Surat Kesembilan

31 1 0
                                    

Apa kabar dok? Surat ini aku kirimkan karena beberapa bulan yang kita habiskan bersama sudah cukup untuk membuatku jatuh hati padamu. Kau telah menjadi rumah bagiku. Satu-satunya tempatku mencari cahaya selain ayah tiriku.

Apakah dokter ingat, saat pertama kali merawatku kau berkata, 'tenang saja Nava. Penyakit ini tidak akan membunuhmu! Kau akan tetap hidup selama kau menginginkannya. Jadi? Berjuanglah!'

Sejak saat itu, aku rutin meminum obatku kembali. Melakukan terapi menjadi hobi baru, karena aku memiliki alasan untuk bertemu denganmu. Kau pun berbaik hati menemaniku ke lembaga konsuling, untuk bertemu pasien lain yang senasib sepertiku. Untuk pertama kalinya sejak aku mengetahui penyakit ini, aku alasan untuk hidup. Aku ingin hidup untukmu, dok.

Namun semestinya aku sadar diri. Segala bentuk perhatian dan dukunganmu padaku tak lebih dari perhatian seorang dokter dengan pasiennya. Saat salah seorang suster membicarakan rencana pernikahanmu, aku merasa alasan terbesarku untuk berjuang perlahan pudar.

'Padahal Dokter Bastian sedang cuti karena beberapa hari lagi akan menikah, tapi beliau masih rutin mengunjungimu. Kau pasti salah satu pasien kesayangannya!'

Aku ingin sekali menanyakannya, namun lidahku terasa kaku. Aku menampar diriku berkali-kali, berharap hari itu hanya mimpi. Aku menangis hingga mataku terasa berat dan kelopaknya tidak lagi bisa kubuka.

Apa yang aku harapkan? Menikah denganmu dan berbahagia bersama di rumah kecil kita? Lalu memiliki anak dengan kondisi sepertiku? Setelah kupikir berulang kali, memang itulah yang terbaik. Bukankah itu alasanku meninggalkan Arga? Aku tidak ingin menjadi beban bagi siapapun.

Aku mungkin lupa karena kau begitu bersemangat untuk nyawaku. Aku mungkin lupa bahwa seumur hidupku nantinya, aku hanya akan menjadi beban bagi siapapun pendampingku. Maka dari itu, dengan berat hati...aku merelakanmu.

Lalu hari ini di saat aku sedang menulis surat untukmu, kau mengabarkan kepada dunia bahwa sebentar lagi kau akan menjadi ayah. Senyummu lebar sekali, aku turut berbahagia melihatnya. Sekali lagi Tuhan mengajarkan aku cara indah mencintai seseorang meski itu dalam diam.

Dok... Aku menulis ini untuk mengatakan apa yang belum sempat aku utarakan. Bahwa aku pernah mencintaimu...

Miles Over HerTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon