Prolog

254 19 8
                                    

Cocoyashi Street

East Blue District

2007

Seorang bocah enam tahun terduduk bosan menatap layar televisi yang sedang menayangkan film kartun. Sayangnya program kesukaannya itu tidak menarik minat si gadis kecil hari ini, karena pikirannya melayang pada sosok sang ibu yang belum juga pulang.

"Nee Kalifa-san..." Rengek si gadis kecil pada babysitter-nya yang baru saja melangkah ke ruang tamu.

Kalifa mendudukan dirinya di sofa disamping si gadis kecil.

"Ada apa Nami-chan?"

"Kapan Okaachan pulang?" Tanya gadis kecil bernama Nami itu.

"Mungkin sebentar lagi."

"Huuh..." keluh Nami lalu menggembungkan kedua pipinya kesal mendapati jawaban yang kurang memuaskan.

Wajah Kalifa memerah karena ia mati-matian menahan hasratnya untuk mencubit pipi tembam Nami yang menggemaskan.

Tak lama kemudian suara klakson mobil terdengar dari teras depan.

Nami melompat dari tempat duduknya.

"Okaachan pulang!"

Dengan penuh semangat Nami berlari menghampiri pintu rumah. Kalifa tersenyum melihat tingkah Nami sebelum menggekori gadis kecil itu.

"Okaachan!" Seru Nami pada sang ibu yang baru turun dari mobil.

Bellemere tersenyum lalu melambaikan tangannya pada gadis kecil-nya yang juga sedang melambai ke arahnya.

"Hallo Nami-chan~"

Sosok lain ikut keluar dari mobil Bellemere. Seorang pria tampan diawal tiga puluh tahun dengan surai pirang keemasan dan iris cokelat kemerahan. Pria itu mengenakan sebuah kemeja putih dengan cetakan-cetakan hati kecil berwarna merah muda dan jaket bulu berwarna ungu yang membuat penampilannya sangat mencolok.

"Rocinante-san!" Nami memekik gembira melihat sosok yang merupakan kekasih sang ibu.

Nami berlari kencang lalu menghamburkan dirinya untuk memeluk Rocinante. Sayangnya tinggi gadis itu hanya setinggi lutut Rocinante.

Rocinante tertawa melihat Nami yang memeluk lutut-nya dengan erat. Ia mengacak-acak surai oranye gadis kecil itu dengan gemas. Nami adalah putri Bellemere, yang sudah menjadi kekasihnya selama tiga tahun belakangan ini. Gadis kecil itu tentu sudah ia anggap seperti putri-nya sendiri.

"Rocinante-san ayo masuk. Tadi sore aku dan Kalifa-san menggambar rumah loh."

Nami menggandeng tangan besar Rocinante dengan tangan mungilnya dan menarik kekasih sang ibu ke dalam rumah. Rocinante melempar senyum kepada Bellemere yang menggelengkan kepala melihat keberadaannya yang seakan terlupakan begitu Nami melihat Rocinante.

"Sepertinya Nami sudah siap punya ayah baru."

Wajah Bellemere memerah mendengar godaan Kalifa.

"He..hentikan itu Kalifa."

"Maaf maaf." Kalifa terkikik melihat reaksi Bellemere. "Kalau begitu aku pulang dulu ya, Bellemere-san."

Bellemere mengangguk.

"Terimakasih sudah menjaga Nami."

"Sama-sama. Besok apakah aku perlu datang lagi?"

Bellemere tersenyum.

"Bellemere-san?"

"Kau tidak perlu datang besok, Kalifa." Bellemere menggeleng. "Karena besok aku dan Rocinante akan membawa Nami menemui seseorang."

Catch in FireWo Geschichten leben. Entdecke jetzt