ayahku terserang penyakit ginjal.
.
Aku sempat merawat ayah di rumah, namun perkataan salah seorang adikku menyakitiku, aku hanya tak suka, ia menjauhi ayah yang sedang sakit, lalu ia malah meng-update status whatsapp mengataiku, membaca itu aku langsung merapikan barangku, pamitan pada ayah di malam itu, aku tau ayah sangat mengkhawatirkan aku, karena suami ku tidak menjemputku.
.
Aku pulang ke kontrakan suami ku mendadak, biasanya aku minta di jemput, karena sakit hatiku, maka aku melangkah begitu saja.
.
Aku telah mengerahkan segala tenaga yang ku punya, segala perhatian yang ku punya pada ayah, ketika di rumah sakit ayah tak mau makan kecuali jika aku suapi. Ia tak mau makan dari tangan anaknya yang lain, padahal anak ayahku ada 5, ayah bilang mereka kasar dan tidak perhatian.
.
Aku pun menangis di pelukan ayah, "Yah, maaf Alisya belum bisa jadi anak yang baik"
.
Ayah menjawab, "Engga sya, kamu udah sangat baik", kata- kata itu yang aku masih ingat sampai sekarang
.
***
"Dek, kamu sabar ya, ayah udah ga ada", kata suamiku.

Aku pun mematung, firasat tidak enak ku jadi kenyataan, aku diam tak bergeming sampai beberapa menit.

Hingga aku sadar, ayahku sudah tak ada, aku menangis, menundukan kepala, mendekap lututku, "Mas, nanti aku bakal ketemu ayah lagi di surgakan?", tanyaku pada suamiku.

Suami ku diam, dia mengelus bahuku, menguatkanku, sedangkan aku tidak akan merasa lega sebelum suami ku menjawab pertanyaanku.

"Iya, InsyaAllah", jawab suamiku, detik itu juga aku ridho ayah pergi meninggalkan ku dari dunia ini.

Ayah, ibu, kalian sudah pergi, kalau hari ini aku belum menikah, dan belum punya suami, entah siapa lagi yang akan menguatkanku.

Dan ketika aku sampai di Rumah Ayah, aku melihat jenazah ayah dengan pandangan lesu, diiringi dengan genggaman erat tanganku pada suamiku, berharap aku mendapat kekuatan lebih di hatiku.

Dan ketika aku sampai di Rumah Ayah, aku melihat jenazah ayah dengan pandangan lesu, diiringi dengan genggaman erat tanganku pada suamiku, berharap aku mendapat kekuatan lebih di hatiku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Wahai Ibu MertuaWhere stories live. Discover now