Bina - 6

46.6K 3.5K 49
                                    

_______________________

Menjadi dewasa adalah tahap dimana perubahan akan beriringan dengan kematangan kehidupan. Dimana kala lalu masih menyimpan begitu besar pertanyaan kini mulai terurai bersama dengan putaran waktu yang berjalan.

Gadis yang beberapa tahun lalu berada di usia awal dua puluhannya kini mulai meninggalkan masa-masa itu. Beranjak menjadi seorang yang berbeda dengan tata pikiran yang lebih luar biasa baginya.

Kesedihan serta kekecewaan yang dulu melilit hatinya dengan kuat kini mulai mengendur hingga laju napasnya telah berfungsi dengan baik. Meski tidak dapat dipungkiri, kini dunianya bukan lagi berada pada dua kubu keluarga bahagia, melainkan satu arah dimana dialah yang memegang sendiri kendali hidupnya.

Kesendirian tidak lagi menjadi momok mengerikan, karena nyatanya dia bisa menjalani hidupnya dengan baik berkat kerelaan yang selalu di junjung tinggi. Kini, dia hanyalah seorang perempuan yang berada di usia akhir dua puluhan dengan kehidupan mapan dan nyaman.

***

Hak sepatu berwarna hitam pekat sepanjang lima inci itu memecah kesunyian lantai yang biasa digunakan sebagai tempat bekerja para tim pemasaran. Lalu, di ujung langkah sana terdengar suara pintu yang terbuka, diikuti suara letakkan tas berwarna maroon dari salah satu merk terkenal yang bertumbukan dengan kaca meja kerja. Satu helaan napas menguar, kemudian kursi goyang nan empuk di dalam ruangan tersebut kini telah diduduki oleh sang pemilik.

"Ternyata memang masih terlalu pagi." Gumamnya lalu memejamkan matanya.

BRAK!

Suara dobrakan pintu terdengar menjengkelkan di telinga Bina.

"Wah, Ibu manajer baru kita memang bukan main-main. Baru sehari menjabat tapi udah amazing aja datang paling cepat."

Bina memutar bola matanya saat melihat perawakan laki-laki tinggi dengan kulit sawo matang di depannya sedang mengguraui dirinya.

Jika orang lain melihatnya di jalan, mereka tidak akan bisa menebak jika laki-laki petakilan di hadapannya saat ini merupakan salah satu eksekutif muda dengan jabatan direktur di perusahaan tempatnya bekerja.

"Wahai bapak Tya yang terhormat. Alangkah lebih baiknya jika Anda segera masuk ke dalam ruangan Anda yang berada di lantai atas." Ucap Bina berbicara formal namun dengan raut wajah kesal tidak bisa disembunyikan.

Laki-laki yang dipanggil Tya itu berdecak kesal.

"Ralat! Panggil Saya Radit, yang sopan kamu sama atasan." Kesalnya.

Bina memasang wajah datarnya lalu menurunkan matanya menuju pinggiran meja yang diduduki oleh atasannya itu.

"Anda juga sopan dong, Pak Tya." Balas Bina sambil menunjuk dengan dagunya ke arah dimana Radit sedang duduk.

Radit berdehem lalu berdiri.

"Serius banget sih lo. Nggak ada orang juga." Ucapnya kini dengan santai.

Laki-laki yang aslinya bernama Raditya Angkasa ini adalah seorang atasan sekaligus teman SMA Bina. Dulu, mereka tidak dekat karena berbeda kelas. Namun, saat Bina masuk ke perusahaan ini sekitar tujuh tahun yang lalu mereka menjadi teman dekat karena berada di satu wilayah kerja yang sama. Hingga kini saat posisi mereka sudah begitu mapan, kedekatan itu masih terus berlangsung.

"Balik sana, ganggu aja." Usir Bina lalu mendapat pelototan dari Radit.

Melihat mata besar dengan tatapan tidak percaya itu membuat Bina berdecak.

"Sekarang aku lagi mode teman, ya. Kamu sendiri tadi yang mulai. Udah sana balik ke alam sendiri, nggak usah pake gambek pagi-pagi begini." Usir Bina lagi.

BINAWhere stories live. Discover now