PROLOG

132K 5.7K 98
                                    

_____________________

Ruangan eksklusif di sebuah restoran mewah dipenuhi oleh suara cengkerama sepasang keluarga. Berisikan lima bocah kecil dan satu remaja cukup membuat suasana ramai dengan tingkah polah mereka. Di sana juga ada dua pasang pasangan suami istri yang saling berbincang santai layaknya keluarga tanpa ada beban yang terlihat di wajah mereka semua. Hanya ada satu orang gadis yang asik menikmati makanannya dalam diam tanpa bersusah payah berbaur dengan semua yang ada di ruangan tersebut.

Pemandangan itu sekilas terlihat indah. Namun jika menilik dari kisah beberapa tahun yang lalu semuanya menjadi suatu keanehan bila orang lain mengetahuinya.

"Bina, wisudanya jadi Senin depan 'kan?" Tanya seorang wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah menginjak angka 42 tahun.

Gadis yang disapa Bina tersebut menghentikan suapannya untuk mengangguk sejenak. Kemudian dia kembali melanjutkan makan malamnya.

"Mama pasti datang untuk melihat cantiknya anak Mama memakai toga." Ujarnya lagi.

Bina hanya tersenyum tipis, dia tidak akan menaruh harapan terlalu besar untuk itu. Karena hadir atau tidaknya mereka, wisuda itu akan tetap berlanjut dan dia baik baik saja.

"Papa juga akan usahakan datang bersama Mami mu." Timpal seorang laki-laki yang masih gagah di usia 44 tahunnya.

Bina kembali menganggukkan kepalanya tanpa menjawab. Dia juga tidak mengharapkan ayahnya tersebut datang, cukup dengan beliau tau jika dirinya sudah menyelesaikan pendidikan terakhirnya saja sudah cukup baginya.

"Oh, iya... Mama sama Daddy mau bilang kalau ada yang ingin berkenalan. Dia anak dari kolega Daddy, karena kamu udah lulus, ada baiknya kamu harus memikirkan pasangan. Laki-laki ini anaknya baik loh, Bina... Mama sudah pernah bertemu. Wajahnya tampan, campuran Indonesia- Amerika seperti Daddy kamu." Tutur sang Mama.

"Iya, Papa dan Mami juga tau anaknya yang mana. Terlihat cocok untuk kamu. Apalagi kita sudah mengetahui keluarganya, pasti kalian akan saling tertarik." Timpal sang Papa.

Bina meletakkan sendok di samping piringnya dengan sedikit keras. Kepalanya pusing kala harus mendengar sebutan orang tua yang terlalu banyak. Normalnya, orang akan memiliki dua orang tua, tetapi dirinya malah memiliki empat orang tua dan sayangnya dia malah merasa tidak memiliki orang tua sama sekali.

"Coba dulu, kalau cocok bisa lanjut ke pelaminan 'kan?" Timpal wanita yang disebut Mami tadi.

Lalu kekehan terdengar dari mereka berempat seolah pembicaraan ini sebuah selingan semata.

Bina tersenyum miring lalu berdecih kesal. Para orang tua di samping kiri dan kanannya ini tidak bisa mengerti apapun tentang keluarga. Setelah apa yang mereka alami, ternyata mereka masih belum juga sadar dan malah berniat meneruskan padanya.

Bina menyisir pandangan ke arah kirinya. Di sana ada ayah kandung, ibu tiri serta tiga saudara tirinya. Mereka terlihat bersinar bahagia layaknya sebuah keluarga utuh. Lalu dilihatnya ke arah kanan. Di sana ada ibu kandung, ayah tiri serta dua saudara tirinya. Mereka terlihat bahagia tanpa beban di hatinya.

Inikah hasil dari pertahanannya? Dia tidak tau jika pada akhirnya hari ini akan tiba. Hari dimana dia akan memulai kehidupan pribadinya tanpa campur tangan kedua keluarga bahagia itu.

Bina menarik napas dalam lalu menghembuskanya dengan perlahan. Dengan raut wajah datar itu dia melepaskan ucapannya.

"Aku menggadaikan semua bahagiaku dengan taruhan derita seumur hidup. Apa itu belum cukup sampai kalian ingin menambah derita itu dengan mengulang kembali kesalahan kalian yang dulu pernah terjadi itu padaku?"

Bina yang selama ini cukup tenang dalam menjalani masa remajanya pada akhirnya mengeluarkan ucapan tersebut di hadapan para orang tua.

Kini dia baru merasa jika keputusannya dulu memang merupakan hal terburuk yang pernah dia pilih.

Berpikir semua akan baik baik saja? mana mungkin!

tidak akan ada kata baik-baik saja saat menghadapi dunia dengan sebuah senyum kepalsuan.

Kini, dia memutuskan untuk tidak lagi berkorban. Karena nyatanya semua tidak akan ada gunanya.

Mereka yang egois, tetap akan egois. Jika pun tersadar, hanya beginilah jalannya. Berterus terang tanpa ada topeng yang menutupi.

🌳🌳🌳


BINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang