Surat Terakhir...

30 1 0
                                    

Surat ini aku dedikasikan untuk ayah Joy, yang membesarkanku sejak aku berusia 10 tahun dan merawatku di hari-hari terberat dalam hidupku.

Dulu aku selalu mengeluh kepada Tuhan. Kenapa ayah kandungku pergi begitu saja? Meninggalkan aku dan ibuku yang tidak mengerti apa alasan seorang pria bisa begitu saja kehilangan cintanya? Aku selalu mengeluh tentang hidupku yang berantakan. Tentang masa sekolahku yang muram tanpa seorang sahabat yang mau datang menginap. Dan terakhir, aku mengeluh atas penyakit yang ayahku wariskan kepadaku dan ibu. Ada begitu banyak hal yang bisa ia beri sebagai seorang ayah, dan jujur saja, penyakit ini tidak pernah ada dalam daftar keinginanku.

Lalu ayah datang, di ulangtahunku yang kesepuluh. Diperkenalkan oleh ibu sebagai calon ayah baruku. Dengan senyum lebar khas ayah yang seakan berkata 'tenang Nak, mulai detik ini kau bisa membagi bebanmu padaku.' Oh. Rupanya Tuhan langsung menjawab keinginanku saat lilin ulangtahun itu kutiup.

'Tuhan, jika Kau sungguh menyayangiku, tolong hadirkan seorang malaikat untuk aku dan ibuku.'

Ada satu hari dimana ayah mengajarkan aku naik sepeda. Sementara ibu hanya menatap kita dari balik jendela rumah tanpa sedikitpun tertarik menghabiskan waktunya bersama kita. Aku bertanya-tanya, apakah ibu sedemikian bencinya kepadaku? Hingga ia lebih sering menghabiskan waktunya di kamar dibandingkan menemaniku beraktifitas di luar?

Lalu saat Ibu tiada, ayah memelukku dengan erat dan meyakinkan aku berkali-kali bahwa aku masih memilikimu. Ayah tetap membesarkanku sendirian, seperti yang selama ini ayah lakukan. Ayah mengajariku menyetir, mengajakku naik gunung, menikmati beberapa sudut di Indonesia yang jarang ter-expose pada dunia. Sungguh aneh rasanya, aku mengalami hampir 90% momen penting di hidupku justru bersama seseorang yang tidak ada hubungan darah denganku. Setiap kali aku menatapmu, aku bertanya apakah kau sungguh seorang manusia? Dengan segala kebaikan hatimu, aku hampir yakin kau sesungguhnya memang malaikat yang diturunkan Tuhan untuk keluargaku.

Terima kasih ayah. Terima kasih karena telah hadir di hidupku. Aku mungkin tidak punya cukup banyak waktu untuk berterima kasih dan membalas kasihmu, namun aku ingin kau tau bahwa dari sekian banyak hal baik yang terjadi di hidupku, aku sungguh beruntung karena memilikimu.

Miles Over HerWhere stories live. Discover now