Sepuluh

587 22 1
                                    

    Keesokannya aku terbangun disamping Hwiyoung, kulihat lelaki itu sedang asyik memainkan ponsel.

"Oh kau sudah bangun,"  ia tersenyum lalu mendaratkan kecupan manis di bibirku.

"Kenapa tidak membangunkanku?"

"Karena kau harus tidur untuk memulihkan energimu, Sayang."

"Jam berapa sekarang?" aku mengucek kedua mataku sembari menguap.

"Jam 2 siang." jawabnya enteng.

Sementara aku terbelalak kaget. "Jam 2 siang?!"

Aku mencoba untuk bangkit namun serbuan rasa sakit tiba-tiba menyerang sekujur tubuhku. Membuatku terhempas sebelum tangan Hwiyoung menahan punggungku secara refleks.

Saat mataku turun ke bawah, aku bersyukur karena paling tidak ia sudah mengenakan boxer-nya. Tapi tunggu dulu, aku masih telanjang!

"Sudah kubilang ini yang akan terjadi jika kita melakukannya sekarang, Miyeon-ah..  Untuk itu, aku sengaja membiarkanmu beristirahat agak lama.."

Selangkanganku berdenyut dan terasa perih. Aku hanya bisa meringis ketika didera serbuan rasa pegal yang melanda otot serta persendianku.

Hwiyoung sepertinya mengerti apa yang kurasakan. Tanpa menunggu lama, diraupnya tubuhku kemudian mendekapku erat di dada. Ajaibnya, perbuatannya itu berhasil membuat rasa sakit yang mendominasiku berangsur sirna. Digantikan oleh rasa nyaman dan bahagia setelah melalui satu malam yang indah bersamanya.

"Ayo kita mandi," Hwiyoung berkata sambil menggendongku ke kamar mandi.

"Apa? Mandi bersama maksudmu?"

"Tentu, aku akan membersihkanmu."

"Tak mau,"

"Kenapa memangnya?"

"Err..itu...memalukan—"

"Tapi kita sudah—"

"Minggir sana, aku butuh waktu untuk diriku sendiri."

"Ckck.. dasar wanita.."

Hwiyoung berdecak seraya memutar matanya ke atas. Ia kembali ke kamarku sementara aku tertawa kecil atas sikapnya itu. Kemudian saat bercermin, aku mendapati pemandangan yang sama sekali baru.

Tubuhku, dipenuhi oleh bekas-bekas kemerahan yang ia tinggalkan di hampir semua bagian kulitku. Dia sangat senang menggigit. Ya tuhan, aku lupa. Baju!

Aku meraih kimono handuk dari gantungan lantas memakainya. Begitu melangkah keluar, kudapati Hwiyoung tengah sibuk melihat-lihat seisi kamarku.

"Jadi kau tertarik dengan kamarku?"

Aku bertanya tanpa memandangnya. Sebab aku malu—namun di saat yang sama begitu ingin melihat tubuhnya yang sempurna.

"Kamarmu sangat rapi, kebalikan dariku." ia terkekeh sementara aku membayangkan betapa berantakan kamarnya pasti.
Saat aku berjalan menuju lemari, tiba-tiba saja Hwiyoung memelukku dari belakang.

"Kau sangat menggairahkan," ia berbisik, sementara tangannya mulai menggerayangi tubuhku dari balik kimonoku. Aku mendesah saat payudaraku diremas olehnya.

"Sial, aku harus menahan diriku—" Hwiyoung mengerang frustrasi.

Saat itulah aku memutar tubuhku dan berbalik menghadapnya. Kedua matanya telah kembali menyala kemerahan seperti yang sudah kukira. Aku menatap dada telanjangnya yang setara dengan tinggi tubuhku kemudian menggigit bibir.

Tak kusangka, itu semakin membuatnya terangsang hingga ia menangkup rahangku dan menciumku kasar. Kuremas rambutnya sementara ia menghisap bibir atas dan bawahku bergantian.

The Temptation of Incubus [COMPLETED]Where stories live. Discover now