5. Perasaan bimbang

3.5K 274 3
                                    


💢💢💢

   Illyana merenung sendirian di taman belakang sekolah. Memikirkan pengakuan Aliano waktu itu di kafe. Dia terkejut, bahkan teman-teman mereka pun ikut memandang dirinya dan Aliano dengan tatapan bingung, penasaran.

"Gue.Kangen.Elo!" Aku Aliano. Sorak sorai yang sedari tadi menyoraki Aliano ketika menatap Illya pun seketika hening. Pernyataan serta pengakuan dari Aliano berhasil membungkam semua teman mereka.

Bahkan Illyana masih shock mendengarnya. Buru-buru dia memutus pandangan Aliano.

"Gue pulang!" Ujar Illyana yang langsung mencangklong sling bag nya.

"Kok pulang Yas? Pesenan lo aja belum datang." Sahut Jono memecah kecanggungan.

"Gue ada urusan, jadi gue duluan." Ujar Illyana datar, segera dia langsung beranjak meninggalkan semuanya setelah berpamit.

Seperginya Illya, seperti Jono, Dino, Satya, Vika, Farhan dan teman-teman lainnya menatap tajam meminta penjelasan dari Aliano. Bahkan Satya memandang Aliano penuh intimidasi.

"Ada hubungan apa Lo sama Dias?" Tanya Satya tak santai.

"Elo semua nggak perlu tahu! Gue duluan." Ketus Aliano dan mulai beranjak meninggalkan semuanya. Dan yang lain hanya bisa menghela nafas sebal merasa rasa penasarannya tak terjawab.

Illya bahkan bingung dengan hatinya sendiri pada saat Aliano menyatakan perasaannya. Jantung Illya bahkan berdetak dua kali lipat dari biasanya. Dan perasaan itu yang pernah ia rasakan dulu saat ia berdekatan dengan Aliano dan mencintai pria itu.

Apakah perasaan cinta itu masih ada? Tapi diak mungkin.  Mereka sudah tidak jumpa lama sekali, diingat kejadian itu sudah terjadi 2 tahun lalu. Mereka menjalin kasih ketika mereka sama-sama duduk dibangku satu SMA. Dulunya mereka tidak sekolah di SMA PANDHAWA, mereka dulu sekolah di SMA yang ada di Bandung. Dan setelah kejadian itu, Illya memilih pergi dan pindah ke Jawa Tengah meninggalkan semua kenangannya bersama Aliano dan juga jauh dari orangtuanya di Bandung. Dia juga tidak tahu jika Aliano juga meninggalkan Bandung tepat ketika pria itu tidak lagi menemukan Illya di kota kembang tersebut. Dan kini mereka di pertemukan kembali di SMA yang sama yang ada di Jakarta.

"Huft, gini banget hidup gue. Niat mau ninggalin dan lupain semua, malah balik lagi dipaksa buat nginget semuanya lagi." Gumamnya sangat lirih yang ia yakini hanya dia saja yang mampu mendengarnya.

"Gue udah relain dulu jauh dari Abah dan Ambu gue demi nyembuhin rasa sakit itu, kenapa sekarang setelah sekian lamanya rasa sesak itu tetep ada? Apa segitu dalamnya perasaan yang gue punya buat dia?"

"Ditambah kemaren dia bilang kangen. Apa benar? Hah- gue gak yakin." Ujar Illya menyeringai miris. Segala unek-uneknya ia keluarkan hanya dengan bertemankan angin di taman.

Illya sibuk dengan pemandangan yang ada di langit. Sampai seseorang mendekat pun ia tak menyadarinya.

"Segitu muaknya ya Lya kamu sama aku?" Tanya orang yang tadi mendekati Illya yang duduk seorang diri.

"Ali?!" Pekik Alena terkejut. Ya, Aliano lah yang datang menghampiri Illya, tanpa diketahui Illya, sedari tadi Aliano memang lebih dulu berada di taman itu. Dan ketika melihat Illya, Aliano segera bersembunyi dibalik pohon besar yang dekat dengan bangku taman.

"Sejak kapan lo disini?" Cicit Illya ketus tanpa menatap Aliano, lebih tepatnya tak berani memandang iris mata Aliano yang terlihat sendu setiap menatapnya.

"Cukup lama. Sebelum elo dateng, gue udah disini." Ujar Aliano beralih duduk disamping Illya. Terlihat gadis itu yang tidak nyaman. Aliano menyadarinya, tapi ia mengabaikannya.

"Elo denger semua yang gue omongin?" Tanya Illya ragu.

"Semuanya! Makanya gue tanya, segitu muaknya lo ya sama gue?" Ujar Aliano bertanya sambil menatap sendu gadis didepannya itu.

"Nggak." Singkat Illya menjawab.

"Aku minta maaf." Lirih Aliano memandang Illya dengan perasaan menyesal.

"Gue udah maafin elo, dan stop ganggu gue!" pinta Illya dengan tegas.

"Gue gak bakalan bisa jauhin elo Illy, karena sejatinya hati gue udah punya Elo sepenuhnya!" Balas Aliano tak kalah tegasnya.

"Tapi gue gak bisa deket sama elo lagi Ali! Jangan egois!" Pekik Illya keras, bahkan air matanya pun tak bisa ia bendung lagi. Aliano yang tak tahan melihat Illya yang sudah terisak pelan, segera direngkuhnya tubuh gadis yang ia cintai dalam pelukannya.

"Elo tahu gue egois. Dan gue bakalan dapetin apa yang emang harusnya gue dapetin. Elo milik gue!" Bisik Aliano tepat ditelinga Illya.

Aliano sedikit melonggarkan dekapannya, kini beralih memandang wajah Illya dengan jarak cukup dekat. Bahkan keduanya saling menatap. Tak ada yang bisa mengalihkan pandangan keduanya. Aliano semakin mendekatkan wajahnya, bahkan kedua hidung mereka hampir bersentuhan. Aliano memiringkan wajahnya, hampir saja Aliano mencium bibir gadis di depannya, sebelum Illya segera sadar dan mendorong tubuh Alano dengan kasar.

"Elo kelewatan DEAS! Gue bukan cewek murahan seperti yang elo bilang dulu!" Teriak Alena marah. Bahkan ini kali pertamanya lagi, memanggil nama pria didepannya inu dengan sebutan, Deas. Aliano menatap Illya bersalah. Dia berusaha menangkap tangan gadisnya yang memukul dadanya dengan brutal.

"Gu-gue minta maaf Illy, gue gak bermaksud buat-"

"BASI! Dimata Lo gue tetep murahan kan? IYA?! Bahkan, perasaan gue dulu lo anggap permainan. GUE BENCI ELO ALIANO!" Maki Alena dengan kencang. Buru-buru dia beranjak dari taman meninggalkan Aliano.

'Tapi gue juga cinta sama elo Deas.' Batin Illyana melanjutkan sebelum benar-benar pergi dari taman.

💢💢💢

    Illyana memandang akun Line nya dengan bimbang. Baru saja dia mendapatkan sebuah pesan dari seseorang saat dia lagi asik main game online diponsel miliknya diatas ranjang. Seseorang yang mengirimi ia pesan Line adalah orang yang sama dengan yang memporak-porandakan isi hatinya dari dulu hingga sekarang.

AlianoDH:

Tolong dateng ke star club.
Ali mabuk berat, gue bartender disini dan gue bingung mau minta bantuan sama siapa, gue juga masih sibuk sama pekerjaan gue. Gue cuman nemuin nama elo yang sepertinya special buat Ali. Gue mohon!

Itulah isi Line yang tertera di akunnya. Dia bingung, dia bimbang. Haruskah dia datang? Haruskah dia menjemput Ali? Tapi dia sudah tidak mau berurusan lagi sama cowok itu. Namun, hati dan otaknya tidak sejalan. Otaknya menyuruh untuk tidak peduli, tapi hatinya merasa ia harus menolong pria yang masih menetap dihatinya.

"Tapi kasihan kalo nggak ditolong. Disisi lain gue nggak mau lihat dia sakit." Gumamnya.

"Lagian kenapa harus gue sih! Satya kan ada, kenapa gak harus dia aja yang dihubungin." Kesalnya.

"Harus banget nih gue jemput?" Bingung Illya.

"Aaarrrrgh Bodo amat!" Teriaknya sebal.

💢💢💢

Jangan lupa vote dan komen!

Terus ikutin next partnya ya, karena sewaktu-waktu bakalan aku un-publish cerita ini. Jangan tanya kenapa ya.


REPEAT [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora