Tujuh

485 27 0
                                    

    Saat tiba di kafetaria untuk membeli air minum, tak sengaja aku bertemu dengan si rambut perak di vending machine. Juho bahkan tak melirikku sama sekali dan hanya fokus pada minuman yang hendak dibelinya. Tapi bagaimanapun juga, dia adalah teman sekelasku terlebih dia merupakan bagian dari para alpha. Jadi kuputuskan untuk menyapanya duluan.

"Um, Juho-sshi?"

Lelaki bertubuh tinggi ramping itu menoleh sebentar, kemudian membalikkan tubuhnya lagi.

"Maaf gara-gara aku, Hwiyoung menempati tempat dudukmu—"

"Aku tak peduli." tukasnya dingin.

"Apa kau membenciku?"

"Kenapa aku harus membencimu?"

Aku menggigit bibirku mendengar nada suaranya yang datar terutama sikapnya yang kelewat apatis. Akhirnya aku mengurungkan niat untuk membeli minuman dan memilih pergi saja.

"Oh, baguslah..kalau begitu sampai jumpa di kelas nanti~" aku melambaikan tangan —meski tahu bahwa dia tak akan mempedulikannya—lantas berbalik pergi.

Baru saja aku melangkah, tangan Juho tiba-tiba meraih pundakku. Aku pun tersentak kaget dibuatnya.

"Ruang kelas kita arahnya kesana," sahut lelaki itu sambil menunjuk ke arah berlawanan.

Aku menggaruk kepalaku dan tersenyum malu,

"Ah, kau benar. Sepertinya aku masih belum terbiasa disini, kalau begitu mau pergi bersama?"

Juho berdecak pelan dan membalikkan punggungnya yang bidang. Tentu saja tanpa berkata apapun padaku yang setengah mati dibuat kikuk dan bingung menghadapi sikap ajaibnya.

"Juho-sshi, apa kau mau berteman denganku?" tanyaku sambil mempercepat langkah dan berjalan di sisi lelaki dingin itu.
Dia menoleh dan kulihat kerutan halus di dahinya.

"Berteman denganmu?" tanyanya seolah-olah aku baru saja mengajukan permintaan paling mustahil di dunia.

"Iya, rasanya aneh jika hanya ada Hwiyoung di sekitarku—"

Perkataanku terputus seketika saat aku tak sengaja menabrak seseorang dari arah berlawanan.

"Miyeon-ah!!" Dawon memelukku girang.

Hampir saja aku mati lemas kalau saja Juho tak segera menyingkirkan pemuda bermata jenaka itu dari tubuhku.

"Bagaimana hari pertamamu?" tanyanya penuh perhatian.

"Itu, uhm—" pipiku bersemu saat mengingat apa yang kualami di hari pertamaku ini.

"Mmm..menyenangkan?" aku menelan ludahku sembari melirik ke arah Juho.
Jelas-jelas dia juga mengetahuinya, batinku malu setengah mati. Tapi kulihat lelaki itu malah membuang wajahnya ke samping.

"Aku kecewa sekali kau tidak sekelas denganku!!"

Dawon mencebikkan bibirnya lucu, dan mau tak mau aku tertawa melihat tingkah kekanakannya itu. Kelakuannya sungguh tak sesuai dengan umurnya, pikirku.

"Ya kupikir juga begitu. Mungkin kalau kita sekelas, tidak akan ada orang yang mengangguku lagi."

"Ah..Hwiyoung! Pasti dia kan yang mengganggumu? Kalau dia macam-macam, pukul saja! Biar kuajari kau Miyeon, caranya cukup kepalkan tanganmu begini lalu hajar—"

Dawon sibuk memamerkan kuda-kudanya ketika Juho tiba-tiba meraih tanganku.

"Kami tak punya waktu untuk menyimak pelajaranmu!" sahut si rambut perak itu seraya menyeretku menjauhi Dawon.

The Temptation of Incubus [COMPLETED]Where stories live. Discover now