Chapter 2 They're Called The Straw Hat

119 16 7
                                    

Setelah detensi yang diberikan Shanks selesai, Law segera melajukan motornya ke distrik Drum.

Ia menggerutu dalam hati karena tidak dapat mengantar Nami hari itu.

Beberapa menit kemudian, Law menghentikan motornya di lapangan parkir sebuah bangunan kecil dan sederhana bertingkat dua. 'Klinik Sakura' tertulis di depan bangunan itu.

"Law!" seorang pria berbadan bulat yang berdiri dibalik meja resepsionis memanggilnya ketika ia memasuki klinik.

Law menggampiri meja resepsionis "Selamat sore, Wapol."

"Dr. Kureha sudah menunggumu daritadi. Mengapa kau terlambat hari ini?" Tanya Wapol dengan wajah cemberut. Karena Law terlambat, dia menjadi sasaran omelan sang dokter hari ini.

"Maaf. Aku ada sedikit masalah di sekolah." Jawab Law cuek.

"Huuh makanya sudah kubilang pada Dr. Kureha agar tidak memperkerjakan anak sekolah. Begini akibatnya."

"Jangan terlalu berlebihan Wapol. Ini baru pertamakalinya aku terlambat."

Wapol masih menggerutu.

"Ya sudah sana ke atas. Seperti yang kau lihat sore ini kita punya banyak sekali pasien." Ucap Wapol akhirnya.

Mata Law beralih pada ruang tunggu klinik. Kursi-kursi di ruang itu hampir semua terisi penuh oleh pasien yang sedang menunggu giliran mereka.

Dr. Kureha pasti sangat sibuk tanpa bantuannya.

Law menangguk singkat kepada Wapol kemudian beranjak menaiki tangga kelantai dua. Ia memasuki ruang ganti dan mengganti seragam sekolahnya dengan scrubs biru tua. Setalah penampilannya ia pastikan rapi, barulah ia melangkah ke ruang periksa.

Begitu tiba didepan ruangan, Law mengetuk pintu.

"Masuk."

Suara yang sudah ia kenali sebagai suara Dr. Kureha terdengar. Law membuka pintu dan memasuki ruangan periksa.

Dr. Kureha tidak sendirian disana. Seorang bocah perempuan yang terbatuk sedang duduk di atas ranjang periksa bersama kedua orang tuanya.

"Maaf aku terlambat."

Dr. Kureha membuka mulutnya untuk mengomeli pemuda itu. Tapi kemudian ia menutup mulutnya lagi mengingat keberadaan pasiennya.

"Kita bicarakan itu nanti." Ucap Dr. Kureha dengan senyum mengerikan yang ia tunjukan kepada Law.

Law menelan salivanya sendiri. Ia bukan tipe lelaki yang gampang ditakuti. Demi Tuhan ia bahkan sudah menguasai judo, kendo dan taekwondo sejak SMP. Namun ia lebih memilih mengahadapi lima puluh musuh sekaligus daripada harus menghadapi amukan Dr. Kureha.

"Maafkan interupsinya." Dr. Kureha berkata kepada orang tua si gadis kecil. "Jadi ada apa dengan putri anda?"

"Sudah seminggu ini dia demam, pusing dan lemas."

Law mendengar jawaban sang ayah dengan serius kemudian mencatat gejalah-gejalah si gadis kecil diatas kertas data pasien.

"Law.. bagaimana menurutmu?" Dr. Kureha menatap Law.

"Boleh aku memeriksanya?"

Dr. Kureha mengangguk.

"Maaf?" Ibu si anak memandang Dr. Kureha dengan tidak yakin jika pemeriksaan putri-nya diserahkan kepada seseorang yang terlihat begitu muda.

"Jangan khawatir." Dr. Kureha memberikan senyum meyakinkan pada si ibu. "Dia adalah asistenku. Dia memang masih muda, tapi dia sudah lumayan berpengalaman. Lagipula ini hanya pemeriksaan fisik simpel. Dan aku lah yang akan memastikan hasilnya."

Catch in FireWhere stories live. Discover now