Bagian 7 Melepas Segalanya

61.2K 2.9K 367
                                    

Haiii..
Aku baru bisa up sekarang, selow ya guys..
Semoga kalian mengerti keadaanku sekarang..

VOTE KOMENTAR agaaann..

1300 vote trus aq langsung up..
Next part khusus 21+

***

"Kak Ranu?!"

Tergopoh langkah Rama menghampiri kedua insan yang berhadapan itu, dua manusia yang dikenalnya. Ia baru berani mendekat setelah memastikan bahwa lelaki yang berhadapan dengan calon istrinya adalah memang benar Ranu sang kakak.

Riri dan Ranu gelagapan, serba salah tingkah melihat Rama yang semakin mendekat ke arah mereka. Riri berusaha merapikan syal yang menutup lehernya, lebih tepatnya agar menutup kissmark yang Ranu tinggalkan akibat pengkhianatan mereka semalam.

"Kakak di sini?" Rama merangkul pundak Ranu, membuat kakaknya itu terjingkat kaget.

"Ah ya.. Eh ku kira siapa.." Ranu mengerjapkan mata gugup.

"Kalian?" Rama butuh penjelasan atas kedekatan posisi mereka yang berhadapan.

"Kami.." Ranu dan Riri berbarengan. Keduanya kemudian saling pandang dalam rasa gugup yang susah payah ditekan.

"Maksudnya kami tidak sengaja bertemu di sini, ada klienku yang bekerja di kampus ini." Ranu berkilah, bersilat lidah.

"Oh.." Rama manggut-manggut.

"Aku.. Aku cuma membantu Kak Ranu menemukan seseorang yang dicarinya." Imbuh Riri menguatkan penuturan Ranu.

Kedua manusia yang masih saling mencintai itu merasa sangat bersalah. Seolah kompak untuk mengelabuhi Rama yang sama sekali tak layak diperlakukan demikian. Ia tak salah tapi harus merasakan sebuah pengkhianatan besar dari orang-orang yang disayang.

"Baiklah, kalian lanjutkan, aku akan kembali ke kantor." Ranu izin undur diri. Sadar menjadi duri di tengah hubungan adiknya.

"Sip deh Kak! Hati-hati ya."

Rama menggandeng tangan Riri tanpa tahu seberapa tak rela batin Ranu mengecamnya. Dari kejauhan, lirikan sinis lelaki itu cukup mengisyaratkan kebencian dan kecemburuan. Mereka berjalan menjauh, bergandengan, berlalu memunggungi Ranu yang terus dipukuli sakit hati. Perih tergerus rasa cemburu, lalu bagaimana dengan Rama? Bagaimana jika Rama tahu betapa panas ranjang kakaknya semalam?

Mata Ranu memerah. Menggenang amarah, memanen sakit hatinya meskipun tak sepantasnya ia berlaku demikian. Rama lah yang lebih berhak naik pitam jika tahu apa yang sudah ia lakukan bersama Riri semalam juga di masa lalu yang cukup kelam.

Dia milikku, Adikku.. Hanya milikku..

***

"Tumben kamu mengajakku makan siang duluan Sayang.." Rama semringah di balik kemudinya. Ia bahagia usai menuntaskan makan siang bersama. Begitu spesial karena Riri yang terlebih dahulu mengajaknya.

"Kamu bahagia?" Riri memastikan sesuatu yang sudah tampak jelas di kedua pelupuk mata Rama.

"Apa senyumku menunjukkan ketidakbahagiaan Sayang?"

Lelaki itu memamerkan barisan giginya lebar-lebar, pertanda suasana hatinya sedang berbunga. Riri pun bisa menemukan kebahagiaan yang tulus, tak terukur dari seorang Rama hanya karena ia mengajak makan siang terlebih dulu.

Andai saja kamu tahu apa yang ku lakukan dengan kakakmu semalaman, mungkin senyum itu akan berubah menjadi amukan kekecewaan..

"Sayang.." Rama menyergah Riri dari lamunan.

PASSED (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang